Menjemput Cinta[A Doctor]✓

17. Mencoba.

“Kita tak bisa memilih untuk mencintai siapa. Sebab, cinta itu murni datang dari Allah. Kita? hanya bisa menerima rasa yang Allah titipkan pada hati.”

°°°

"Meera suka dokter."

Semenjak kejadian itu, saya jadi tidak bisa tidur nyenyak. Setiap kali mata saya terpejam, wajah Meera dengan perkataan nya selalu muncul.

Kejadian waktu itu, benar-benar sama persis dengan mimpi saya dulu, mimpi Meera mengatakan suka pada saya.

Hati saya benar-benar bingung, sebenarnya perasaan saya itu pada siapa, Humairah atau Meera?

Tapi, jika hati saya suka pada Meera, memang Meera menyukai saya?sudah jelas, Meera hanya menganggap saya sebagai kakak dan sahabat.

"Meera suka dokter."

Ucapan Meera, berhasil membuat saya tersedak. Suka?

Saya menatapnya lekat. Meera ini serius apa sedang bercanda?

"Maksud kamu?" Tanya saya memastikan.

"Meera suka dokter." Ucapnya kembali.

"Jangan bercanda Meera, saya sedang serius."

"Meera juga serius dokter. Jadi gimana?"

"Gimana apanya?"

"Dokter mau ga Nerima perasaan Meera?kalo dokter terima, Meera bantu dokter buat move-on dari Humairah."

"Kamu beneran suka saya?" Tanya saya.

Meera mengangguk menjawab.

"Sejak kapan?"

"Entahla, Meera gatau, tiba-tiba suka aja."

"Kamu lagi bohong kan?" Tanya saya kembali.

Rasanya, mustahil seorang Meera suka pada saya, apa yang ia sukai dari saya?

"Ngga, buat apa bohong." Ucap Meera enteng.

"Tapi, apa yang kamu sukai dari saya?"

Meera tersenyum mendengar ucapan saya, lalu menatap saya lekat.

"Siapa sih yang ga suka ke orang sebaik dokter. Semua orang pasti suka, bukan hanya Meera."

Jadi, Meera suka karena saya baik? saya benar-benar tidak paham.

"Dokter inikan, Abang sekaligus sahabat Meera, emang salah ya kalo Meera suka dokter?"

Jadi, karena itu Meera suka saya?

"Dokter keberatan Meera suka dokter?"

Saya menggeleng.

"Yaudah, mulai sekarang dokter usaha buat buka hati, anggap aja Meera alasannya, alasan dokter harus buka hati dan move-on dari Humairah. Gimana?"