Berhubung mood ane lagi baek, dan hari ini juga hari bersejarah bagi Bangsa Indonesia, jadi gaada salahnya kan kalau post sehari dua kali :D
Ok langsung aja baca lanjutanya
Happy reading, and enjoy ....
.
.
.
Cahaya mentari, baru saja menampakan guratan tipis yang cuma segaris, perlahan menyinari mercu suar legendaris, dengan sinarnya yang menerpa manis.
Suasananya begitu damai, hingga membuatku ingin bersantai di atas karang yang elok nan permai, sembari menikmati keindahan pulau Tirta, hingga sang surya terbenam nanti.
"Lain kali, kalau kau ingin pergi bertualang, jangan lupa ajak aku lah. Aku janji akan membantumu kok."
Toni terlihat sangat kesal karena tidak kuajak.
"Tapi petualangan ini sangat berbahaya ..." Ucapanku disela oleh Toni yang terlihat muak.
"Hey, memangnya tahu apa kau soal alam liar? Kau sama sekali tidak punya pengalaman di luar sana, jadi jangan sok tidak memerlukan bantuan orang lain."
Toni menyilangkan kedua tanganya di atas perut, lalu memalingkan wajahnya dariku.
"Maaf pangeran, tapi waktu kita tidak banyak," ucap Roshan mengingatkanku.
"Hhh ... apa boleh buat. Baiklah, kau boleh ikut denganku sekarang."
"Benarkah? Yes, asyik ...," ucap Toni sambil mengepalkan kedua tanganya
"Kau tenang saja, selama aku ada di sisimu, kau tidak akan mengalami luka sedikitpun, percayalah."
Toni yang tadinya marah, langsung terlihat sumringah dan tersenyum lebar ke arahku.
"Maafkan saya pangeran, karena telah mengajak Toni tanpa sepengetahuan anda. Saya hanya merasa bahwa, semakin banyak anggota, maka tugas kita akan semakin mudah."
Roshan lalu mengajaku naik ke kapal militer, yang biasa digunakan prajurit untuk berpatroli.
Meskipun kapal ini kecil, tapi aku tidak pernah meremehkan teknologi yang dikembangkan oleh bangsa Airial. Kapal ini mampu melaju hingga kecepatan 58 knot, dan memiliki senapan mesin air yang terpasang di buritan kapal.
"Lalu siapa yang akan jadi sopirnya?" tanyaku sambil duduk di salah satu bangku kapal.
"Sudah kubilang kalau aku pasti akan berguna," ucap Toni yang duduk di bagian kemudi.
"Aye-aye ... mau kemana kita kapten?" tanya Toni sambil berlagak seperti bajak laut.
"Ke arah jam 12, ke laut Ariana."
"Siap laksanakan, kapten."
Kapal pun melaju dengan sangat cepat, menghajar setiap ombak yang menghalangi jalan.
Langit berwarna merah pudar, dengan cahaya matahari yang samar-samar. Angin berhembus dengan pelan, hingga membuat kami merasa tenang dan sangat nyaman.
"Aku penasaran, bagaimana kau bisa mendapatkan semua ini?" tanyaku pada Toni yang masih asyik mengemudi.
"Hanya ada dua orang yang berkuasa di barak. Pertama ayahku, dan yang kedua aku. Jadi aku dapat melakukan apapun yang aku mau, tanpa ada seorang pun yang berani mengadu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eleminar : The Prince of Airial
Fantasía#Just a story tale about the fourth elements. Kalian kira, jadi pangeran itu gampang? Haha ... lucu, karena mungkin cuma aku, satu-satunya manusia (atau mungkin bukan) yang sudah muak hidup di kerajaan. Lagi pula apa enaknya? Kemewahan tidak seband...