Sore berlalu begitu cepat selagi Seokjin mempersiapkan kasus-kasusnya untuk kemudian hari. Semua kasus tidak terlalu menarik bagi Seokjin, hanya ada beberapa mengenai pengedar obat terlarang, pemalsu cek, pencopet, dan kasus-kasus biasa. Tidak ada kasus pelecehan seksual ataupun penelepon nakal berusia lanjut yang bisa membuat telinga Seokjin memerah bagaikan kepiting selama persidangan karena kerlingan genit Kim Namjoon.
Adora sendiri tampak sudah mulai terlihat akrab dengan Lee Jung Hwan dan kini mereka tengah tertawa serta mengobrol bagai kawan lama.
"Jadi, apa yang akan kalian, para pria-pria, lakukan untuk acara makan malam?" tanya Adora sembari menyisir rambut menggunakan jemarinya.
"Sepertinya aku hanya akan membeli sesuatu dan membawanya pulang," jawab Seokjin.
"Ah, sayang sekali," kemudian Adora berpaling pada Jung Hwan, "dan kau?"
"Mau makan malam bersamaku, Noona?"
"Tentu!" tanpa pikir panjang, Adora menyambutnya riang.
Pria tampan dan kencan dalam kedok dinner, huh?
Seokjin hanya tertawa melihat gadis itu serta memutar bola mata, kemudian memperingatkan Jung Hwan untuk tidak mengijinkan Adora minum-minum atau dia akan menyesal.
Melanjutkan pekerjaan hingga pukul enam sore, Adora berpamitan diiringi dengan Jung Hwan di belakangnya. Seokjin masih bekerja hingga setengah jam berikutnya kemudian pergi membeli kue lapis dan beberapa camilan, lalu pulang ke rumah.
Dia sudah makan dan bersih-bersih saat pukul setengah sembilan tiba dan belum ada tanda-tanda kepulangan Jimin. Ponsel Seokjin mulai berdering dan Seokjin menemukan nama Kim Namjoon di layar ponsel, lebih awal dari telepon-telepon malam mereka biasanya.
"Hei, tampan," goda Seokjin. Dia bisa mendengar kekeh renyah Namjoon dari seberang dan itu tak urung membuatnya geli sendiri akan panggilan yang diberikan.
"Sedang apa, Sayang?"
"Menunggu Jimin pulang," sahut Seokjin. Disingkirkannya bantal di atas sofa, lalu Seokjin duduk dengan berselonjor kaki.
"Jimin belum pulang?"
"Belum."
Jeda tercipta. Namjoon seperti tengah mempertimbangkan sesuatu ketika Seokjin memanggilnya.
"Namjoon?"
"Kau mau aku datang ke sana tidak?"
"Ha?" Seokjin merasa sedikit gugup memikirkan jawaban untuk Namjoon. Dia ingin sekali Namjoon datang berkunjung, bahkan tidur bersamanya, tapi bagaimana dengan komentar Jimin nanti?
"Aku tidak akan memaksa kalau kau tidak berkenan, Hyung."
"B-bukan begitu, Namjoon. Aku senang saja kalau kau mau datang kemari, cumaー"
"Kalau begitu tunggulah. Aku akan sampai di sana dalam lima belas menit."
Mengiyakan dan menutup sambungan telepon, Seokjin terdiam di sofa sambil memikirkan alasan-alasan apa yang bisa dia gunakan saat Jimin bertanya. Belum ada lima belas menit berlalu, dan Namjoon sudah kembali mengirimkan pesan padanya bahwa dia ada di depan pintu.
Dengan segera Seokjin membukakan pintu dan menyuruhnya masuk, sedikit terpana mengamati Namjoon dari belakang yang tampak begitu tampan dengan kaus FG, celana jeans, dan tas satchel coー
ーtunggu, t-tas satchel?!
"N-Namjoon?"
"Hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LAWVE
FanfictionThe story between law and love. Between life and friendship. Because life is all about making choices. So...what would you choose? [Namjin Fanfiction] ーmain idea berasal dari sebuah novel berjudul The Law of Attraction © N.M Silber I do not own any...