22.

930 169 21
                                    

"Yaudah gih pesen"

"Bayarin?"

"Iya"

"Yes!" Buru-buru Yanu duduk di hadapan Ken, "Bu, pesen nasi-"

"Es tehnya. Gue bayarin es tehnya" tambah Ken cepat melanjutkan omongannya yang belum selesai. Yanu refleks memasang ekspresi datar ke Ken. Ken cuma tersenyum, "Ini tanggal krisis" jawabnya.

"Pesen es tehnya satu bu" kata Yanu kemudian melanjutkan pesanannya. Nadanya tidak sesemangat tadi.

"Yan, lo ketemu ceweknya Alden?" tanya Ken. Yang ditanya cuma menggangguk tanpa menoleh. Masih ngambek sama traktiran es teh. "Terus gimana?"

"Apanya?"

"Habis itu gimana? Lea ngomong apa?"

Yanu menggeleng, lagi-lagi tanpa menoleh. Ia melihat ke arah stand penjual, menunggu es tehnya datang. "Ngga tau, kan gue kabur kesini. Tapi tadi malem gue denger mereka ngobrol"

"Siapa? Lea sama ceweknya Alden?"

"Ceweknya Alden sama Lea lah!" jawabnya. Moodnya sedikit membaik bersamaan dengan datangnya es teh. Yanu langsung meminumnya sampai hampir setengah gelas. Jujur tadi pagi ia buru-buru kesini belum sempat minum apalagi sarapan. Datang tergesa dengan iming-iming traktiran dari Cio, malah Cionya juga langsung pergi begitu saja.

"Waktu gue mau bikin mie kedengeran suara orang ngobrol dari rooftop"

"Terus terus?" Ken mendekatkan wajahnya ke arah Yanu. Memasang telinga karena penasaran.

"Ya gue cek naik ke tangga, ada Alden lagi ngobrol sama Sesana"

"Selena!" koreksi Ken.

"He'eh eta bang"

"Ngobrolin apa?"

"Ngga tau sih, yang gue denger cuma ketawa-ketawa doang, obrolan biasa kali ngga penting. Alden mana pernah ngomong penting, yakan?" Ken mengangguk setuju. Ia kembali ke posisi duduk semula. Rasa penasarannya selesai.

"Lo tadi pagi juga udah ketemu sama ceweknya Alden, bang?"

"Udah"

"Di depan kamar mandi juga?" tanya Yanu lagi. Ken mengangguk, "Iya"

"Gue juga tadi kejadiannya di depan kamar mandi. Apa lagi beser kali ya ceweknya si Alden, bolak -balik kamar mandi mulu"

Ken refleks tertawa keras. Yanu dengan segala pemikiran luasnya.

"Bang temenin gue yuk? Kagak ada penolakan, itung-itung ganti rugi karna ngga bayarin gue makan"

"Dih siapa juga yang janjiin?"

"Yaudah temenin gue kalo gitu"

"Kemana?"

"Nyari kado buat nyokap gue, minggu depan ulang tahun. Kado apaan yak bang buat ibu-ibu teh? Bumbu dapur gitu ya?"

Ken menghela nafas, "Nyokap lo kayaknya lebih seneng dikado doa aja sih daripada bumbu dapur"


Ken menghela nafas, "Nyokap lo kayaknya lebih seneng dikado doa aja sih daripada bumbu dapur"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
QUERENCIA | Pondok WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang