30. Hari-hari bahagia

4.5K 105 1
                                    

"Hari-hari bahagia mulai di mulai, bersamamu bahagia bersama.
Aku mencintaimu [a doctor]"

°°°

Seminggu berlalu, semuanya berjalan baik. Meera sudah mengetahui bahwa pamannya yang mendonorkan korneanya, dan ia menerimanya dan memaafkannya.

Minggu depan akan di adakan resepsi, saya sudah mengundang semua teman-teman saya, termasuk Humairah dan Hasan. Meera yang menyuruhnya, ia ingin melihat dan mengenal Humairah.

"Kamu ga cemburu?"

"Ngga ko, lagian mas kan udah jadi milik Meera, Humairah juga udah punya suami, masa Meera cemburu sih."

Saya beruntung memiliki istri sebaik Meera, ia yang selalu mengerti keadaan saya, dan selalu melayani saya dengan baik.

"Semuanya sudah selesai mas?"

"Sudah, kan emang umi sama bunda udah dari dulu nyiapin, baru terlaksana sekarang."

"Iyaya, kalo di pikir-pikir semua rencana kita Allah tulisin, dulu kita mau pura-pura nikah, eh sekarang nikah beneran."

Benar juga kata Meera, tak apalah ada baiknya, saya jadi bisa merasakan manisnya cinta dan memiliki.

"Mas kalo punya anak mau cowo apa cewe?"

"Apa aja, yang penting gaada yang kurang, sedikasihnya Allah. Kitakan cuma menerima amanahnya."

"Iya ya mas, Meera ga mau nunda kehamilan, gapapa kan?"

"Ya gapapa, mas juga pengen cepet, semoga Allah ngasihnya cepet."

"Aamiin."

"Tapi kalo mau biar di kasih cepet, ikhtiar nya harus sering."

"Ah itumah masnya aja yang pengen."

"Kalo mas ga pengen, kamu gabakal hamil sayang."

"Yaudah hamilin Meera, biar perut ini keisi." Ucapnya sambil mengelus perutnya yang belum buncit.

Saya langsung mengelus perutnya sambil membacakan sebuah do'a, lalu membacakan ubun-ubunnya sebuah do'a.

Bismilah, Allah berilah kami penyejuk mata yang bisa kami didik menjadi anak yang soleh-solehah.

°°°

Semua orang sudah mulai sibuk, sibuk mempersiapkan dirinya masing-masing. Karena ini resepsi, jadi saya dan Meera akan datang bersama, berangkat semobil bersama.

Saya menggunakan jas hitam, dengan sedikit kewarna emasan, karena Meera menggunakan gaun berwarna kuning emas, gaunnya sangat panjang, pasti akan sangat ribet.

Saya masih belum bertemu Meera, karena ruang hias wanita dan pria di pisah. Kami masih diam di hotel, setelah selesai berhias baru pergi ke gedung yang tempatnya dekat dengan hotel.

Untuk para pria, semuanya simpel, hanya menggunakan jas, jadi tidak membutuhkan banyak waktu. Beda dengan wanita, sangat lama karena pakaiannya ribet.

Setelah selesai, saya menjemput Meera ke kamar hiasnya, karena kebetulan sudah selesai. Lalu Meera keluar di bantu tukang hiasnya karena gaunnya yang panjang.

Menjemput Cinta[A Doctor]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang