9.Tugas bersama

2.6K 106 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🌹Buka Al Qur'an, lalu baca. Jangan lupakan membaca Al Qur'an, karena keasikan membaca cerita WP.🌹

°°°

    PASRAH lagi-lagi harus saya lakukan.
Mendengar ocehan sinan yang membuat telinga sakit dan bosan, dan menahan malu gara-gara sikapnya.

"Sinan ga nyangka, kk bakal jadi dokter onkologi."

Saat ini, saya-sinan-meera, sedang duduk berbincang di kantin private. Tempat para dokter nongkrong dan jajan.

"Hebat lagi, kaya Abang, ngambil kuliah jurus cepat." Ucap Sinan bertepuk tangan.

Saya hanya diam menyimak, meminum jus--melon, yang saya pesan.

"Nanti kerjanya, disini ga?"

"Gatau, pengennya ma, disini." Ucap Meera.

"Aamiin, kan bagus, nanti ka Meera sama Abang kerja sama terus, terus Sinan bisa setiap hari ketemu kk."

"Kenapa gitu? ko mau ketemu kk terus?"

"Abisnya Sinan ga punya temen, mau punya kk cewe, malah di kasih cowo."

Saya menatapnya tajam. Pantas saja Sinan selalu berlaku manja, membuat saya selalu jengkel dengan sikapnya, mungkin efek kesal karena saya terlahir sebagai kk laki-laki?

"Tapi sinan beruntung, punya kk seganteng Abang." Ucapnya mencolek dagu saya.

"Syukuri aja nan, segitu juga kamu masih punya sodara. Sedangkan kk? ga punya adik ataupun kk, jadi selalu merasa sepi."

"Eh, jangan sedih. Sekarang kan, ada Sinan sama Abang."

"Iya, kk seneng bisa kenal kamu." Ucap Meera sembari mengelus tangan Sinan.

"Sinan juga seneng ko, malah berharap kk jadi kk sinan."

"Maksudnya?" Tanya Meera tak mengerti.

Perasaan saya sudah tak enak, Sinan pasti akan mengatakan yang tidak-tidak.

Satu.. dua..

"Sinan berharap, ka Meera jadi kk ipar Sinan."

Kan, bener. Ngomong yang tidak-tidak, membuat saya malu saja.

Meera menatap saya, saya menatapnya tanpa ekspresi apapun.

Allahu Akbar..Allahu Akbar!..

Alhamdulillah.. Allah selamatkan saya dari omongan panjang Sinan yang akan membuat saya malu.

"Udah dzuhur, kamu pulang ke apartemen Abang aja, setelah Dzuhur Abang sama ka Meera sibuk meeting."

"Iya, tau kok. Yaudah, Sinan pamit ya, semangat ya ka Meera!" Ucapnya memeluk Meera.

Setelah itu, Sinan mendekat ke arah saya, memeluk sambil membisikan sesuatu.

"Syarat yang Sinan pinta itu.." ucapnya menggantung.

Saya yakin, syarat nya pasti yang tidak-tidak lagi.

"Abang nikahin ka Meera, baru Sinan mau jadi dokter!"  Ucapnya. Setelah itu ia pergi berlari meninggalkan saya bersama Meera.

Tuh, Kan,

syaratnya yang tidak-tidak. Untung adik, kalo bukan, udah saya kirim ke panti jompo!

"Jangan di dengerin, Sinan mah gitu." Ucap saya pada Meera.

Menjemput Cinta[A Doctor]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang