"Gila."
Suara pantofel yang berlomba membentur marmer beku mengiringi langkah kaki dua pria tampan yang kini tengah berjalan menuju lift.
"Kau gila, Seokjin-ssi," yang lebih muda masih menggeleng kepala.
"Tidak perlu diulangi, aku tahu otakku sudah pindah ke bokong sekarang, Jeonggukie," balas Seokjin sarkas. Suaranya tertahan. Dari raut wajah saja sudah jelas dia tengah menahan mulas.
"Tapi kau berani bermain api dengan wanita ituーaku benar-benar salut padamu."
"Kau ini memuji atau merendahkan, sih?!"
Dengus kecil terlontar dari hidung mancung Jeongguk, lucu sekali memang Kim Seokjin jika sedang merajuk. Sambil menunggu pintu lift yang terbuka, Jeongguk kembali bertanya,
"Tapi kau yakin mau mencoret Bang Chun Ae dari daftar pelaku surat ancamanmu? Kulihat tadi pria-pria itu sempat curiga padamu."
Tring.
Pintu lift terbuka lebar. Seokjin segera masuk ke dalamnya, lalu melepas dasi yang terasa mencekik leher saat pintu lift kembali menutup.
"Ya, bukan dia pelakunya, Jeon. Tulisan tangan mereka jelas berbeda jauh. Dan Chun Ae sudah hilang kontak dari Namjoon sejak lama karena Namjoon terang-terangan menolaknya. Perempuan itu sendiri yang tadi cerita. Sekarang dia baru sibuk dengan beberapa proyek modelling dan juga perjodohan yang sedang dirancang oleh keluarganya."
"Waitーperjodohan?!"
Kepala Seokjin mengangguk malas, "Kalau saja dia tidak bertemu denganku, dia hampir bisa melupakan Namjoon dari ingatan."
"Dan beralih untuk mengejarmu."
Erangan Seokjin memenuhi boks besi. Setengah kacau, Seokjin mengacak-acak rambutnya frustasi. "Siapkan saja satu peti untukku, Jeonggukie. Kalau Namjoon tahu apa yang kulakukan hari ini, dia pasti akan membunuhku."
"Atau mengawinimu, cepat atau lambat."
"Brengsek. Kau mau kuhantam tangan kiri atau tangan kanan?"
"Tangan Taehyung saja, Hyung, aku tidak keberatan kalau dia yang memukul."
"Sinting," maki Seokjin. Kemudian dia bersandar pada dinding lift sementara Jeongguk menyembunyikan tawa geli dibalik telapak tangannya.
"Tinggal tersisa dua orang lagi..."
"Tapi Hyung," potong Jeongguk, "kau benar-benar yakin bukan Chun Ae pelakunya?"
Bola mata Seokjin berputar malas. "Demi Tuhan, aku sudah berbincang dengannya Jeonggukie, dan dia tidak punya kecenderungan sama sekali untuk mengarah ke sana. Jimin punya intuisi, maka aku juga punya. Dan intuisiku berkata bahwa Chun Ae bisa kita singkirkan dari daftar setelah ini."
"Ya bisa saja kan perjodohan itu cuma rencana tersembunyi dia. Kalau wanita itu ternyata mengejarmu, bagaimana coba?" Jeongguk beralasan. Alasannya cukup masuk akal, tentu, tapi Seokjin tetap saja mendengus mendengarnya.
"Aku sudah bilang padanya Jeon, aku mundur karena dia sudah bertunangan. Aku bukan perebut pasangan orang. Dan kurasa ciuman perpisahan tadi sudah cukup untuk kami menyelesaikan perbincangan gila ini."
Jeongguk kemudian mengerutkan kening, membayangkan kembali apa yang seharusnya tidak dia lihat tadi. "Ciuman yang panas dan liar. Kurasa aku harus belajar teknik berciuman yang baik dan benar darimu, Hyung."
"Berani membayangkan itu dengan Taehyung dan kau akan kucoret dari daftar calon ipar, Jeon Jeongguk. Jangan main-main denganku."
Sebelah bibir Jeongguk terangkat ke atas dengan liciknya. Belum ada beberapa detik, bibir itu kembali datar dan sepasang alisnya pun kembali bertaut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAWVE
FanfictionThe story between law and love. Between life and friendship. Because life is all about making choices. So...what would you choose? [Namjin Fanfiction] ーmain idea berasal dari sebuah novel berjudul The Law of Attraction © N.M Silber I do not own any...