Tidak lama kemudian, Vina pun datang dengan membawa dua gelas jus mangga.
"Nih," ujar Vina seraya menyodorkan jus mangga ke arah Zavia. Namun, Zavia malah menggeleng pelan.
"Aku nggak mau," tolak Zavia. Vina membelalakkan matanya tak percaya. Tadi Zavia minta di buatkan minum, 'kan? Lalu, kenapa sekarang dia malah menolak?
"Hah? Lho, kenapa?" tanya Vina.
"Aku nggak suka jus mangga. Aku sukanya jus strawberry, jadi aku nggak mau minum. Bikinin jus strawberry aja," jawab Zavia terus terang.
Vina memijat pangkal hidungnya. Terkadang, kepolosan Zavia menyusahkan. Ya, seperti sekarang. Sudah capek-capek di buatkan minuman, malah menolak dan meminta ganti.
"Zav, lo ...." Ah, sudahlah, Vina memilih untuk membuatkan jus strawberry.
"Tunggu, ya?" Zavia mengangguk. Vina pun segera ke dapur untuk membuatkan minuman.
__________"Zavia? Jus mangganya mana?" tanya Vina saat melihat dua gelas jus mangga yang sudah habis tak tersisa. Dia duduk, lalu menyodorkan jus strawberry ke arah Zavia.
"Aku tadi minum jus mangganya. Soalnya, kamu kelamaan bikinnya. Aku kehausan, jadi aku minum jus mangganya," jawab Zavia yang lagi-lagi membuat Vina naik darah.
"Zavia, lo bilang nggak suka jus mangga, terus kenapa lo minum jus mangganya?" Vina mencoba bersabar.
"Aku emang nggak suka, tapi tadi aku kehausan, jadi aku minum aja," jawab Zavia. Vina menghembuskan napasnya.
"Terus? Sekarang jus strawberry-nya yang minum siapa?" tanya Vina.
"Kamu aja. Aku kenyang," jawab Zavia. Vina tersenyum dipaksakan.
"Oke." Dengan sangat terpaksa, Vina pun meminum jus strawberry.
"Emm ... Vin? Aku mau jalan-jalan," ujar Zavia.
"Aduh, Zav, gue mau beres-beres rumah dulu. Lo sama Rey nggak apa-apa, 'kan?" tanya Vina tak enak.
Sebenarnya, itu hanya alasan Vina. Vina tidak ingin di buat emosi oleh kepolosan Zavia. Maka dari itu, dia membuat alasan. Zavia mengangguk, lalu tersenyum.
"Nggak apa-apa," jawab Zavia. Vina mengangguk senang.
"Rey!" teriak Vina memanggil Rey.
"Apaan sih? Berisik tau nggak?" ketus Rey kesal. Rey pun berjalan menuju ke arah Vina.
"Apaan?" tanya Rey malas.
"Lo bisa nggak anterin dia jalan-jalan? Gue mau pergi dulu, bye!" Vina pun melenggang pergi ke dapur untuk mencuci piring.
"Woy, gue belum jawab!" pekik Rey kesal. Rey melihat ke arah Zavia yang sedang menatapnya. "Huftt ... yuk!" ajak Rey pasrah. Zavia mengernyit 'kan, dahinya.
"Yuk? Kemana?" tanya Zavia.
"Lo mau jalan-jalan, 'kan?" Zavia mengangguk. "Ya udah, ayok!" bentak Rey kesal.
"Yuk!" Dengan semangat, Zavia pun pergi keluar rumah Vina. Namun, langkahnya terhenti kala tahu bahwa Rey tidak mengikutinya. Dia berbalik badan.
"Rey! Ayok!" seru Zavia.
"Heh, lo gila? Tungguin gue ganti baju dulu. Lo mau gue keluar kayak gini?"
Zavia menatap Rey dari bawah ke atas. Rey memakai kaus oblong dan celana pendek. Kening Zavia mengerut. Memang? Apa salahnya dengan pakaian Rey? Pikirnya.
"Memang ada apa sama pakaian kamu?" Zavia bertanya. Rey berusaha meredam emosinya yang sudah mulai memuncak.
"Nggak ada yang salah sama pakaian gue. Tapi, gue mau keliatan ganteng kalau keluar," jawab Rey asal.
"Kamu udah ganteng, kok." Perkataan jujur dari mulut Zavia membuat Rey menjadi salah tingkah.
"Maksud gue, biar lebih ganteng." Zavia hanya ber "oh" ria. Rey pun segera mengganti bajunya.
"Rey, jangan lama-lama!" teriak Zavia. "Mau selama apapun juga, muka kamu tetep gitu-gitu aja," sambungnya.
Rey yang berjalan belum jauh berdecak kesal. "Iya!"
_______To be continued ....
Selamat membaca, semoga suka^-^
See you next part><
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR YOU [✔]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] Cover by: @siomayyyyy ___________ Ini adalah kisah cinta si gadis polos. Gadis yang katanya tak tahu apa itu cinta, nyatanya bisa jatuh cinta. Namun, cinta pertamanya tak semulus cerita novel yang dia baca. Di satu sisi, Za...