Kiss The Rain

968 94 16
                                    


Sore itu hujan deres. Hana megang sebuah payung besar buat dirinya sama Yohan. Dia berdiri, sedangkan Yohan lagi jongkok.

Mereka lagi ada di samping gundukan tanah yang ditaburi bebungaan yang masih seger. Di ujung gundukan itu ada batu mengkilap, terukir sebuah nama yang bikin hatinya mencelos.

Di sana, mereka diam. Sepi, cuma ada suara hujan yang menghantam tanah dan payung mereka.

Hana speechless. Dia gatau harus bereaksi kaya gimana. Sedih? Jelas. Cuma gini loh, dia ga pernah liat sosok mbak Jisoo yang lagi buka mata. Mereka ga pernah berinteraksi, ga pernah kenalan, bahkan saling pandang pun ga pernah. Padahal, waktu pertama kali liat Jisoo di rumah sakit, Hana pengen banget dia sadar dan bisa kenal sama orang yang udah bikin Yohan uring-uringan waktu itu.

Hana tau, Yohan suka Jisoo.

Liat Yohan dengan tatapan kosong begini bikin Hana sedih. Hana takut Yohan jadi aneh kaya dulu lagi, waktu kedua orang tua mereka meninggal. Waktu itu, Yohan jadi kaya robot. Tatapan kosong, suka ngelamun, dan Hana harus setengah mati maksa Yohan buat beraktivitas normal.

"Kak..." Hana beraniin diri buat buka suara. Beuh, mulutnya kecipratan air hujan gatau dari mana.

Yohan cuma noleh bentar.

"Pulang, yuk? Udah lama banget loh kita di sini. Bukan apa-apa, sih. Tapi astaga ini kalo kelamaan lo harus bayar gue buat jasa ojek payungnya," Hana nyoba nyairin suasana yang tegang banget kaya mau UN. Tapi reaksi Yohan cuma ngangguk terus berdiri, ga kaya biasanya yang bakal nimpalin Hana dengan songongnya.

"Yuk," kata Yohan sambil jalan duluan. Hana buru-buru ngikutin langkah Yohan, takutnya Yohan kehujanan terus sakit kan dia juga yang repot. Hadeh, ini Hana harus ekstra tenaga biar payungnya ga nabrak kepala Yohan. Lagian Yohan badannya tinggi tapi ga peka amat buat pegangin payung doang.

"Kak," panggil Hana di tengah mereka jalan.

"Hm?"

"Maafin gue," kata-kata itu tiba-tiba meluncur dari mulut Hana.

"Dih, lo napa dah tiba-tiba begini," jawab Yohan sambil natap langkah kakinya.

"Serius. Kalo dipikir-pikir, ngapain juga kita musuhan terus. Kaya bocah," tiba-tiba langkah Hana terhenti, otomatis Yohan juga ikut berhenti karena ga mau kehujanan.

Hana ngulurin tangan kanannya ke Yohan, ngajak salaman.

"Emang lo masih bocah," jawab Yohan.

Ya dasarnya manusia ga ada akhlak, bukannya nyalamin Hana, Yohan malah noyor jidat Hana sampe si Hana kaget dan payungnya lepas.

"HEH MAKSUD LO APA, KEHUJANAN INI WOE!" Hana buru-buru mungut payungnya, tapi malah direbut sama Yohan terus dibawa lari.

"AWOKWOWKWWK!!!" Yohan terus lari sambil payungan, sementara Hana yang udah basah kuyup mau ga mau ngejar si Yohan.

Karena Yohan lari sambil bawa payung, payungnya jadi keberatan angin sama hujan dan akhirnya terbang.

"Mampus!" teriak Hana sambil nyamperin Yohan. Mereka berdua basah kuyup tapi malah ketawa-ketiwi sambil ngos-ngosan.

 Mereka berdua basah kuyup tapi malah ketawa-ketiwi sambil ngos-ngosan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kak YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang