Malam itu Seokjin sulit tidur. Bukan hanya karena wine dan bir yang dikonsumsinya, rasanya otak Seokjin seolah jungkir-balik setiap kali ia memikirkan kenyataan bahwa usahanya merayu Namjoon ternyata bisa kembali bagaikan lemparan bumerang.
Seokjin takut kalau ia tidur, keesokan harinya dia akan terbangun dan mendapati semua ini hanyalah halusinasi yang disebabkan oleh alkohol. Jadi Seokjin sepanjang malam hanya berbaring di ranjang sambil memandang langit-langit dan terjaga hingga pukul empat pagi, sementara tubuhnya sudah berdengung memberi alarm agar ia menutup mata jika tidak ingin jadi zombie hari ini.
Baru tepat pada pukul sembilan pagi Seokjin terbangun kembali. Ia merangkak turun dari tempat tidur dan berjalan terhuyung mengikuti aroma kopi di pantri.
"Kau terlihat kacau sekali, Hyung," komentar Jimin saat pertama kali menemukan Seokjin sudah terbangun.
Pengacara muda tersebut kelihatan lebih segar dibandingkan Seokjinーsetelan jersey basket berwarna putih menempel di tubuh, dan kini Jimin sibuk mengangkat barbel yang digerakkan naik turun menggunakan sebelah tangan.
Dilihatnya tidak jauh dari Jimin berdiri, Taehyung masih tertidur pulas di atas sofa sambil meringkuk di bawah selimut seperti kepompong.
Seokjin melenguh kecil sambil memijat pelipis, "Kau yang kurang kerjaan libur-libur begini mandi pagi. Apa aku terlihat seperti zombie menurutmu, Jim?"
"Uhm...sedikit?" Jimin meletakkan barber di lantai dan berjalan mengambil cangkir untuk disodorkan kepada Seokjin. "Apa-apaan kantung hitam di bawah matamu itu? Padahal kupikir kau tidur duluan sesampainya kita di apartemen?"
"Tadinya rencanaku begitu," sahut Seokjin, "tapi nyatanya aku baru bisa tidur jam empat pagi ini. Kepalaku sampai mau pecah rasanya."
Seokjin kemudian mengisi cangkir dengan kopi dari teko dan memberikan whipped cream di atasnya. Ia menghempaskan diri di samping Taehyung, membuat sang adik dengan jarak usia delapan tahun di bawahnya tersebut terlonjak kaget, lalu terkekeh saat Taehyung memaki menggunakan nama-nama penghuni kebun binatang.
"Tidak kusangka efek duduk bersebelahan dengan Namjoon-ssi bisa membuatmu berantakan seperti ini, Hyung," Jimin tersenyum menyeringai.
"Lebih tidak kusangka lagi saat dia terang-terangan bilang pada Adora, bahwa dia ingin mengenalku lebih dalam!" Seokjin mulai berapi-api. "Sumpah, Jim. Aku malu sekali tadi malam! Untungnya hanya pada Adora saja dia bercerita. Kalau sampai yang lain dengar, bisa mati aku jadi bahan gosip di kantor besok."
"Kubilang juga apa. Kau harus berhati-hati dengan Kim Namjoon karena kita tidak tahu apa yang tengah dia pikirkan. Sekarang jelas kan kalau Namjoon-ssi memiliki ketertarikan khusus padamu?"
"Dia bahkan mengajakku berkencan nanti malam..." gumam Seokjin pelan, lalu bahunya merosot turun karena mendadak lemas memikirkan pertemuan mereka nanti.
Jimin menyesap kopinya sendiri dan menaikkan sebelah alis, "Ah, cepat sekali progres kalian," ucapnya iri, "omong-omong, ke mana dia akan mengajakmu berkencan, Hyung?"
"Cheogajip?" Seokjin berdesis kala Taehyung justru kembali tidur dengan menjadikan pahanya sebagai bantalan, "aku sih yang sebenarnya mengajaknya ke sana. Habis mau bagaimana lagi, tiba-tiba itu yang terlintas di kepala saat ia bertanyaーastaga Taetaeya! Jangan mengusap minyak di wajahmu pada piyamaku! Mandi sana, Appa dan Eomma akan datang membawamu pulang nanti sore!"
Kepala Jimin menggeleng lelah dan buru-buru menghabiskan kopinya tanpa banyak bicara lagi. Demi Tuhan, Jimin bahkan yakin Namjoon akan membawa Seokjin ke mana pun yang Seokjin inginkanーtapi kenapa Seokjin malah memilih Cheogajip sebagai tempat kencan pertama mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
LAWVE
FanfictionThe story between law and love. Between life and friendship. Because life is all about making choices. So...what would you choose? [Namjin Fanfiction] ーmain idea berasal dari sebuah novel berjudul The Law of Attraction © N.M Silber I do not own any...