Lawve - 7

2.2K 294 21
                                    

Ponsel Seokjin terus bergetar. Seokjin ingin mendorong Namjoon dan meraih ponsel, tapi gerakan Namjoon yang menarik tangannya dan meminta Seokjin untuk mengalungkan tangan ke lehernya lebih cepat lagi.

"Namjoon, tapi itu teleponー"

"Ssssh," Namjoon membungkam Seokjin dengan ganas, "jangan buang-buang waktu, Hyung, kalau memang itu Jimin, dia bisa menunggu."

"Tapiー"

Bokong Seokjin diremas gemas. Seokjin memutar bola mata dan terpaksa mengikuti keinginan Namjoon. Karena sedari tadi Namjoon terlalu menikmati kegiatannya mencium dan menghisap, Seokjin akhirnya iseng mengulurkan tangan ke balik celana Namjoon dan membebaskan kejantanan pria itu. Dia masih belum bisa melihat bentuk dan penampilan si Asisten Jaksa Junior karena Namjoon sibuk dengan wajah dan lehernya, tapi Seokjin tahu bahwa ukuran Namjoon junior ini cukup besar dalam cakupannya.

"Tidak sabar, hm?"

"Apanya yang tidak sabar, aku cuma mau ngukur saja, dan ternyata ukuranmu sungguh menyebalkan."

Namjoon tertawa di antara leher dan bahu Seokjin. Seokjin menggunakan kesempatan itu untuk menghirup udara kemudian ganti menyerang leher Namjoon, menggigit dan membelainya dengan lidahnya kemudian meremas bagian bawah milik Namjoon.

"Hsssh," Namjoon berdesis setengah menggeram. Seokjin menyeringai penuh kemenangan.

"Ya atau tidak?"

"Ya," erang Namjoon, "Remas dikit tapi, jangan kuat-kuat, ini bukan adonan kue."

Seokjin mendengus dan melakukan apa yang diminta Namjoon. Napas pria tampan itu semakin lama semakin tidak teratur ketika Seokjin lihai bermain dengan kejantanannya. Jemari Namjoon bergerak meraba sepanjang punggung hingga bokong Seokjin, sementara bibirnya terus berkelana di pundak lebar Seokjin. Seokjin terpaksa membenamkan wajah pada leher Namjoon agar tidak bersuara.

"H-hyung..."

"Mmh?"

"Bisa lebih cepat lagi?"

Seokjin tercengang. Melihat Namjoon yang tanpa daya oleh sentuhannya membuat lelaki itu berpikirーkenapa Namjoon bisa se-menggemaskan ini? Di luar boleh saja Namjoon bersikap arogan dan perkasa, tapi dia bisa jadi sangat manis ketika menginginkan sentuhan Seokjin.

Menahan tawa, napas Namjoon kedengaran sangat berat dan Seokjin tahu pria tersebut akan mencapai puncaknya. Begitu Seokjin dengan sengaja menempelkan bibir pada telinga Namjoon, membisikkan desahan erotis yang membuat keringat Namjoon mengucur dari dahi, dia mengerang dan melepaskan kepuasannya pada tangan Seokjin. Untungnya juga ada sekotak tisu di atas meja. Mereka berdiri sejenak sambil terengah-engah, dan Namjoon mencium bibir Seokjin penuh kelembutan.

"Ini yang kubutuhkan sejak kemarin," kata Namjoon ketika napasnya sudah kembali normal.

"Um, begitukah?" Seokjin kembali merapikan celana dan kemeja. Ia menatap Namjoon yang tengah menyisir rambut dengan pandangan ragu, "dan kau.... puas hanya dengan seperti itu?"

"Menurutmu?"

Seokjin menggeleng. Namjoon tersenyum tipis seraya mengusap dagu Seokjin. "Tapi aku akan bersabar, Hyung. Aku tidak akan memaksamu, karena aku ingin kau tahu bahwa aku serius dengan perasaanku."

Terpana oleh jawaban Namjoon, Seokjin merasakan pipi hingga telinganya memerah panas. Namjoon mengajaknya merapikan diri di toilet dekat lobi dan ponsel Seokjin kembali bergetar secara konsisten. Ketika tiba di lobi, Taehyung sudah menunggu di sana bersama Yoongi. Adik laki-lakinya itu terlihat bingung dan lega begitu menemukan Seokjin dalam radar penglihatannya.

LAWVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang