Big Hot memang terkenal akan kelezatan daging panggang dan racikan cocktailnya. Tidak heran jika bar itu selalu ramai dikunjungi orang di setiap malam, terutama di akhir pekan.
Ketika waktu sudah menunjukkan pukul delapan dan tempat itu mulai penuh, para pengunjung cenderung berkerumun di area terbuka di antara bar dan meja-meja, saling bersosialisasi dan berdansa satu sama lain.
Satu sisi Big Hot sudah terisi oleh para jaksa dan pengacara muda yang tengah mengadakan reuni, Seokjin baru saja tiba dan berjalan melintasi kerumunan ketika rekan-rekannya sedang tertawa dan minum-minum.
Setelah satu minggu berada di tengah-tengah sistem peradilan kriminal, tertawa dan minum-minum rasanya menjadi komponen penting untuk menjaga kewarasan para staf pengadilan. Seokjin maklum melihat fenomena tersebut.
"Hei, Kim Seokjin!" seru seseorang, suara halusnya melengking membelah keramaian musik, "sini, sini! Kupikir kau tidak akan datang!"
Segera Seokjin menoleh. Di sudut ramai, Adora tengah melambai riang padanya. Pengacara cantik itu tampak segar dalam balutan kasual berwarna merah muda.
Seokjin mendekat dan menahan napas, tersadar ketika melihat Namjoon ternyata sudah duduk di sana, bersandar pada kursi. Terlihat begitu sempurna dengan kemeja pas badan, lengan kemeja yang digulung hingga siku, serta dahi yang terekspos luas.
"Um...hai?" diam-diam Seokjin menelan ludah, "kebetulan aku juga sedang butuh hiburan, jadi kupikir tidak ada salahnya sekali-sekali ikut senang-senang."
Adora tersenyum membenarkan, Yoongi di samping si wanita turut tersenyum tipis.
"Ya, Hyungnim, kau memang butuh hiburan," celetuk Yoongi yang malam ini terlihat menarik juga dengan sweater hitam menutupi kulit pucatnya, "setidaknya itu akan menenggelamkan kesedihanmu setelah kasus-kasus di tanganmu selesai," sambung Yoongi lagi.
"Astaga Min Yoongi, bisakah kita tidak membahas masalah pekerjaan sekarang? Kau benar-benar merusak mood senang-senangku," respon Seokjin pura-pura sedih. Lalu ia mengambil space duduk persis di samping Yoongi guna menghindari tatapan Namjoon.
Yoongi hanya tertawa. Sembari menenggak satu gelas berisikan wine, matanya mengitari sekeliling.
"Kau sendiri? Sahabatmu mana?"
"Jimin maksudmu?"
Yoongi mengangguk, Seokjin mau tidak mau juga ikut mengamati sekeliling, merasa ada yang aneh, "eh, kenapa tidak ada? Padahal tadi mereka jalan di belakangku..."
"Mereka?"
Kepala Seokjin terangguk bingung, "Aku ke sini dengan Jimin dan adikku. Apa mereka sedang berdansa, ya?"
"Mungkin?" celetuk Namjoon, yang langsung membuat Seokjin terfokus pada pria tersebut.
Seketika dirinya teringat akan saran Jimin mengenai rayuan. Apa ini saatnya untuk merayu sang target?
"Hm, curang sekali kalau begitu. Aku bahkan belum pernah sekali pun mencoba bagaimana rasanya berdansa," gumam Seokjin kemudian. Ia meneguk segelas bir pesanannya yang baru saja datang dan mengerling pada Namjoon. "Bersedia menjadi partner dansaku, Kim Namjoon?"
"Ah...aku?"
Namjoon terlihat kaget ketika Seokjin mengedipkan sebelah mata padanya. Ia bahkan bisa mendengar tawa usil dan beberapa komentar dari teman-temannya setelah itu, yang membuat Namjoon diam-diam merasa tertarik akan keberanian Seokjin.
"Aku tidak terlalu suka berdansa, Hyung," jawab Namjoon kalem.
"Ah," bibir Seokjin mengerucut kecewa. Baru mengeluarkan satu rayuan, sudah gagal duluan. Sepertinya ia harus membuat perhitungan pada Jimin karena membuatnya malu. "Begitu ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LAWVE
FanfictionThe story between law and love. Between life and friendship. Because life is all about making choices. So...what would you choose? [Namjin Fanfiction] ーmain idea berasal dari sebuah novel berjudul The Law of Attraction © N.M Silber I do not own any...