The Main Actor (2)

1K 123 5
                                    


"Yen..."

"Han, sumpah ya. Lo kenapa ga pernah cerita ke gue? Kak Yohan bukan kakak kandung lo... Astaga, speechless gue," omel Yena. Tangan kanannya meluk Hana, tangan kirinya ngusap-ngusap rambut Hana pelan.

Hana habis cerita perihal masalahnya ke Yena. Dia nangis, tenggelem di pundak Yena. Dia nangis sejadi-jadinya, ngeluapin semua emosi yang beberapa hari ini dia tahan mati-matian di depan Yohan, Hangyul, dan Minhee.

"Gue harus gimana sekarang? Gue harus ke mana Yen gue gatau,"

"Lo dari rumah Minhee?" tanya Yena, dibales anggukan sama Hana.

"Terus? Kenapa lo kabur ke sini? Ada apaan?"

Hana ngelepas pelukan mereka, ngerogoh sesuatu di saku jaketnya. Ada kertas.

"B-baca aja, habis itu buang. Gue gamau baca lagi," kata Hana sambil nyodorin kertas itu.

Yena ngamatin surat itu dengan tatapan menyelidik campur takut-takut.

Dari : Minhee
Untuk : Yohan-Yohana

Oke langsung aja, saya ga suka basa basi.

Saya ceritain aja dari awal. Saya males ngomong, jadi saya bikin surat ini aja lah.

Dulu, gatau berapa tahun lalu. (Yqng jelas Hana belum diadopsi jadi anak dan belum amnesia). Kak Yohan masih umur lima tahun, kak Jisoo juga. Kak Jisoo dulu anak panti. Bukan panti punya orang tua kak Yohan. Mereka kenalan waktu ada acara kumpul beberapa panti, kak Yohan diajak sama Mamanya. Sejak saat itu, mereka beberapa kali suka main bareng.

Hari itu, saya masih umur empat tahun. Saya ga inget banyak, cuma samar-samar aja. Waktu itu saya ikut Ayah di mobil. Mobil Ayah tiba-tiba nabrak sesuatu, ternyata itu kak Jisoo. Dia didorong sama temennya pas lagi main petak umpet, terus kak Jisoo lari ke jalan.

Tebak siapa yang dorong? Iya, kak Yohan.

Habis kak Jisoo jadi kakak angkat saya, dia sering cerita kalo dia kangen temen mainnya, terutama kak Yohan, tapi udah ga bisa main bareng lagi karena suatu alasan.

Dia cerita, katanya waktu itu kak Yohan jadi yang jaga petak umpet. Dia nemuin kak Jisoo yang lagi sembunyi dengan cara ngagetin sekaligus agak ngedorong kak Jisoo. Waktu itu kak Jisoo ngumpet di balik mobil yang parkir di pinggir jalan. Karena kaget, dia refleks lari dan malah lari ke jalan. Mobil Ayah saya lewat,
ketabrak deh.

Habis kejadian itu, kak Yohan kena trauma berat, soalnya dia yang bikin kak Jisoo ketabrak. Dia disalah-salahin juga sama temen-temennya, bahkan Mamanya sempet marah besar. Sejak saat itu, kak Yohan jadi penakut, parnoan, was-was sana sini, dan trauma sama jalan raya.

Orang tuanya berpikir keras gimana cara nyembuhinnya, dan diambillah alternatif paling cepet : hipnoterapi. Konteks hipnoterapinya itu sebenernya cuma ngilangin kejadian ketabraknya kak Jisoo dari memori kak Yohan. Tapi sejak saat itu juga, orang tua kak Yohan minta kak Jisoo biar ga nemuin kak Yohan lagi, takut trauma itu muncul lagi. Jadilah seiring bertambahnya usia, kak Yohan ga inget siapa itu kak Jisoo.

Sejak insiden itu, kak Jisoo sering sakit-sakitan. Kami ga tau pasti sakitnya apa, Ayah udah sering meriksa, tapi gejalanya masih terlalu kecil buat didiagnosis.

Kak Jisoo itu kakak yang baik. Dia sabar ngadepin saya yang jail, ngajarin saya pelajaran sejak kelas satu, ngajarin saya masak, bersih-bersih, pokoknya dia ngajarin saya segala hal. Bertolak belakang sama kak Hangyul yang tiap hari berantem mulu sama saya.

Jadi, kalian pasti tau kan seberapa sayangnya saya sama kak Jisoo?

Sejak kuliah, kak Jisoo milih ngontrak rumah sendiri dan kerja part time. Bukan karena Ayah ga bisa biayain, tapi itu permintaan kak Jisoo sendiri. Kak Hangyul juga sama. Alhasil saya di rumah sendiri, kesepian.

Kak YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang