Lawve - 17

1.9K 281 28
                                    

"N-Nek? Ya, ini aku."

Nenek Kim, dengan tinggi badannya yang tidak lebih dari seratus lima puluh sentimeter, masuk dengan langkah terseok-seok usai melepaskan diri dari kursi roda. Buru-buru Seokjin menghampiri dan membantu Soobin untuk memapahnya, Soobin terlihat begitu senang dengan kedatangan Seokjin yang tidak diduga.

"Hyung! Akhirnya kau datang juga setelah sekian lama!"

"Hai, Soobin!" Seokjin menaik-turunkan alis, kentara senang sekali akhirnya ada yang berbinar dengan kedatangannya.

"Seokjinie, ya Tuhan, aku hampir tidak mengenalimu. Mungkin karena kau tidak pernah mengunjungiku lagi? Sombong sekali cucuku ini, begitu sukses, lalu Nenek renta ini dilupakan."

Dari yang semula senang mendapati antusiasme Soobin, kini perut Seokjin mendadak mulas seperti diremas. Dibantunya sang Nenek duduk di kursi, Seokjin berdeham pelan sambil mencuri pandang ke arah Taehyung.

"Duh, Nek, bukan begitu maksudku. Mana mungkin sih aku lupa Nenek sendiri? Lagipula kalau sombong, aku tidak akan sempatkan waktu datang kemari untuk mengunjungimu dong, iya kan?"

Nenek Kim mendengus kecil, dibiarkannya Seokjin menepuk punggung tangannya. "Kau juga tidak pernah menelepon Nenek lagi belakangan, Jin-ah. Apakah sesulit itu bagimu untuk menelepon sesekali? Kalau bukan Taehyungie yang melapor padamu bahwa aku sakit, kau juga pasti tidak akan mengunjungiku."

"Well, ituー" tenggorokan Seokjin terasa kelu, "ーitu memang salahku, maafkan aku, Nek."

Menghela napas panjang, pandangan Nenek Kim yang sudah rabun lantas memicing menyapu seisi teras.

Satu orang, dua orangーah, sepertinya wanita itu tersadar, ada sosok asing yang duduk tidak jauh dari orangtua Seokjin dan Taehyung.

"Kau siapa?" tanyanya langsung pada Namjoon, "seperti baru melihatmu sekali ini."

"Oh, sayaー"

"D-dia," potong Seokjin sebelum Namjoon sempat menyelesaikan, "dia teman dekatku, Nek. Namanya Kim Namjoon."

"Teman dekat?"

Cepat-cepat Seokjin mengangguk. "Dekatーyeah, dekat, kau pasti tahu maksudku. Aku ingin mengajaknya untuk berkenalan denganmu, juga Appa dan Eomma. Kuharap kau bisa merestui kedekatan kami, Nek."

Sejenak semua yang ada di dekat Seokjin terdiam. Entah sedang memikirkan apa, Seokjin sendiri sudah tidak sanggup lagi menerka karena dirinya sendiri sibuk menata hati dan gemetar di tangan.

Apa Nenek akan menyukai Namjoon? Apa beliau bisa menerima hubungan mereka? Kenapa tidak ada yang membelanya, sih?

Semua itu membuat titik-titik keringat muncul pada dahi Seokjin.

Namjoon menelan ludah, ingin memperkenalkan diri tapi dia sedang menunggu waktu yang tepat agar tidak salah bertindak. Nenek Seokjin ini terlampau kritis sejauh yang Namjoon kira, sedikit salah bicara bisa jadi poinnya akan menjadi minus di mata wanita itu.

Suara gemerisik angin yang meniup dedauan terdengar, detik jam seolah bergerak sepersekian detik lebih lama dari biasanya, membuat Seokjin menahan napas.

"Namjoon, huh? Tidak mau memperkenalkan diri sendiri? Atau harus Seokjin yang memperkenalkan?"

"Nekー"

"Ah, maaf sudah membuat Anda menunggu, saya Kim Namjoon. Seperti yang sudah dikatakan tadiーya, saya teman dekat Kim Seokjin," sahut Namjoon tanpa mengurangi rasa hormat sedikit pun.

Seokjin nyaris menepuk kening. Tapi Namjoon hanya mengerling dan tersenyum setipis kertas padanya, seolah meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

LAWVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang