13.tentang rasa

2.2K 94 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

°°°

Hari ini, hari Minggu. Hari liburnya dinas, karena puskesmas di kampung ini libur setiap hari Minggu.

Setelah shalat subuh, saya di ajak joging bersama pak Samir, Bu Minah, juga dengan Meera. Dan beristirahat di sebuah taman desa.

Saat ini, kami sedang duduk sembari sarapan pagi di taman desa.

"Masih pagi, udah makan es." Ucap saya ketika melihat meera membeli eskrim di satu warung.

"Gapapa, kan udah sarapan."

"Dokter, mau?" Tawarnya. Saya menggeleng, saya tidak biasa makan es pagi-pagi, perut saya suka sakit.

"Enak loh." Ucapnya semangat menjilati eskrim coklatnya.

"Suka banget coklat ya?" Tanya saya. Pasalnya, semua cemilan yang Meera makan, pasti rasa coklat.

"Buangettt!"

"Ga takut gendut?"

"Ngga, kalo gendut ya alhamdulillah, ngga juga alhamdulillah, syukuri aja. Meerakan, apa adanya."

Tunggu,

ada omongan Meera yang mengingatkan saya pada seseorang.

Meera kan apa adanya.

"Kamu ga malu, buang ingus di depan saya?"

"Buat apa malu, humairahkan ga ngelakuin maksiat, lagian, humairahkan apa adanya."

Humairah,...

Tidak-tidak, saya tidak boleh mengingat nya lagi, dia sudah jadi masa lalu saya.

Lupakan qi...,

"Kenapa geleng-geleng, dok?"

"Ehh, ngga."

Meera memerhatikan saya?

"Kenapa coba, Meera suka rasa coklat, dok?"

"Tunggu, perasaan kamu pernah nanya itu kesaya?"

"Iya pernah, itukan pas makan coklat, inimah rasanya, kenapa coba?"

"Gatau."

"Karena, coklat membuat hormon Meera seneng."

"Emang bisa?"

"Bisalah, Meera rasa gitu, kalo Meera sedih, kesal, marah, obatnya coklat. Pas udah makan coklat, pasti ilang semua beban di hati." Jelasnya.

"Ada-ada aja."

"Iya, ini ada."

"Apaa?"

"Coklat." Ucapnya mengambil satu buah coklat dari sakunya.

"Dapet dari mana?"

Menjemput Cinta[A Doctor]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang