Sebelumnya saya ucapkan,
Selamat merayakan tahun baru Islam 1441H, Spirit of Hijrah ^_^
Ok langsung baca aja ya, dan jangan lupa vote dan komen kalau ada kritik maupun saran :)
Happy reading, and enjoy ...
=============================
Tenang dan damai. Itulah kondisi perairan saat ini, seolah tak ada kehidupan lain selain kami bertiga yang terdiam di atas kapal, menunggu kemunculan teror kedua dari makhluk itu.
"Apa dia menyerah?" tanyaku sambil tetap waspada.
"Mungkin saja dia mati karena seranganku tadi," ucap Toni dengan angkuh.
"Jangan gegabah, dan tetap waspada," ucap Roshan sambil mengeluarkan sebilah pisau dari sakunya.
"Kau pikir, kau bisa membunuh makhluk itu, dengan pisau?" Aku sangat meragukan tentang itu.
"Setidaknya lebih baik, daripada tidak sama sekali." Dia tetap percaya diri menggenggam pisaunya yang tidak berguna itu.
"Apa kau punya senjata ilegal lain, selain peluncur roket itu?" tanyaku sambil menatap Toni.
"Ada setumpuk bahan peledak di belakang, dan juga sebuah ... AWAS ...!!"
Toni berteriak, lalu meraih tanganku dan juga Roshan untuk melompat keluar dari kapal.
Aku tidak tahu dengan apa yang barusan terjadi, hingga tiba-tiba aku melihat kapal yang barusan kami naiki, terlempar ke udara dengan sangat tinggi, lalu jatuh membentur lautan seperti meteor.
"Semuanya bertahan!" ucap Toni dengan mulut penuh air.
Tubuh kami terhempas oleh gelombang besar, yang langsung menenggelamkan kami seperti kerang-kerang yang tertimbun ombak.
"Uhuk-uhuk ... apa yang barusan terjadi?"
Banyak sekali air yang masuk melalui hidungku, hingga membuat paru-paruku panas.
"Makhluk itu menyerang kita dengan ekornya, lihat ...!"
Tampak sebuah ekor raksasa yang menepuk-nepuk air, hingga menyebabkan laut penuh akan gelombang dahsyat.
Tubuh kami terseret sangat jauh dari kapal yang sudah rusak parah, hingga tidak mampu lagi untuk membalik seperti semula.
"Padahal kapal kita hanya kena ujung ekornya saja," ucap Toni yang terpana akan kehebatan makhluk itu.
"Dia menampakan wujudnya lagi."
Kali ini, makhluk itu kembali naik ke permukaan dengan mulut terbuka, seperti hendak menelan kami.
"Semuanya, kabur!!" ucap Toni sambil berenang sekencang-kencangnya.
Makhluk itu kembali menghisap kami ke dalam mulutnya, tapi kali ini hisapanya jauh lebih kuat hingga membuat kami tidak mampu menjauh sedikit pun.
"Kau tidak membawa peluncur roketmu kan, Toni?" tanyaku dengan pasrah.
"Mungkin sekarang sudah tenggelam di dasar laut." Dia juga sepertinya pasrah dengan nasib kami.
"Jadi seperti ini akhirnya? Bukanya pulang sebagai pahlawan, malahan harus mati karena disantap ikan."
Entah kenapa, Roshan seperti tidak takut mati sama sekali. Mungkin menurutnya, mati pun tidak masalah, asalkan bisa berjumpa dengan kekasihnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eleminar : The Prince of Airial
Fantasy#Just a story tale about the fourth elements. Kalian kira, jadi pangeran itu gampang? Haha ... lucu, karena mungkin cuma aku, satu-satunya manusia (atau mungkin bukan) yang sudah muak hidup di kerajaan. Lagi pula apa enaknya? Kemewahan tidak seband...