Sesuai janji ya, hari ini mau update lagi nih.
Dan sesuai dengan saran dari temen2ku (lebih ke menghasut sih) hari ini aku bakal masukin nih cerita buat ngikut Wattys Award (meskipun dengan kecil hati).
Paling enggak buat formalitas doang lah :D lagian yang baca juga cuma segini2 aja, vote nya juga cuma setengah dari yang ngebaca :')
Tapi gkpp, lagian dari awal aku juga sama sekali gk ngarep apa2 dari menulis, dan cuma pengen ada kegiatan untuk mengurangi kegabutan, di saat game sudah terlalu bosan untuk dimainkan :)
Ok, gausah kebanyakan pidato yg gk guna, langsung aja ...
Happy reading, and enjoy my story ....
===========================
Suasana dalam kamarku terasa sunyi sekali. Hanya terdengar bunyi mesin pendingin, yang kini mencapai suhu terendah, hingga membuat kamarku bak sebuah kulkas raksasa.
Aku tidak bisa tidur semalaman, dan hanya berbaring sambil meratapi layar 30 inci, yang kini menampilkan sesosok wajah wanita cantik berambut pirang, yang tentunya tidak nyata.
Aku masih sibuk memikirkan rencana, untuk pergi ke laut Ariana, tanpa diketahui siapapun, tapi setelah kupikir-pikir ... akan sangat mustahil bagi seorang pangeran untuk pergi suatu tempat, tanpa diketahui siapa pun.
Akan ada pengawal yang mengecek kamarku, jika dalam waktu 12 jam aku tidak keluar, dan akan langsung mencariku jika tahu aku tidak berada di kamar.
Kalaupun aku berhasil menyusup keluar, aku juga masih harus berhadapan dengan warga, yang pastinya akan langsung menghampiriku, dan membuat keributan yang menarik perhatian para penjaga, dan membuat mereka membawaku kembali ke istana secara paksa.
"Ah ... pergi diam-diam dari sini, sama halnya dengan kabur dari penjara." Aku menggerutu dengan diriku sendiri.
"Kau itu cerdas. Aku yakin, kau dapat memikirkan suatu rencana yang tepat," ucap Rika sambil memasang wajah datarnya.
"Lalu, kenapa kau tidak membantuku berpikir?" Aku menatapnya dengan risih.
"You know? Prosesorku hanya berkecepatan 4.5 Ghz, dan memori internalku hanya berkapasitas kurang dari 4Terabyte. Itu artinya otakmu jauh lebih canggih dan cerdas dibandingkan aku."
"Sebenarnya aku punya beberapa ide, tapi aku ragu itu akan berhasil."
Aku sedikit ragu, karena ideku mungkin terlalu konyol untuk diwujudkan.
"Can you tell me?" Rika menatapku sambil menyipitkan matanya.
"Ada dua ide klasik yang tertanam di pikiranku. Pertama dengan cara halus, dan yang kedua cara kasar," ucapku padanya.
"Aku suka cara kasar. Tell me!" Tatapan Rika kini semakin tajam ke arahku.
"Mungkin, aku bisa membuat semacam racun pelumpuh, dan menyebarkanya ke seluruh penjuru istana."
"Hahaha ... jika kau melakukan itu, reputasimu akan semakin hancur, dan kau malah dianggap sebagai penghianat kerajaan."
Robot itu ternyata juga bisa tertawa, dan suara tawanya terdengar sangat memuakan.
"Rencana kedua, mungkin aku bisa mengalihkan perhatian, lalu menyusup keluar dari istana diam-diam. Sekarang, bisakah kau berhenti menatapku seperti itu? Aku sangat tidak nyaman!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eleminar : The Prince of Airial
Fantasia#Just a story tale about the fourth elements. Kalian kira, jadi pangeran itu gampang? Haha ... lucu, karena mungkin cuma aku, satu-satunya manusia (atau mungkin bukan) yang sudah muak hidup di kerajaan. Lagi pula apa enaknya? Kemewahan tidak seband...