05. Elecio - Warna

1.6K 306 15
                                    

"Lo tau ngga kenapa ini kosan namanya Pondok?"

"Kagak bang. Emang kenapa?"

"Kan gue nanya"

"Yeu anjir, gue kira mau kasih tau" dengus Alden kesal melempar keripik kentang ke arah Cio.

"Belum limat menit" kata Cio mengambil keripik yang sudah tersungkur di lantai.

"Njir jorok banget" Alden menumpahkan sisanya ke lantai. "Lagi gak bang? Tuh" sambungnya sengaja meledek Abang sepupunya itu lalu berdiri dari tempatnya berniat masuk ke kamar sebelum Cio memanggil,

"Den" Cio mengisyaratkan kedua jari telunjuk dan tengahnya memanggil sepupunya itu.

"Hm?" Alden berbalik menghampirinya.

DUGG!

Satu tendangan yang cukup keras tepat di pantat Alden. "Woy! Sakit anjir! Kenapa dah, orang kata Bang Ken juga nanti mau kerja bakti ya sekalianin aja kan nanti di sapu" katanya kesakitan sambil mengusap-usap aset keduanya itu.

"Hah? Kerja bakti apaan?"

"Beresin ni kosan lah masa kerja bakti komplek"

"Duh gue mau pergi ada janji" jawab Cio cepat tanpa basa-basi.

"Mau kabur kan lo? Ngga bisa. Semalem kata Bang Arya hari ini lo free"

Ia memicingkan bola matanya, mengingat semalam Winwin memang tiba-tiba tanya ke Cio, besok ia ada urusan atau ngga dan ia enteng menjawab 'engga'.

Sial, bener juga.

"Ahhh anjir" dengusnya malas. Coba kalau Cio tau pasti sudah kasih berbagai macam alasan kalau hari ini ia ada janji dan harus keluar, yang penting ngga ikut beres-beres kosan.

"By the way bang, lo ngga pulang?" tanya Alden kemudian.

"Kagak. Lo sendiri tumben ngga pulang? Bunda ngga kangen?"

Iya, Cio memanggil bundanya Alden dengan sebutan bunda juga, begitupun Alden ke bundanya Cio.

"Dua minggu lalu kan gue udah pulang" jawab Alden yang akhirnya sambil membereskan sendiri keripik yang berserakan di lantai. "Emang lo ngga kangen sama yang dirumah?" sambungnya.

"Kangen"

"Pulang lo sana. Ribet amat sih"

"Ngusir gue lo hah? Mau mati lo?" kata Cio yang kemudian mengikat leher Alden dengan lengan kanannya.

"Aghh! Lepas lepas! Sakit!" Alden menepuk-nepuk keras tangan Cio kesakitan. "Gila lo ya kecil-kecil jago juga"

"Ngomong sekali lagi"

"Kagak, bercanda hehehe. Ini beresin dong bantuin gue!"

"Yang numpahin siapa? Lo kan? Jadi yang beresin siapa? Iya elo" kata Cio sambil berlalu ninggalin Alden yang masih jongkok ngeberesin sisa keripik hasil ulahnya sendiri.

Suatu kebetulan yang disayangkan, hari itu langit lagi ngga menampakkan warna biru muda cerah seperti biasa. Udaranya sejuk banget dan sayang kalau dilewatkan bukan buat tidur.

Waktu mau menjatuhkan dirinya ke kasur, tiba-tiba Lio masuk ke kamarnya tanpa permisi "Bang, mau ikut ngecas" katanya sambil nyengir.

"Hm" jawabnya singkat. Ia berbaring dan siap menenggelamkan dirinya ke dalam selimut.

"Bang kok lo tidur kan mau beberes kata Bang Ken" tanya Lio sambil menyalakan laptop Cio.

"Terus lo ngapain nyalain laptop gue? Kan mau beberes kata lo"

"Hehehe anu—YANUUU CEPETAN ELAH" teriak Lio tiba-tiba memanggil Yanu. Cio mendengus jengkel melihat Lio. Ia sudah bisa memprediksi apa yang bakal dilakuin sama Lio dan Yanu di kamarnya "Gue mau tidur sebentar anjir ngantuk"

"He'eh sok bang. Selamat bobo" jawab Yanu yang tiba-tiba sudah ada di kamar Cio sambil membawa dua bungkua cemilan, buat dirinya sendiri satu dan buat Lio satu.

Hahhhhh.....

"Lagian Bang Cio jangan tidur nanti dimarahin Bang Ken" kata Lio yang matanya masih tetap fokus ke layar laptop "Cepet anjir Yan masuk itu lo belum di pencet"

"He'eh bentar anjir sabar"

"Ck!" kali ini Cio benar-benar menyerah buat tidur. Ya mana bisa tidur kalau ada Lio sama Yanu di kamar main PES. "Ken dimana sekarang?"

"Ngga tau?" jawab Lio singkat.

Ancur weekend gue.

"Yan, panggil pembantu aja" saran Cio tiba-tiba.

"Hah? Buat apaan?" tanya Yanu heran.

"Biar kita-kita ngga usah beberes, jangan dibikin susah deh"

"Lo yang mau bayarin bang?"

"Kita jadi youtuber dulu" jawab Cio. Yanu dan Lio terdiam. "Kalo channel kita sukses kita juga bisa dapet uang dari situ, gimana?" sambungnya.

Walaupun sudah tinggal bareng cukup lama dan tiap hari ketemu, tapi kadang mereka juga masih ngga ngerti apa yang ada dipikiran satu sama lain, kaya Cio sekarang contohnya. Random banget.

"Lo jualin aja baju-baju lo bang kan banyak tuh. Hasil endorse juga kan" sahut Lio menunjuk satu-satu ke lemari pakaian Cio.

"Tuh piercing juga, bracelets, topi. Hmm kira-kira lima juta dapet lah Bang" tambah Yanu.

"Sembarangan. Lagian kalo gue jualin, lo ngga bisa pinjen baju gue lagi dong"

"Yaelah pinjem kolor doang" jawab Lio.

"Sama kaos" sahut Yanu ikut nambahin.

"Ngga akan pinjem lagi gue tenang aja, kemarin habis dibeliin boxer baru sama ibuk"

Bagi Cio, weekend adalah waktunya untuk bermalas-malasan di kasur, menonton serial netflix yang belum selesai ia tonton. Karena, hampir setiap hari ia harus menghadapi deadline tugas-tugas kuliah yang menumpuk, belum lagi Lio sama penghuni lain yang juga sering datang ke kamarnya bermain PS sampai subuh. Belum lagi kalau pengen hang out, belum lagi.....ya terlalu banyak kalau disebutin satu-satu.

Sepele, tapi bagi orang yang mager banget dan menomor satukan rebahan sambil nonton film kaya Cio itu benar-benar melelahkan.

Pada akhirnya, siang itu ia harus merelakan waktunya yang berharga. Walaupun mereka cuma sekedar membereskan kamar masing-masing, nyapu rumah, ngelap vas bunga Neni di ruang tamu yang sudah berdebu karena sudah tiga bulan ngga di bersihin, dan juga menata garasi yang bahkan malah dipenuhi sama kardus sepatu yang berserakan terutama di rak sepatu Lio dan Zidan. Seenggaknya itu adalah bentuk tanggungjawab mereka menempati kos ini. Ya, walaupun harus menunggu debunya menumpuk setebal 5 cm dulu baru mereka bersihkan.

Lebih tepatnya menunggu inisiatif Ken. Yang lainnya cuma tim hore.

Satu foto yang sudah mulai memudar warnanya Cio temukan di dalam kotak kecil di bawah kasurnya waktu mau membereskan kamar. Ia tersenyum.

Iya, seenggaknya semua harus segera di bereskan, entah itu harus menunggu waktu yang lama dengan segala usaha yang mempertaruhkan sesuatu yang lainnya.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
QUERENCIA | Pondok WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang