"Kak, gendong!" -Yohana
"Yaelah ini dugong, udah gede masih gatau diri," -Yohan
Hanya kisah keseharian absurd Yohan dan adiknya.
Hingga hari itu datang mengubah segalanya.
Highest rank :
#1 - Yunseong
#4 - Siblings
#5 - Yena
#10 - Izone
#12 - Yohan
"Han. Gue tau lo lagi tertekan. Gue tau akhir-akhir ini banyak yang gasuka sama lo," Yena narik bahu Hana pas di depannya. Mereka hadap-hadapan.
"Tapi ayolah. Mereka cuma iri sama lo. Siapa yang ngompor-ngomporin? Kak Eunbi. Udah jelas kan? Lo juga tau. Dan asal lo tau, banyak yang sayang sama lo Han. Gue. Kak Yohan. Yunseong. Kak Buyung. Kak Seungwoo. Kak Uyon. Kak Hangyul. Minhee. Banyak. Jangan berpikir kaya gitu, Han. Kita semua sayang lo,"
"Lo ga tau Yen. Lo ga tau sehancur apa pikiran gue sekarang," Hana nangis lagi, entah udah berapa kali dia nangis hari ini. Acara makrab yang harusnya bisa buat seneng-seneng malah berakhir kaya gini.
Hana benci sama dirinya sendiri saat ini. Ini bukan dia banget. Kemana Hana yang berisik macam toa? Kemana Hana yang sering bodoamatan? Kemana Hana yang ceria dan ga banyak pikiran?
Kata-kata Yena emang bener. Lebih banyak yang sayang sama dia. Harusnya dia seneng, merasa tenang. Tapi nyatanya nggak.
Kejadian memalukan tadi sore. Mimpi mengerikannya. Olok-olok orang-orang pas api unggun. Yohan yang pergi pas dia lagi butuh.
Semua masalah itu dateng dalam satu waktu, dan dia ga pernah sebegini stressnya.
Hana orangnya lemah. Dia gabisa nerima beberapa masalah dalam satu waktu sekaligus. Sekali nerima masalah bertubi-tubi, otaknya bingung nampung semua itu. Kepalanya sakit. Hatinya emosi.
"Gue tau, Han. Gue tau pikiran lo lagi ruwet. Kaya benang kusut. Tapi apa lagi yang bisa seorang sahabat lakuin selain nguatin sahabatnya? Gue juga ga tau harus gimana selain ngelakuin ini,"
Menurut Yena, hati dan pikiran Hana itu kaya bensin. Kesulut api sedikit, bubrah semuanya.
Dia udah nebak kalo Hana baru aja mimpiin sesuatu yang buruk. Dia tau dari Yohan, kalo Hana ngebet banget ketemu Yohan sampe cemas ga jelas, itu artinya dia habis mimpi aneh.
Tapi Hana ga pernah cerita soal hal itu ke Yena, makanya Yena ga berani ngungkit-ungkit sekarang. Dia juga tau kalo cuma Yohan yang paham gimana cara nenangin anak ini.
Masalahnya, Yohan malah tingkahnya aneh malem ini. Yena jadi pusing sendiri.
"Eh Han, masuk yuk. Gue punya sesuatu buat lo," kata Yena.
***
Kilas balik, kejadian sore tadi.
"Ada apa, Pak?" tanya Yohan ke Pak Pembina yang tadi manggil Yohan.
"Ah, ini. Kamu disuruh ke kampus sekarang nemuin Pak Dekan. Ada hal yang mau diomongin katanya,"
"Waduh, tapi acaranya udah mau dimulai, Pak. Gimana?"
"Habis ini saya suruh Seungwoo yang gantiin kamu. Tenang aja,"
"Baik, Pak,"
Yohan langsung naik motor ke kampus yang jaraknya lumayan jauh dari bumi perkemahan. Sepanjang jalan dia bertanya-tanya, urusan penting apa yang mau disampein Pak Dekan sampe mendadak gini.
Baru sampe gerbang kampus, Pak Dekan berdiri di depan mobilnya, ngelambaiin tangan ke Yohan. Mukanya susah ditebak, antara judes sama khawatir. Ga tau deh gimana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.