18.

1K 204 21
                                    

"Ya, halo?"

"Halo? Selena? Asel?" ulangnya.

"Gimana gimana? Sorry disini agak berisik" kali ini Alden pergi keluar untuk sedikit meredam suara berisik dari dalam cafe.

Wajahnya mulai berubah jadi sedikit lebih serius waktu mendengarkan suara dari diseberang telepon. Ngga lama obrolan itu terputus. Alden kembali masuk ke dalam cafe, "Bang, gue cabut dulu," kata Alden mengambil jaketnya yang ia sampirkan di kursi dan buru-buru melangkahkan kakinya keluar.

Dengan cepat ia mengeluarkan motor maticnya dari parkiran.

Untung gue ngga bareng Lio tadi. Untung gue nyusul sama Yanu gara-gara dia boker dulu sebelum cabut. Emang pinter lo, Den!

Batinnya memuji diri sendiri sambil mengelus pelan helmnya.

Alden mendapat telepon dari Selena. Ngga banyak obrolan disana, tapi Alden segera tau apa yang harus ia lakukan. Feeling-nya, ia harus cepat menemui cewek itu walaupun ngga akan tahu nantinya bakal seperti apa kalau sudah dihadapkan dengan orangnya langsung didepan mata kaya situasi sekarang ini.

Alden melihat Selena tengah terduduk sambil menundukan kepalanya. Ia segera memarkirkan motornya tepat disamping trotoar pinggir jalan. Menghampiri Selena perlahan, melepaskan jaketnya, dan memberikan ke cewek yang ada didepannya sekarang. Selena mendongak, "Kak Alden..."

"Pake, gih. Dingin"

Selena terdiam sebentar masih melihat Alden. Mukanya pucat dan matanya kelihatan sembab.

"Atau buat nutupin muka lo aja tuh, malu diliatin orang-orang nangis dipinggir jalan gini." Alden memasangkan jaketnya ke pundak Selena. Ia membenarkan posisi duduknya membelakangi Selena dan agak sedikit maju, "Udah gue tutupin, sok kalau mau nangis gue tungguin"

"Maaf kak," kata Selena lirih.

"Tapi jangan lama-lama ya. Nanti dikira orang, gue lagi yang bikin lo nangis"

"Udah engga"

"Udah capek?" tanya Alden. Selena mengangguk.

Alden berdiri dari kursinya, "Yuk?" ajaknya.

"Kemana kak?"

"Ketempat lain, jangan disini. Lo mau diliatin orang-orang dipinggir jalan gini? Lagian itu motor gue juga dipinggir jalan banget nanti ditegur orang"

"Oh, iya..." ucap Selena. "Ini...jaketnya kak?"

"Kan tadi gue nyuruh lo pake" jawab Alden, kemudian berjalan menuju motornya. Selena menuruti omongan Alden dan berlari mengekor dibelakang.

Ia berdiri tepat disamping Alden yang lagi nyalain mesin motornya, "Nih. Tapi kayaknya agak bau, gapapa?" kata Alden memberikan helm ke Selena.

"Ya?"

"Itu punya temen gue. Soalnya, kebetulan tadi gue lagi sama temen-temen." Selena tersenyum dan mengangguk menuruti perintah Alden.

Helmnya kebesaran karena kepalanya yang kecil, sama kaya jaket yang ia pakai. Terlalu kebesaran, yang bikin badan Selena terlihat tenggelam dibalik jaket abu-abu milik Alden.

"Lucu" ucap Alden lirih yang spontan menyinggungkan garis lengkung tipis dibibirnya.

"Hah? Ngomong apa kak?" tanya Selena yang masih sibuk memasang sleting jaket.

QUERENCIA | Pondok WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang