END

259 13 3
                                    

•••

"Huffftt" lili merebahkan badannya disofa.

Dia baru saja pulang setelah diajak jalan oleh Arvin. pria itu menepati janjinya untuk mengajak nya jalan dihari minggu ini.

Lili menghela nafas, matanya terpejam. Lengkungan dibibirnya tak dapat menyembunyikan bahwa ia sedang bahagia.

"ciiyeeee abis dari mana nih" goda sinta.

Lili membuka matanya, beralih menjadi duduk "ga dari mana-mana, jalan doang"

"senyum-senyum gitu bahagia banget kayanya"

"bahagia donggggggggggggg" lili dengan sumringahnya.

"Arvin pacar kamu li? " tanya sinta, kini sinta telah duduk disamping lili.

"bukan mah" balas lili

"masa sih" sinta menatap tak percaya pada lili

"iya bukan, cuma temenan ko"

"tapi ko kayanya-"

"ish mamah apaansi. Lagian ni mah yah lili gamau pacaran, males" sela lili menyangkal jika sinta mengira lili berpacaran dengan Arvin.

"dia baik orangnya, mamah seneng sama dia" ucap sinta

"mamah seneng sama dia?" lili menatap sinta tak percaya. Sinta sendiri nyengir tidak jelas berlalu meninggalkan lili yang masih bertanya-tanya.

🌷🌷

Bicara soal perasaan adalah sesuatu yang sangat membingungkan bagi lili. Bahkan dia sendiri tidak bisa memastikan perasaannya untuk siapa dan bagaimana, terlalu ganjil.

Gadis itu tengah duduk dibalkon ditemani segelas coklat panas. Kembali tersulut Rindu pada masalalu nya. Entah mengapa dia selalu dibayang-bayang oleh sesuatu yang ingin ia buang jauh, tapi terlalu impossible bagi seorang lili.

Tidak menyenangkan jadi orang yang terlalu perasa terhadap sesuatu hal yang berhubungan dengan sesuatu yang kita anggap istimewa.

"sebenernya gue sayang ga si sama Arvin? " tanyanya pada diri sendiri.

"gue ngerasain sesuatu yang aneh di diri gue cuma saat kejadian itu doang, ga ngerti deh" gadis itu bermonolog.

"kaya ini juga nih. Gue liat foto lo yang senyumnya manis sejagat aja langsung kangen, baper pula. Gue kenapa.. Arrgghhh" dia jadi gregetan sendiri. Mungkin ada yang salah dengan hatinya, urat yang konslet mungkin. Hhh :v

"gue benci punya hati yang susah ditebak" lili menyembunyikan kepalanya dibalik tengkukan lutut.

Kembali teringat saat tadi siang ia berjalan-jalan dengan Arvin. Tanpa diduga sebelumnya oleh lili. Siapa sangka Arvin menyatakan perasaannya pada lili tepat disebuah taman.

Saat itu lili benar-benar bingung dengan jawaban apa yang harusnya Arvin terima dari lili. Dia ragu, bimbang, gelisah. Hati sudah mantap mengatakan jika dirinya sangat menyayangi Arvin dan takut kehilangannya.

Tapi ada sesuatu yang mengganjal dihatinya yang seakan mendesak untuk tidak terburu-buru menerima perasaan Arvin. Dan alhasil sampai sekarang lili belum menjawab permintaan Arvin untuk status mereka menjadi lebih dari teman, dengan alasan 'lili butuh waktu .

-Lili- [Re-Upload]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang