Seminggu gk update, akhirnya baru sempet update malem ini :)
Dibaca ya ceritanya, jangan cuma ngasih vote cuma karna pengen difeedback, karna author jauh lebih seneng klo ceritanya dibaca, daripada cuma di vote ^_^
Happy reading, and enjoy ....
===================
Jantungku seakan berhenti berdetak, saat ada sesosok tangan dingin yang menggenggam erat lenganku.
"Tidak baik tau, menguping pembicaraan orang tua," ucap orang itu sambil berbisik padaku.
"Eh ... si-siapa kau?" tanyaku dengan nafas tercekat.
"Hah? Kau tidak tahu siapa aku? Padahal aku ini mahasiswa paling terkenal se-antero kampus." Aku langsung mengenali suara dan lagaknya yang sombong.
"Kak Roman? Kenapa kau ada di sini?" tanyaku kaget.
"Mentang-mentang aku bukan keluarga kerajaan, lalu aku tidak boleh ada di sini, begitu?"
"Hey! Ada apa itu ribut-ribut?" bentak ayahku dari dalam.
"Eh ... bukan apa-apa yang mulia. Saya hanya bertemu dengan pangeran Raka, entah apa yang dilakukanya saat ini."
Orang itu menarik lenganku dengan kasar, seperti menangkap basah seorang penguntit.
"Raka ... kau sudah siuman? Dan apa yang kau lakukan di tengah malam seperti ini?" tanya ayahku dengan cemas.
"Aku cuma mau cari makan."
"Apa kau lapar? Kalau begitu, aku bisa membangunkan para pelayan, dan menyuruh mereka memasakan sesuatu untukmu," ucap ayahku lembut.
"Ah, tidak perlu. Aku tidak suka merepotkan orang lain, dan aku lebih tidak suka dibuat repot oleh orang lain."
"Kalau begitu duduklah kalian berdua, dan ikutlah bergabung dengan kami."
Ayahku mempersilahkan kami duduk di salah satu bagian sofa.
"Kau mau anggur, pangeran?" tanya Profesor Hardi sambil menuangkan segelas anggur.
"Dia masih kecil Hardi, lagi pula dia kurang sehat."
Ayahku meraih gelas penuh anggur dari tangan profesor, dan malah meminumnya sendiri.
"Ayolah, dia sudah berusia 17 tahun. Lagi pula apa jadinya seorang lelaki yang tidak suka minum anggur?" ucap profesor sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.
"Aku lebih suka soda, daripada anggur," ucapku sambil menatap profesor yang seolah meledeku.
"Lalu bagaimana dengan temanmu itu, apa kau mau minum sesuatu, Roman?" tanya ayah pada seniorku.
"Terserah sajalah, yang mulia." Dia seakan bersikap sok sopan di depan ayahku.
"Kalau begitu, Raven ... give us two cans of soda."
Seketika, muncul sebuah lengan robotik dari balik dinding, sambil menggenggam dua kaleng soda yang kami pesan, lalu meletakanya di atas meja kecil di samping sofa.
'Enjoy your drink, sir.'
"Sepertinya aku pernah melihat teknologi seperti itu di perpustakaan," ucap seniorku.
"Ya, kami mengadopsinya, menambahkan sedikit modifikasi, lalu menerapkanya di seluruh istana ini," ujar ayahku padanya.
"Di rumah kami juga ada yang seperti itu, benar kan ayah ...," ucap seniorku sambil melirik Profesor Hardi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eleminar : The Prince of Airial
Fantasy#Just a story tale about the fourth elements. Kalian kira, jadi pangeran itu gampang? Haha ... lucu, karena mungkin cuma aku, satu-satunya manusia (atau mungkin bukan) yang sudah muak hidup di kerajaan. Lagi pula apa enaknya? Kemewahan tidak seband...