Selasa

3.4K 282 10
                                    

Hana membuka matanya perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hana membuka matanya perlahan. Sinar matahari pagi yang menembus jendela kamarnya membuat matanya menyipit. Tangan kanannya meraba-raba sprei.

"Kak?" Ia menepuk-nepuk kasur di sebelahnya. Kosong.

"Lah, Kak Yohan kemana dah?" Ia duduk dengan sedikit panik. Ini baru jam setengah enam pagi.

Sejak kecil, mereka berdua memang selalu tidur bersama. Entah kenapa, tapi Hana tidak bisa tidur kalau bukan sama Yohan. Yohan pun begitu. Udah macam anak kembar pokoknya.

Masih berusaha nemuin Yohan, Hana lalu beranjak ke kamar mandi.

"Heh, kosong? Haaah kalo Kak Yohan diculik wewe gimanaaa?!" jangan kaget sama pola pikir Hana yang kayaknya emang agak miring.

Hana bingung, mengitari seluruh rumah pun kosong. Ia mengecek ponsel. Tidak ada notifikasi apa pun. Ia langsung menelepon Yohan, dan sialnya tidak ada jawaban.

"Kayaknya kak Yohan balik ke laut deh, kan dia dugong!" Hana kesal dan pengen tidur lagi, tapi ia ada jadwal kuliah pagi ini.

Ia pun bergegas ke kamar mandi dengan muka tertekuk.

***

Sesampainya di kampus, Hana juga tidak berpapasan dengan Yohan. Mereka satu jurusan, Ilmu Komunikasi. Yohan semester lima, Hana semester tiga.

"Yuyuuun! Lo liat kak Yohan, nggak?" Hana berlari menemui Yunseong, sahabat dekatnya yang pendiam.

Yunseong yang sedang fokus pada bukunya melirik Hana sekilas, lalu menggeleng.

"Haduh, ini makhluk kemana yaa?!" Hana frustasi sendiri. Yohan belum pernah ngilang kaya gini sebelumnya.

"Minggat kali, udah eneg sama lo," ucap Yunseong datar.

"Yeu ini bocah biasanya diem bae, tapi sekali ngomong udah kayak boncabe level 30 campur balsem," Hana menoyor kepala Yunseong, dibalas dengar cengiran menyebalkan.

"Yaudah gue mau tanya kating dulu," Hana bergegas menuju lantai 2, tempat kuliah anak semester 5.

"Kak Uwu!" teriaknya pada laki-laki yang sedang berjalan sambil memakai earphone.

"Eh, Hana. Kenapa Han?" Seungwoo menghentikan langkah dan berbalik menghadap Hana.

"Aduh, kakak liat kak Yohan nggak?" tanya Hana sambil ngos-ngosan.

"Yohan? Enggak, gue aja baru dateng. Jadwal kuliah gue sama kaya Yohan, masih setengah jam lagi. Yohan kemana emangnya?"

"Ya mana gue tau lah kak! Kalo tau mah ngapain gue nyariin dia kaya orang gila gini," kata Hana sambil cemberut.

"Bentar, coba gue telpon," Seungwoo mengutak-atik ponselnya lalu menempelkannya di telinga. Sepuluh detik kemudian dia menggeleng.

"Tuh kan, dari tadi Hana telpon juga nggak dijawab. Aduh, kayaknya beneran digondol wewe deh, huhuhu," Hana putus asa.

"Hahaha, santai aja kali Han. Kalo ada apa-apa pasti pelakunya udah di smack down sama Yohan," Seungwoo menenangkan Hana, walaupun agak khawatir juga.

Jadilah Hana memulai kelas hari Selasa itu dengan perasaan cemas sekaligus sebal.

Jadilah Hana memulai kelas hari Selasa itu dengan perasaan cemas sekaligus sebal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Hana!"

Hana sedang istirahat sambil makan cilok di kantin bareng Yunseong dan Yena, sedang asyik berjulid ria sehingga tidak mendengar ada yang memanggilnya. Hana sama Yena doang sih yang julid. Yunseong cuma nyimak sambil ber-oh ria karena ia ketinggalan banyak gosip.

"Woy!" Sebuah tangan menepuk pundak Hana.

"Astaganaga! Uhuk!" Alhasil Hana tersedak cilok dan buru-buru minum.

"Woy, sapa si- KAK YOHAN! KEMANA AJA LO KAK GUE KIRA UDAH NYELEM KE LAUT SAM-" Hana emosi, jadi ngegasnya keluar. Yohan buru-buru nutup mulut Hana. Malu diliatin orang satu kantin.

"Yuyun sama Yeyen, eh maksud kakak Yunseong sama Yena, pinjem Hana dulu ya bentar. Hehe," Yohan menarik Hana menuju belakang kampus.

"YAELA MAU PINGSAN GUE LO BEKEP GITU KAK!" teriak Hana sambil ngos-ngosan.

"Woy bocah diem dulu jangan ngegas. Dengerin kakak dulu," kata Yohan sambil cengengesan. Rambutnya lepek karena keringat.

"Maap, tadi pagi jam lima gue buru-buru soalnya tiba-tiba dapet orderan suruh pesenin makanan,"

Hana lupa satu hal, kalau mulai hari Selasa ini, Yohan adalah driver ojek online.

"Sepagi itu kakak udah harus kerja? Ga bisa di-off-in dulu apa?" suara Hana tercekat, ia ingin menangis.

"Lumayan dek, lagian ini hari pertama gue jadi masih semangat 45," Yohan tidak menyadari perubahan raut muka Hana.

"Lah itu kenapa sampe keringetan banyak gitu? Lama banget lagi dari tadi ditelpon nggak diangkat,"

"Gue nyasar tadi coy! Gila, udah berapa kali muter-muter malah disesatin sama google maps. Mana waktu nganterin makan harus lari-lari soalnya keburu kesiangan customer nya. Hadehh," Yohan mengusap keningnya.

Mendengar itu, Hana tidak bisa menahan tangisannya lagi. Ia menangis.

"Lah, dek? Yaela ngapain nangis? Tenang ae gue nggak balik ke habitat asli sebagai dugong di laut! I'm here! Utututuu sayaang," Yohan memeluk Hana, mengacak pelan rambut adiknya itu.

"Jangan kerja terus kak, Hana sedih banget liatnya. Masa iya pagi-pagi kan biasanya kita berantem, terus seterusnya gue bakal bangun sendirian terus," tangis Hana semakin menjadi.

"Tenang dek, kan baru hari pertama. Wajar aja masih nyasar dan terima orderan pertama walau pagi banget. Besok-besok pasti udah terbiasa, gue juga bakal ngatur waktu juga," Yohan tersenyum sambil mengusap air mata Hana.

"Idih, kena ingus lo! Ih jijik banget sih nangis sampe ingusan gitu. Pantesan jomblo, mana ada yang mau kalo kaya gini. Udah buruan cuci muka sana," Yohan mendorong Hana menuju toilet. Hana menurut sambil melangkah sebal mendengar ejekan Yohan.

Yohan berjalan menuju kantin. Ia lapar, belum sempat sarapan. Padahal sudah jam sepuluh.

Diam-diam, matanya berkaca-kaca. Namun, ia segera menghapusnya.

To be continued

Kak YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang