09.

1.3K 272 17
                                    

"Anu...."

"Ken belum pulang tah?"

"Belum" Cio terdiam sebentar.

Mampus gue.

"Anu ini....hmm jadi gini, Ni...." kata Cio berhati-hati.

"Apa loh anu anu tuh apa"

"Iya anu jadi gini, sebenernya tuh—"

"Eh Neni selamat soreee! Tumben disini?" Belum sempat Cio menyelesaikan kalimatnya, Yanu dan Alden pulang.

"Ini masih kosan saya ya bukan rumah kamu" jawab Neni bercanda tetapi dengan nada yang sedikit sinis.

"Aduuuh mampus. Emang ngaco nih ini anak Ni usir aja" tambah Alden angkat bicara.

"Ni, anu....."

"Ini juga anu anu daritadi kenapa loh kamu, Yo?"

"Ngga jadi, anu itu Yanu yang katanya mau ngomong maksudnya. Yaudah saya pamit ke dalem dulu" jawab Cio kemudian berlari kedalam tanpa basa-basi diikuti Alden dibelakangnya karena merasa ia tidak ada urusan disitu.

Jelasin lo sono, Yan.

Yanu hanya terdiam sejenak, ia bingung, Neni apalagi.

"Gimana?" tanya Winwin kepada Cio.

"Loh ini Alden. Den, Yanu pergi sama lo kan tadi?"

"Iya tuh masih di luar lagi ngobrol sama Neni"

"Udah bayar air belum?"

"Udah" jawab Yanu yang kini sudah masuk ke ruang tengah.

Yanuar menceritakan bagaimana ia memberi alasan kepada Neni sehingga ia bisa lolos hanya dalam waktu kurang dari 5 menit. Iya tumben. Karena biasanya jika ada masalah, bahkan setengah jam pun beliau bisa mengomel tanpa henti.

Neni orang yang sangat perhatian dan baik kepada para penghuni, kecuali jika sudah menyangkut hal yang berurusan dengan rumah kosannya itu, beliau bisa bertindak tegas dengan alasan 'itu kan juga demi kebaikan kalian'.

"Lagian darimana sih lo berdua? Bukannya kagak ada kelas hari ini" tanya Lio sedikit jengkel.

"Noh, nemenin Alden ketemu cewek" jawab Yanu enteng.

"Ngaco!" jawab Alden panik.

"Wah cewek mana lagi nih? Gue telfon bunda ah" selidik Cio curiga. "Halo bunda, iya ini–"

Greb!

Cepat-cepat Alden merebut hp dari tangan Cio. "Engga bang bukan. Aduh brengsek lo Yan" jelas Alden sedikit panik, jari telunjuknya mengisyaratkan agar kakak sepupunya itu untuk diam dan jangan memberitahukan ke bunda. 

Dengan terpaksa Alden cerita semuanya ke mereka. Lio ikut mendengarkan dengan satu tangan yang sengaja diletakkan di telinganya, seolah sedang mendengarkan sebuah rahasia negara.

"Hmm...." kata Cio merespon setelah mendengar semuanya.

"Cantik bang euy lumayan. Jagoan si Alden mah. Tapi da ngga tau heeh si cewek mau ngga sama Alden"

"Bacot" jawab Alden kesal.

"Siapa tadi namanya?" tanya Winwin ikut penasaran.

Alden diam ngga menjawab.

"Jangan bilang lo gatau namanya? Aduh begonya emang udah sampe ke tulang" kata Lio reflek memukul keras pundak Zidan yang ada didepannya.

"Aduh anjing kok jadi gue yang kena sih!" protes Zidan kesakitan.

"Eh iya sorry hehehe"

"Bukan gitu. Gue juga baru tau itu cewek belum lama ini, dan tadi gue bukannya sengaja buat ketemu dia tapi ngga sengaja ketemu. Kalian jangan percaya Yanu elah udah tau musrik"

"Anak kampus kita? Satu jurusan?" tanya Cio semakin penasaran.

Lagi-lagi Alden ngga menjawab.

"Aduh brother, percuma emang ya selama ini gue share ilmu mahal yang gue punya sama lo tapi masih gini-gini aja kagak ada kemajuan" kata Lio menyombongkan diri.

"Sendirinya aja masih jomblo ngga usah banyak gaya" tambah Cio menyela omongan Lio.

"Ettt bang, hayo berkacalah sebelum apa? Iya betul, berbicara"

"Loh bang Cio kan punya cewek yang waktu itu pernah main kesini?" tanya Zidan kemudian.

Alden otomatis menggeleng merespon pertanyaan Zidan, sedangkan Cio juga cuma diam dan berlalu pergi ke kamarnya.

"Nahlo Dan mampus bang Cio pundung" kata Yanu berusaha mengompori.

"Hah anjir padahal gue nanya beneran, gue ngga tau apa-apa???"

"Udah bubar . Lo semua sekarang jangan percaya sama kepancing omongan si kampret satu ini nih. Sumpah musrik" jelas Alden menunjuk ke arah Yanu. Yanu cuma bisa ber-haha hehe merespon. "Eh Bang Ken belum balik?" tambah Alden bertanya.

"Belum, kayanya masih di sekre atau di perpus deh" jawab Winwin. "Eh panjang umur nih ngechat orangnya pada mau titip makan ngga katanya"

"Boleh"

"Mau mau gue juga"

"Bang Ken mau beli makan apa emang?"

"Bentar gue tanya dulu. Tapi lo semua mau kan?"

"Iya sok bang, bebas gue mah

Tok tok tok!

Disela-sela obrolan mereka terdengar suara orang mengetok pintu dari arah ruang tamu.

"Bang Ken kali?" celetuk Yanu sembarang.

"Kalo Bang Ken ngapain ketok pintu, bego" jawab Lio sambil menoyor kepala Yanu.

Zidan yang saat itu posisinya lebih dekat dengan ruang tamu bangun untuk membukakan pintunya, sedangkan yang lain masuk ke kamar masing-maing.

Zidan berjalan menuju pintu depan, membukakan pintu dan kaget dengan apa yang ia lihat. Ia membeku, mencerna apa yang ia lihat didepan matanya. Reflek ia menutup kembali pintu itu, tapi terlambat. Seseorang yang ada diluar berhasil mencegah dengan badan dan kedua tangannya.

"Kenapa bisa ada disini?" tanya Zidan dingin.

"Mau ketemu sama kamu"

"Kenapa bisa masuk—bukan, silahkan pergi"

"Tunggu Dan, kita harus bicara"

Winwin yang tadinya akan menghampiri Zidan untuk melihat siapa yang datang, kembali mundur beberapa langkah mendengar percakapan singkat itu dan akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.

Itu diluar urusannya—atau lebih baik ia menunggu waktu yang tepat sampai Zidan mau menceritakan sendiri kepadanya. Itupun kalau Zidan mau.

Yang jelas Winwin tau, bukan porsinya untuk ikut campur saat ini.

"Saya ngga mau bicara"

"Tapi ayah perlu bicara sama kamu"

QUERENCIA | Pondok WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang