DUA PULUH ENAM

415 35 10
                                    

Gadis itu, kini telah sampai di perpustakaan. Dia sudah siap untuk melakukan tantangan siapa yang terbego.

"Oke, siap?" tanya Devin yang dibalas anggukan Zavia.

"Pertanyaan pertama, apa itu mantan?" Devin mulai memberikan pertanyaan.

"Mantan adalah ... eh, mantan?" Zavia mematung sebentar. "Eh, kenapa jadi bahas mantan? Itu bukan pelajaran Sejarah kayaknya," ujar Zavia dengan raut wajah bingung. Devin mencoba untuk tidak tertawa.

"Lo enggak tau, ya? Mantan itu pelajaran Sejarah," jelas Devin. Zavia semakin tak mengerti.

"Hah? Perasaan, selama aku sekolah, pelajaran sejarah enggak pernah bahas mantan, deh."

"Lo aja yang enggak pernah nyimak kalo guru lagi nerangin." Ada jeda, "Sekarang, gue tanya, pelajaran sejarah itu tentang apa?"

"Tentang masa lampau," jawab Zavia.

Devin menjentikkan tangannya. "Nah, jadi mantan itu ada kaitannya sama pelajaran sejarah." Zavia manggut-manggut saja. Toh, memang benar, dia tidak pernah mendengarkan jika guru sedang menerangkan.

"Emang mantan itu apa?" tanya Zavia.

Devin mengedikkan bahunya. "Itu pertanyaan buat lo." Zavia mulai berpikir. Bahkan, Devin harus menahan untuk tertawa melihat ekspresi Zavia.

'Untung lo bego,' batin Devin.

"Huftt ... aku enggak tau. Lagian, kamu juga tau, 'kan, kalo aku enggak tau mantan itu apa," ujar Zavia.

"Nah, justru itu, kalo lo tau jawabannya, enggak seru, dong."

"Oke, jadi, jawabannya apa?"

"Mantan itu seseorang dari masa lalu yang pernah hadir dihidup kita," jelas Devin.

"Tuh, 'kan, bener, mantan itu bukan pelajaran sejarah!" pekik Zavia tiba-tiba. Hampir saja Devin terjengkang dari kursi saking kagetnya.

"Alasannya?"

"Sejarah itu masa lampau, mantan itu masa lalu." Devin menggelengkan kepalanya sambil memijat pangkal hidungnya.

"Masa lampau sama masa lalu, bedanya apa?" Zavia mengedikkan bahunya.

"Tulisannya."
________

Pulang sekolah, Zavia diantar Devin, karena dia memaksa. Dan mengenai tantangan, yang menang adalah ... Zavia. Aneh, memang.

Tapi, jangan salah sangka kalau Devin itu lebih bego dari Zavia. Devin hanya tak mau dibuat pusing oleh kepolosan Zavia. Bahkan, hampir saja Devin darah tinggi.

Jadi, kemenangan Zavia bisa dibilang pemberian dari Devin.

"Sana pulang!" usir Zavia setelah mobil yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan rumah Zavia.

"Woy, lo nggak ada terimakasihnya banget jadi orang! Bukannya disuruh masuk, malah diusir!" protes Devin. "Kalo lo nggak maksa, ogah gue nganterin lo pulang."

"Ya terus? Kamu minta upah?" tanya Zavia membuat Devin naik pitam.

"Lo pikir gue supir? Udah, ah, males gue debat sama lo." Devin pun langsung menginjak gas, pergi dari rumah Zavia.

"Makasih, cobeg!" seru Zavia agak kencang. Reflek, Devin yang belum pergi terlalu jauh dari rumah Zavia, langsung menghentikan mobilnya.

Dia melihat ke belakang, tapi tak ada gadis itu.

"Salah denger, mungkin."
_________

'Ting'

Dengan malas, Zavia mengambil handphonenya yang terletak di atas nakas.

Cobeg
Selamat malam, sayang

Kening Zavia langsung mengerut. Sejak kapan Devin memanggilnya sayang?

Anda
Ngapain panggil aku sayang? Yang boleh manggil aku sayang cuma Rey!

Cobeg
Ah, maaf dibajak

Anda
Alasan

Cobeg
Siapa yang alasan? Ke PD an lo jadi cewek!

Anda
Read

Zavia menggelengkan kepalanya pelan. Eh, tapi, kalau dipikir-pikir, sepertinya Zavia belum punya nomor Rey. Ah, dia tau darimana bisa mendapatkan nomor Rey!

Anda
Vin, aku minta nomor Rey

Tak lama kemudian, Vina langsung memberikan nomor Rey. Zavia tersenyum tipis.

"Yeay! Akhirnya aku punya nomor Rey!"
________

TBC

FOR YOU [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang