Vina sialan!

590 57 4
                                    

____REY POV____

Aku melihat wajah gadis itu dengan tatapan heran. Apakah gadis itu serius ingin aku pukul memakai sendal? Benar-benar gadis yang aneh.

"Gue bercanda," ujarku terkekeh. Terlihat keningnya mengerut.

"Kenapa nggak beneran? Aku belum pernah di pukul pakai sendal, kok." Aku tersentak mendengar ucapannya. Jadi, dia benar-benar menganggap candaanku serius?

"Serius mau?" Aku bertanya sekali lagi. Mungkin, jika dia memaksa, aku akan mengabulkan.

Gadis itu mengangguk antusias. Bagus! Aku juga bisa membalas dendam kepadanya.

"Iya, cepetan," ujar gadis itu tak sabar.

Dengan senang hati, aku pun mencopot sendalku, lalu bersiap untuk memukulkan ke arahnya. Tapi, tenang saja. Aku tak sekejam itu.

Ya, aku akan memukulkan sendalku kepadanya. Namun, itu tidak akan kencang, hanya pelan. Bahkan, tak akan terasa.

Sedendam apapun aku kepada gadis itu, aku masih memiliki rasa kasihan. 'Kan, tidak lucu kalau dia menangis karena aku pukul pakai sendal.

"Siap?" tanyaku. Sendal ini sudah kuangkat tinggi-tinggi. Gadis itu mengangguk, lalu ....

"Rey! Lo mau apa!" Gerakanku terhenti kala mendengar suara melengking saudaraku. Ya, Vina.

Ah, dia menghancurkan acara balas dendamku. Vina pun langsung mendekat ke arah gadis itu dan memeluknya..

"Zav, lo mau diapain sama Rey?" tanya Vina khawatir. Aku langsung memakai sendalku lagi.

"Emm ... tadi aku mau di pukul pakai sendal," jawab gadis itu. Sontak saja Vina langsung menatapku dengan tatapan tajam.

Tidak bisakah gadis itu tidak mengatakannya begitu? Kesannya seperti memang aku akan memukulnya memakai sendal. Padahal, itu dia yang minta, 'kan?

"Kok, lo mau?" tanya Vina sambil mengurai pelukan.

"Soalnya aku belum pernah di pukul pakai sendal," jawab gadis itu polos. Vina langsung geleng-geleng kepala. Sepertinya, Vina pun tau kalau gadis itu polos.

"Ya udah, yuk masuk!"

____End POV______

"Vin, kamu tadi kemana?" tanya Zavia sambil memakan camilan.

"Gue tadi pergi," jawab Vina.

"Pergi ke mana?" tanya Zavia lagi.

"Ke mana aja. Lo kepo, ya?" tuding Vina. Matanya memicing.

"Kepo itu kebiasaan kamu. Ngapain aku kepoin kamu? Kayak nggak ada kerjaan lain aja," sangkal Zavia.

"Eh? Begitu kah?" Vina tampak tak percaya.

"Hm," sahut Zavia. "Eh, iya. Vina, aku mau pulang dulu, ya?" pamit Zavia.

"Lho, kok udah mau pulang?" tanya Vina basa-basi. Ya, meskipun sebenarnya Vina sedikit senang saat Zavia cepat pulang. Kalian pasti tahu, 'kan alasannya?

Benar-benar teman lucknut.

"Iya, kata Mama, aku nggak boleh lama-lama. Soalnya, besok sekolah," jawab Zavia.

"Lo pulangnya sendiri?" tanya Vina.

"Iya. Tadi aku, 'kan berangkatnya sendiri," jawab Zavia.

"Lo mau nggak di anterin Rey?" tawar Vina.

"Uhuk ...." Rey langsung terbatuk seketika. Apa maksudnya ini? Malas sekali Rey jika harus mengantar Zavia. Bisa-bisa nanti Rey darah tinggi.

"Aku? Di anterin Rey? Nggak usah, aku bisa kok pulang sendiri," tolak Zavia membuat Rey mengembuskan napas lega.

"Tapi, Zav ... ini udah malam. Lagian, Rey juga mau pulang sekarang, kok. Besok, 'kan dia juga sekolah. Nggak apa-apa, 'kan Rey?"

Baru saja Rey senang tidak jadi mengantarkan Zavia pulang, tapi Vina sudah menghancurkan kesenangannya.

Padahal, Rey besok sudah niat akan bolos sekolah. Ya, Rey itu termasuk bad boy. Namun, itu hanya kadang-kadang.

Vina juga tahu Rey besok akan bolos. Maka dari itu, Vina sedikit mengerjainya.

"Kenapa-napa," sahut Rey ketus. Vina tersenyum penuh arti.

"Eh, iya, kalo gue bilang besok lo mau bol--"

"Maksudnya, iya nggak apa-apa," potong Rey. Vina tersenyum penuh kemenangan. Vina sialan!

"Ya udah, yuk!" ajak Zavia yang di balas anggukan Rey. Mereka pun bergegas untuk pulang.
_______

To be continued ....
Tinggalkan vote, comment, and krisar.
See you

FOR YOU [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang