Lawve - 6

2.3K 313 18
                                    

Karena hari Sabtu tiba dan Namjoon tidak membahas rencana kencan mereka sama sekali setelah kejadian kemarin, Seokjin sempat kepikiran untuk menunda perjanjian yang ditawarkan dirinya sendiri pada Namjoon. Tapi Jimin dengan tegas menolak, alasannya karena Namjoon bisa saja berpikir bahwa Seokjin adalah orang yang suka ingkar janji, dan itu bisa menurunkan reputasinya sebagai high quality single.

Bagaimana kalau Namjoon akhirnya ilfeel dan justru berbalik hanya ingin mempermainkan Seokjin saja? Jimin tidak mau itu terjadi, sekalipun terlihat jelas Namjoon memiliki sedikit ketertarikan pada Seokjin. Oleh karenanya Jimin menyarankan agar Seokjin tidak bermain-main dengan perasaan Namjoon, atau kalau tidak, mereka tidak akan tahu apa yang selanjutnya bisa dilakukan pria tersebut pada Seokjin.

"Aku akan menuruti saranmu untuk tidak membatalkan kencan kami, tapi kurasa Namjoon bukanlah pria yang senang bermain-main dengan cinta, Chim," Seokjin tertawa lebar tanpa ekspresi setelah mendengar ceramah Jimin, "Kau terlalu banyak menonton drama."

Tiga jam kemudian Seokjin sudah berdiri di depan pintu apartemen Namjoon dan Namjoon sendiri yang membukakan pintu. Ini kencan privat mereka, Seokjin tidak ingin terlihat formal, maka ia memilih untuk mengenakan fresh looking outfit dengan kombinasi kaus putih, leather pant hitam, dan juga kacamata full frame yang bertengger manis di hidung bangirnya.

"Kau terlihat sepuluh tahun lebih muda, Hyung," Namjoon tersenyum saat melihat Seokjin, tatapannya berkelana menelusuri dada hingga kaki pria yang lebih tua.

"Terima kasih, kuanggap itu pujian dan, umーNamjoon? Bisakah kau berhenti membuatku terlihat seperti pajangan dan membiarkan tamumu ini masuk ke dalam?"

Namjoon tertawa geli. Ia menyerong ke samping, mempersilahkan Seokjin masuk ke dalam dan berkata, "Anggap saja rumah sendiri. Kau boleh melepas sepatumu, aku sudah menyediakan sandal untukmu di samping rak sepatu."

Seokjin mengangguk dan melepas sepatunya, lalu meletakkannya di dalam rak dan menggunakan sandal yang sudah disediakan.

Apartemen Namjoon memang tidak sebesar apartemen Seokjin dan Jimin, namun milik Namjoon memiliki tata ruang terbuka dengan lantai kayu berwarna gelap dan indah. Tepat dihadapan Seokjin berdiri terdapat jendela yang menjulang dari lantai hingga ke plafon di sepanjang satu dinding eksterior, memperlihatkan pemandangan indah gedung-gedung di sekitarnya.

Di sebelah kiri adalah pantri dan area makan, sedang yang di kanan terdapat televisi layar datar besar yang digantung di dinding dan dikelilingi oleh satu set sofa beludru warna merah marun. Selain itu banyak juga buku dan rak tanam sepanjang Seokjin memperhatikan. Seokjin juga penyuka buku. Buku bergambar apalagi. Dan ini pertanda baik mereka memiliki kesukaan yang sama.

"Aku tidak tahu kau tipe pria rapi. Kalau kau tinggal bersamaku, pasti akan sakit kepala dengan kelakuan Taehyung yang sering melempar barang ke mana-mana dan Jimin yang seringnya malas mengembalikan barang ke tempatnya."

"Ah, begitu kah?" Namjoon tersenyum mendengar Seokjin, "Aku tidak serapi yang kau pikir, Hyung. Terkadang dua hari sekali ada yang datang khusus untuk membersihkan ruanganku."

"O-oh?"

"Apa setelah mendengarnya, poinku jadi minus di matamu?"

Seokjin tidak bisa menjawab. Ia berjalan menuju jendela untuk melihat pemandangan dan membayangkan seperti apa gedung-gedung itu dari kejauhan setelah hari gelap. Pasti sangat indah.

"Minus atau tidaknya tergantung pada sikapmu juga, sih. Aku kan belum pernah tinggal denganmu, mana mungkin aku kasih penilaian minus kalau tidak merasakan sendiri seperti apa dirimu."

"Kalau begitu, kenapa kau tidak tinggal di sini untuk beberapa waktu?" Sudut bibir Namjoon terangkat ke atas, ia melangkah mendekati Seokjin sementara yang bersangkutan berpaling padanya, "Kau bisa lihat bagaimana aku yang sebenarnya, dan kau juga bisa beri penilaian padaku, Jin-hyung."

LAWVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang