3.Yang terjadi

3.5K 148 0
                                    

"sesungguhnya, yang terjadi di dunia ini tidak kebetulan, semuanya telah Allah tuliskan di lauh Mahfudz sebelum dunia ini Allah ciptakan."

°°°

TERKADANG saya selalu bingung pada diri saya sendiri. Selama satu tahun lebih saya bekerja menjadi seorang dokter, saya tidak pernah merasa risih atau terbebani, tapi sekarang? mengapa ketika akan mengobati dia--meera, rasanya beda, sedikit canggung dan risih.

Tepatnya satu hari yang lalu, saya membawanya ke hotel tempat yang saya sewa. Untungnya, umi dan Abi mengijinkan, dan membiarkan Meera tinggal sementara bersama kami.

"Mbaaaa!" Ucap saya sembari menarik tangannya yang tertutup baju.

Karena kurang keseimbangan, akhirnya saya terjatuh bersama wanita itu. Naasnya, saya terjatuh dengan dia yang jatuh tepat di atas badan saya.

Mata kami bertemu, wajahnya begitu dekat dengan saya, napas saya tertahan karena badannya yang berat dan grogi.

"Bang!" Ucap Sinan membuat saya sadar.

Wanita itu bangkit dan langsung berdiri dengan badan menyender benteng, seperti sedang kaget.

"Maaf mba, saya tadi hanya ingin membantu. Mba sebaiknya pikir-pikir dulu sebelum melakukan sesuatu."

"Ingat mba, Allah membenci perilaku mba tadi, apa yang membuat mba sampai ingin bunuh diri? apa mba tidak takut api neraka?" Ucap saya.

Wanita itu menatap saya dengan tatapan yang--sulit di artikan.

"Maksud kamu, aku mau bunuh diri?" Ucap wanita itu.

Saya dan Sinan mengangguk.

"Ga! buat apa aku bunuh diri?!" Ucapnya penuh penekanan.

"Loh, terus kakak tadi ngapain?" Tanya Sinan.

"Aku tadi cuma cari ketenangan, bukan mau bunuh diri." Ucapnya kembali menghadap ke arah laut.

Sinan menatap saya, begitu juga dengan saya. Ternyata kami sudah salah paham.

"Maaf mba, kami tidak tau, kami pikir--.." ucap saya tergantung karena wanita itu terjatuh saat akan kembali menaiki benteng, kakinya menginjak gaun yang ia pakai, dan akhirnya, iapun jatuh.

"Kakak gapapa?" Ucap Sinan membantu wanita itu bangun.

"Kaki aku, sakit." Ucap wanita itu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Yaudah, kami antar kakak kerumah kakak, dimana ka?" Tanya Sinan.

Wanita itu menunjuk rumah berukuran sedang yang sudah dihias rapih, seperti untuk acara pernikahan.

"Abang, Abang Gendong kakak ini." Ucap Sinan.

"Hah?"

"Gendong Abang."

"Gapapa, kamu bantu aku jalan aja dek, gausah di gendong." Ucap wanita itu.

Menjemput Cinta[A Doctor]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang