20. Menjalankan misi.

1.8K 74 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

°°°

      SETELAH saya melamar Meera kemarin, Abi dan umi langsung pergi ke apartemen saya, mereka begitu antusias, mereka bahagia mendengar kabar ini.

Saya ikut bahagia melihat mereka bahagia, namun dibalik rasa bahagia itu, saya merasa sangat berdosa karena telah membohongi mereka.

"Akhirnya, umi mau punya mantu, umi seneng banget."

"Kata umi juga, jodoh Shidqi pasti Meera, merekakan cocok, serasi lagi." Ucap umi senang.

Yaallah, ampuni hamba karena telah membohongi kedua orang tua hamba.

"Pokonya, siang ini umi mau jenguk mantu umi."

"Iya umi, nanti berangkat bareng Shidqi."

Setelah itu, umi pergi memasak untuk dibawanya ke rumah sakit nanti, sayapun pergi ke kamar, ke balkon kamar.

Seseorang mengelus pundak saya.

"Abang merasa bersalah udah bohongi umi."

"Ya lagian kenapa pake acara bohong-bohongan segala sih, kenapa ga beneran aja?" Ucap Sinan.

"Gabisa, Abang masih belum bisa buka hati buat Meera, Abang gamau nikahi dia tanpa cinta, takutnya nanti Abang malah gabisa ngasih nafkah batin."

"Tapi bukannya cinta akan datang seiring berjalannya waktu? kenapa ga di coba dulu aja?"

"Nan, kalo cinta emang datang seiring berjalannya waktu, bukannya Abang udah lama bareng Meera terus? buktinya sampai saat ini Abang masih belum suka dia."

"Kalo Abang emang gasuka, terus kenapa sekarang khawatir banget sama ka Meera?sampe berani bohongi Abi umi, padahal Abang ga gitu sikapnya." Ucap Sinan.

"Entahla, Abang juga ga tau."

"Sinan rasa Abang udah suka deh sama ka Meera, cuma Abang belum nyadar."

Entahla, sayapun tak tahu.

"Jangan sampai Abang nyesel akhirnya."

"Nyesel?"

Sinan mengangguk. "Iya nyesel udah sia-siain ka Meera."

"Emang Abang sia-siain apanya?"

"Ah udahla, ntar juga Abang tau." Ucapnya lalu pergi.

Lah? maksudnya apa? tahu apa?

"Sinan Abang ga ngerti."

"Waktu yang akan menjawab semuanya." Ucapnya sebelum keluar dari kamar saya.

Hah, sudahlah.

°°°

Gelak tawa memecahkan keheningan di kamar inap Meera, umi dan ibunya Meera tertawa mengingat pertemuan kami dulu.

"Ga nyangka ya, saya pikir kita gaakan ketemu lagi, karena umisih ga datang-datang kerumah, padahal kan alamat rumah udah di kasih waktu itu." Ucap ibunya Meera.

"Lupa nyimpen umi, jadilah ga bisa namu kerumah besan." Jawab umi.

Saya dan Meera hanya diam, kami benar-benar merasa bersalah, kedua orangtua kami begitu senang dengan hubungan ini, tapi tanpa mereka ketahui, ini semua hanya pura-pura.

Menjemput Cinta[A Doctor]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang