15.

1K 216 29
                                    

Sudah dua hari Neni jatuh sakit, dan sudah dua hari juga penghuni Pondok WayV bergantian merawat Neni bolak-balik dari kosan ke rumah Neni yang beruntungnya hanya bersekat 1 blok dari kosan.

Kemarin lusa, Ken dan Cio mengantar Neni ke klinik dekat situ, kata dokter Neni kecapekan. Maklum saja dirumah semuanya beliau kerjakan sendiri mulai dari memasak, membereskan rumah dan kadang membereskan rumah kosan juga.

Anak semata wayang Neni yang sekarang lagi kuliah di Jogja sengaja ngga diberi tahu karena Neni takut ia khawatir. Lagipula ini cuma sakit biasa, dibawa istirahat juga nanti sembuh, katanya.

"Lo tau cara bikin bubur?" tanya Lio ke Alden yang saat itu sedang membersihkan alat cukurya di dapur.

"Tau. Rebus air sampe mendidih terus masukin beras sampe ancur"

"Serius?"

"Hm, coba aja"

Akhirnya Lio mencoba membuat bubur untuk Neni dengan omongan dan perintah dari Alden sebagai panduannya. Sebenarnya dokter pun ngga melarang makanan tertentu untuk dikonsumsi, tapi nafsu makan Neni jelas menurun dan Lio inisiatif untuk membuatkannya bubur.

"Gosong, bego! Lio!" teriak Alden yang baru keluar dari kamar mandi melihat panci yang tadinya berisi rebusan beras sekarang berubah menjadi kerak berwarna hitam.

"Anjir lo ngga bilang! Habis semua kan nyisa panci doang!"

"Ya kan tadi gue lagi boker, nyet. Lagian lo yang bikin kenapa nyalahin gue"

"Gue lagi di kamar tadi habis ditelfon nyokap"

"Beli jadi aja lah, repot. Bukannya sembuh malah tambah sakit kalo lo kasih bubur item kaya gini ke Neni" kata Alden membuang sisa bubur yang melekat di panci karena gosong. "Lagian gue ngga yakin ini higienis"

"Siang gini dimana yang jual bubur nyet"

"Telfon bang Ken"

"Pinter!"

tuutt tuutt tuutt...

10 menit tetap ngga ada jawaban dari Ken, bahkan hpnya juga ngga aktif.

"Telfon bang Cio" saran Alden lagi.

"Ngga usah percuma. Gue nyari di internet aja"

'Cara membuat bubur yang enak buat Neni'

Bimsillah enter!

"Nah ada nih" kata Lio yang jadi bersemangat lagi. "Eh? Emang kita punya ayam?"

"Hah?"

"Bawang, kemiri...kemiri apaan yak? Hmm...lengkuas, batang serai, daun jeruk...salam"

"Assalamualaikum?"

"Hah?"

"Ada tamu?"

"Kagak. Lah lo ngapain Assalamualaikum?"

"Tadi lo bilang? Salam?"

"Bego. Ngga akan gue jelasin"

"Oh...." jawab Alden ngangguk-ngangguk seolah paham. "Udahlah ribet banget elah kita mana ada bahan ibu-ibu gitu. Mentok juga kulkas isinya kinder joy punya Yanu. Mana siniin coba liat" titah Alden mengambil hp Lio.

"Ya kagak usah bikin bubur ayam Bandung juga kali. Yang biasa aja gosong mau sok-sokan bikin bubur ayam Bandung, loba gaya pisan jelema teh heran"

"Kagak tau gue, munculnya itu yang paling atas ya gue buka"

"Ngapain?" terdengar suara Ken dari arah belakang mereka.

Ken pulaaaang!!

"Ini bang kita mau bikin bubur buat Neni tapi ngga tau gimana caranya" adu Lio langsung ke Ken.

"Lo di telfon susah banget sih kaya presiden"

"Sorry sorry hp gue mati" jawab Ken sambil menunjukkan handphone di tangannya. "Itu panci kenapa tuh gosong?"

"Noh pelakunya" tunjuk Alden ke arah Lio. "Lagian dia ngerebus gini malah ditinggal telfonan di kamar"

Ken hanya bisa menghela nafas. Baru pulang dari kampus disuguhin pemandangan panci gosong di dapur. Emang bener-bener berantakan kalau anak-anak kosan sudah menyentuh dapur.

"Beli bubur instan aja. Lagian kita ngga punya bahan yang cukup juga kan"

"Tuhkan kata gue juga apa!"

"Dih?" dengus Lio jengkel.

Akhirnya masalah bubur ayam buat Neni terselesaikan berkat ide Ken untuk membeli bubur instan di warung. Ken dan Alden yang mengantarkan ke rumah Neni, Lio harus ke kampus karena ada kelas siang.

Neni lagi memasak air di dapur waktu Ken dan Alden datang. Badannya masih kelihatan sangat lemas tapi beliau ngga mau memanjakan penyakitnya, katanya biar cepat sembuh.

"Makasih ya nak Ken, nak Alden padahal ngga usah tadi saya udah nyemil roti"

"Gapapa Ni, ini juga Lio sama Alden yang buat tadi"

"Iya, Neni lagi sakit harus makan yang banyak buat minum obat, sama biar cepet sembuh juga biar bisa masakin kita lagi hehehe" tambah Alden sambil memberikan sendok yang baru diambilnya dari dapur Neni.

"Hahaha iya nanti saya masakin" jawab Neni sambil menyuapkan bubur ke mulutnya. "Itu Yanu udah nyiramin tanaman di halaman?"

"Udah beres Ni tenang aja! Yang di rooftop juga beres. Ngga akan ada yang layu lagi, dijamin!" sahut Yanu yang baru muncul dari ambang pintu sambil membawa satu kantong plastik berwarna putih.

"Lo udah beres kelas, Yan?" tanya Ken.

"Udah. Tapi nanti sore ada lagi, ini gue pulang dulu"

"Bawa apa?" tanya Alden penasaran melihat kantong plastik ditangan Yanu.

"Apel. Buat Neni ini bukan buat buat lo" Alden hanya bisa mendengus sabar mendengar jawaban Yanu. Emang dasar Yanu paling bisa bikin orang gemas dan jengkel.

"Nah! Ini Ni, beres makan bubur abis itu cuci mulut pake apel" kata Yanu menyuguhkan sepiring apel yang barusan sudah ia cuci dan kupas bersih.

"Nanti malem mau makan apa, Ni? Nanti saya anterin" tanya Ken ke Neni.

"Ngga usah repot-repot... Tapi anu saya pengen ituloh yang waktu itu kalian pernah makan bareng-bareng di ruang tengah" jawab Neni menunjukkan gestur membentuk bulatan dengan tangannya.

Mereka bertiga ikut mengerutkan dahinya. Makan bareng-bareng? Di ruang tengah? Bentuknya bulat?

"Oh, pi...-"

"Pipa?" celetuk Alden spontan membuat Neni yang juga spontan memukul pundak Alden cukup keras.

"Pizza! Iya pizza ya betul? Yang ada sosis keju di atasnya. Waktu itu kalian kasih ke saya juga kan"

"PIZZA??!?" pekik ketiganya kaget.
Emang katanya kalau orang lagi sakit biar cepat sembuh tuh harus diturutin makan makanan yang lagi diinginkan,

Tapi ini pizza.

Iya PIZZA.

Ditambah, walaupun sekarang baru masuk tanggal muda, tapi beberapa dari mereka ada yang belum mendapat kiriman dari orang tuanya.

Belum lagi bayar kosan.....

"Aduh Neni ada-ada aja untung sayang" kata Yanu mengelus-elus pundak Neni sambil tersenyum kecut.

Karena bagaimana pun, Neni juga bagian dari keluarga mereka sekarang. Bahkan merekalah yang masuk terlebih dahulu ke dalam rumah ini. Dan secara ngga langsung, membuat sebuah ikatan yang jauh lebih kuat dari sekedar penghuni dan pemilik kos.

Get well soon, Neni!

QUERENCIA | Pondok WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang