Senin

6.7K 342 5
                                    

"KAK YOHAAAAAN!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"KAK YOHAAAAAN!!!"

Senin pagi yang damai itu porak poranda gara-gara teriakan seratus desibel si Yohana dari kamar mandi.

"Astaga maap maap dek, kakak kira ga ada orang!" Yohan buru-buru lari menjauh dari pintu kamar mandi, nyumpelin kupingnya. Takut budeg.

"Lagian kebiasaan sih dek! Makanya dikunci! Entar ada setan masuk kesurupan kamu!" Yohan ngoceh sambil nyemilin snack di sofa.

"LAH SETAN MASUK TINGGAL NEMBUS NYET," Yohana, atau yang biasa dipanggil Hana itu masih emosi, bawaannya ngegas mulu.

"Lah iya ya?" Sepersekian detik Yohan cengoh menyadari kebodohannya, habis itu merasa bodo amat dan lanjut ngemil.

Begitulah pagi hari mereka dimulai. Hampir setiap hari Yohan harus tutup kuping dengerin teriakan adeknya. Maklum, mereka cuma tinggal berdua di rumah.

Iya berdua.

Kisah hidup mereka dari awal cukup rumit, jadi mari kita pahami alurnya seiring berjalannya cerita.

Intinya, mereka ditinggal orang tua sejak 5 tahun yang lalu, saat Yohan kelas 2 SMA dan Hana baru masuk SMA. Jarak mereka setaun aja.

Malah sering dikira kembar juga gara-gara namanya mirip, si adek tinggal ketambahan a doang. Dikiranya kembar ga indentik soalnya mukanya beda.

Kembali ke Senin pagi.

"Rapi amat kak, perasaan ga punya gebetan buat tebar pesona," celetuk Hana sambil menggoreng telur ceplok buat sarapan mereka berdua.

Yohan melebarkan rongga hidung. "Yeu bocah. Gini gini temen-temenmu juga pada demen. Tiap hari bilang 'Hanaaa mintain nomer kak Yohan donggg. Hanaaa kak Yohan ganteng bangeeet,' hahahaha,"

"Yaela pede banget lo dugong jantan. Itu mata temen-temen gue kayaknya baru bangun tidur masih burem ketutup belek,"

"Alah ngeles ae lo platipus betina. Udah mana sarapannya, kakak rapi gini mau cari kerja," Yohan merebut piring isi nasi telor dan langsung makan dengan rakusnya.

"Loh, cari kerja lagi? Ngelatih taekwondo di sanggar udah cukup kali kak. Kakak juga masih kuliah," Yohana tidak menyukai gagasan Yohan, walaupun ia tau kakaknya bekerja keras demi mereka.

"Lo ga inget kemarin kuping kakak hampir pecah dengerin teriakan lo pas mandi gara-gara airnya mati? Gaji part time di sanggar ga cukup buat bayar air noh. Lo sih jajan mulu," Yohan menoyor kepala adiknya.

"EH NGACA KAK, KEMAREN SIAPA YANG NGAJAK HEDON DI MALL? SOK SOKAN KAYA AJA LO!" Hana mulai ngegas, dan Yohan udah eneg mau buruan berangkat.

"Iye iye udah yang kemaren itu khilaf. Udah diterima sih sebenernya. Kakak mau ke tukang foto biar wajah glowing ini semakin glowing," Yohan berpose seperti model iklan, tapi yang ada malah Hana pengen muntah liatnya.

"Lah, gimana ceritanya udah diterima? Kapan daftarnya nyet?"

"Nyat nyet nyat nyet ae ni bocah. Hadeh, kakak daftar online dong jadi driver ojol. Tinggal ambil jaket terus ke tukang foto, biar foto profil akunnya bagus terus banyak yang order muehehe,"

"Ojol?! Wadaw mayan tuk kak, siapa tau dapet jodoh customer cantik,"

"Hiyaak doain ya dek. HALAH UDAH ENTAR GUE TELAT FOTO TERUS TELAT KULIAH. UDAH BYE,"

Yohan memeluk Hana, mengacak cepat rambut adiknya itu lalu bergegas pergi.

Setelah kepergian Yohan, Hana menghela napas kasar.

Sebenarnya ia ingin mencegah Yohan untuk cari kerja lagi. Yohan yang sangat keras mencari uang di tengah masa kuliahnya membuat hati Hana sakit.

Ia bahkan sudah sering menawarkan bantuan agar dia juga bekerja, tapi Yohan selalu menolak. Hana tau persis alasannya. Itu karena penyakitnya.

Vertigo Hana sering kumat. Makanya Yohan super protektif, dia hanya membolehkan Hana kuliah tanpa embel-embel kerja.

Hana pun berusaha menjaga agar vertigonya jarang kambuh. Biaya obatnya tidaklah murah. Beruntungnya, mereka berdua kuliah dengan beasiswa. Yohan dengan beasiswa taekwondo dan Hana dengan beasiswa akademik.

Huff. Jadilah hari Senin pagi itu, Hana berangkat kuliah dengan muka tertekuk, membayangkan keseharian Yohan setelah ini yang pastinya akan super sibuk.

Pikiran itu terus mengganggunya, hingga saat di bus, tiba-tiba ia menangis.

"Elah, cengeng amat sih gue,"

"Huhuhu, kak Yohan..."

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


To be continued

Kak YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang