Lawve - 16

1.9K 277 24
                                    

Pukul enam sore kereta mereka tiba di stasiun Dongdaegu. Seokjin dan Namjoon kemudian menggunakan taksi menuju rumah orang tua Seokjin di kawasan distrik Jung.

Kembali ke kampung halaman selalu berhasil membuat Seokjin berdesir senang sekaligus cemas di saat bersamaan. Seokjin menyukai suara berisik di sekitar jalan utama, aroma street food di malam hari, lampu-lampu hias yang mengelilingi kota, serta orang-orang ramah di tempat kelahirannya ini. Tapi ada beberapa hal yang membuatnya gelisah, entah apa itu Seokjin juga belum bisa menyimpulkannya.

Sesampainya di sebuah kamar di apartemen, Seokjin membunyikan bel dan yang membukakan adalah Taehyung yang terlihat lucu dengan pipi menggembung seperti habis mengunyah sesuatu. Poni panjangnya di ikat ke atas, mata bulat lelaki muda itu bersinar begitu melihat Namjoon berdiri di samping Seokjin.

"Namjoon-hyung!"

Namjoon tertawa, Seokjin memutar bola mata. Bukannya dirinya yang disambut, tapi Taehyung malah lebih excited pada kedatangan perdana Namjoon ke rumahnya.

Namjoon mengusap kepala Taehyung gemas, menanyakan bagaimana kabar pemuda itu, lalu Seokjin menoyor kepala sang adik dan menyuruh Taehyung minggir agar tidak menutupi jalan.

"Mana Appa dan Eomma?"

"Ada, kupanggilkan sebentar. Kalian duduklah dulu," sahut Taehyung sebelum akhirnya adik bungsu Seokjin tersebut masuk ke dalam.

Tidak lama kemudian Ayah dan Ibu Seokjin keluar dan sedikit terkejut melihat lelaki tampan berlesung pipi di samping Seokjin. Ibunya yang pertama kali sadar dan wanita itu langsung memeluk Seokjin erat-erat sambil menepuk punggung si sulung.

"Kau terlihat semakin kurus, Nak," ucap sang Ibu, yang otomatis membuat Seokjin menyangkal dan tertawa.

"Kalau semakin kurus timbanganku tidak akan bertambah, dong. Oh ya, Eomma, Appa, ini umーtemanku, Kim Namjoon. Dan Namjoon," Seokjin mengisyaratkan kepada Namjoon untuk mendekat, "ini Ayah dan Ibuku."

Namjoon membungkuk memberi hormat dan senyum terbaiknya, orang tua Seokjin menyapa 'Halo' kepada Namjoon secara bersamaan.

Seokjin bisa melihat bahwa Ayah dan Ibunya tidak benar-benar yakin tentang apa yang harus mereka lakukan pada lelaki tersebut, tapi bagaimanapun juga, Namjoon adalah tamu dan mereka menghargai kedatangannya.

"Senang bertemu kalian," kata Namjoon. Suaranya berat dan elegan tapi Seokjin tetap bisa menemukan gugup dalam nada suaranya.

"Dia teman dekat Jin-hyung, Appa, dan Namjoon-hyung juga yang sering membantuku mengerjakan skripsi sewaktu di apartemen Hyung."

"Oh ya?" Alis Ayah Seokjin terangkat naik mendengar penuturan si bungsu. Didekatinya Namjoon dan dijabatnya erat tangan sang asisten jaksa.

"Terima kasih banyak sudah membantu Taehyung dan Seokjin, Namjoon-ah. Anak sulungku jarang sekali membawa teman dekatnya untuk menemui kami, kau pasti istimewa baginya." Kata-kata Ayah Seokjin sedikit menyengat hati Namjoon. Lelaki itu langsung saja berkesimpulan bahwa Ayah Seokjin adalah orang cerdas dibalik kesederhanaannya, dan Namjoon harus baik dan berjaga-jaga dalam bersikap.

"Temanmu juga tampan sekali, Jin-ah. Dia seorang pengacara juga sepertimu?"

Seokjin mengangguk ketika sang Ibu turut bertanya. "Jaksa lebih tepatnya, Eomma. Dan kami dulu juga satu universitas, hanya belum saling kenal."

"Ah...." Ibu Seokjin mengangguk paham. "Maaf malah belum mempersiapkan apapun untuk kalian. Mau minum apa? Jus? Kopi? Teh? Kebetulan kami punya beberapa jenis teh lokal hasil dari perjalanan Ayah Seokjin ke daerah-daerah. Teh bunga persik dan yulmu panggang jadi favorit di rumah ini."

LAWVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang