10.

1.3K 257 27
                                    

"Sorry Dan, gue ngga tau kalau itu sesuatu yang ngga lo harapin"

"Hahaha it's okay bang"

Suasana di rooftop hening beberapa saat. Cuma terdengar suara petikan senar gitar Zidan yang sedang Ken mainkan dengan sembarang.

Ken baru belajar main gitar beberapa hari lalu, diajarin Zidan.

"Itu Ayah gue" kata Zidan membuka obrolan. "Udah lama gue ngga ketemu dia. Mungkin lebih tepatnya gue menghindar untuk ketemu"

Seketika Ken berhenti dengan kegiatannya, sedikit membenarkan posisi duduknya menghadap ke arah Zidan.

"Tiba-tiba dateng ke kosan, gue sendiri juga kaget" tambahnya. "Padahal gue ngga pernah bilang ke siapa-siapa kalo gue pindah kesini"

"Kenapa?" tanya Ken hati-hati.

"Mungkin gue terkesan durhaka setelah lo denger ini, tapi jujur gue benci banget sama dia"

"Gue bukan orang yang sembarang menilai orang tanpa tahu dulu alasannya"

"Ayah gue nikah lagi, tepat dua bulan di hari kematian ibu gue. Lebih parahnya lagi, tanpa sepengetahuan gue. Gue tau dari tetangga. Dan bener, besoknya dia pulang bawa istri barunya kerumah"

Saat ini Keenan berusaha mengontrol dirinya. Ada perasaan sesak yang tiba-tiba muncul di dadanya.

"Waktu ibu gue sakit, dia juga jarang ngerawat, alasannya sibuk kerja cari biaya pengobatan tapi gue yakin bukan itu alasannya"

"Itu yang bikin lo buat pindah kesini?"

"Iya, kabur. Itu salah satunya" jawab Zidan tertawa getir. "Gue juga dilarang ini itu. Gue dilarang ngeband padahal itu salah satu sumber kebahagiaan gue setelah sumber kebahagiaan utama gue pergi untuk selamanya"

"Udah pernah ngomongin baik-baik sama beliau?"

"Ayah gue?"

Ken mengangguk.

"Percuma bang haha yang ada gue lagi kena semprot. Daripada gitu, mending gue yang keluar kan"

"Tapi beliau udah usaha buat nemuin lo kemarin, mungkin itu awal dari sesuatu yang bakal membaik nantinya?" jelas Ken pelan. Pelan banget, ia mengontrol omongan dan nada bicaranya karna takut salah malah bisa melukai perasaan Zidan.

"Ngga tau bang, gue masih belum ngerti"

Ken mendekatkan posisi duduknya, menepuk pelan pundak Zidan. Ini bukan cerita tentang dirinya, tetapi ia ikut merasakan rasa sakit yang Zidan rasain. Kelihatan banget sorot mata Zidan menahan untuk ngga memperlihatkan sisi lemahnya sebagai seorang laki-laki.

"Ngga apa-apa, mungkin lo cuma butuh waktu Dan. Bagi sebagian orang, waktu emang ngga bisa nyembuhin semua luka, tapi gue yakin waktu bisa ngebuat lo jadi tumbuh dewasa. Baik dari badan ataupun pikiran lo juga. Dan gue ngga maksa lo untuk berdamai sama keadaan. So, take your time"

 So, take your time"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
QUERENCIA | Pondok WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang