Selesai membuat cerita, Zavia merebahkan tubuhnya yang terasa penat. Baru saja akan menutup matanya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
'Tok ... tok ... tok ....'
"Non!" Dengan malas, Zavia berjalan ke arah pintu dan segera membukanya.
"Apa, Bik?"
"Itu ada temen Non di bawah." Kening Zavia mengerut teman? Siapa? Padahal, setahunya tak ada yang tahu rumah Zavia selain Rey dan Vina.
"Siapa, Bik?" tanya Zavia.
"Itu, Nona Darla," jawab Bik Yuyun.
"Darla? Darla siapa?" Zavia bertanya lagi.
"Masa Non lupa? Itu lho Nona Darla yang dulu waktu kecil sering main sama Non," jelas Bik Yuyun. Nama itu memang tak asing, tapi tetap saja Zavia masih tak ingat.
"Oh, ya, nanti Via ke bawah." Bik Yuyun mengangguk, lalu segera meninggalkan Zavia.
"Darla? Darla siapa?" gumam Zavia. Daripada penasaran, dia memilih untuk segera turun ke bawah.
Baru sampai di tangga, matanya menyipit kala melihat seorang wanita yang tak asing lagi dalam indra penglihatannya. Dia ... gadis yang waktu itu Zavia lihat di sekolah bersama Rey. Gadis itu menoleh ke arah Zavia, lalu tersenyum.
"Via!" pekik gadis itu.
"Dia Darla?" Zavia segera turun ke bawah, lalu menghampiri Darla.
"Via!" Darla langsung memeluk Zavia erat. Zavia masih termangu. Darla memang tak asing lagi, tapi Zavia tak ingat sama sekali tentang Darla.
Darla segera melepaskan pelukannya.
"Lo inget gue, 'kan?" tanya Darla sambil tersenyum sumringah. Zavia menggeleng membuat senyum di bibir Darla hilang seketika.
"Wajar aja, sih, kita 'kan udah nggak ketemu sebelas tahun." Sebelas tahun? Berarti, Darla memang teman masa kecil Zavia. Namun, mengapa Zavia bisa lupa?
"Sebelas tahun?" Darla mengangguk.
"Tapi, tenang, gue pasti akan buat lo inget sama gue lagi!"
_________Darla mulai menceritakan tentang masa kecil mereka berdua. Bahkan, Darla mengajak Zavia ke taman bermain, tempat dulu mereka sering bermain bersama.
"Udah inget?" Zavia menggeleng. Memang benar, Zavia masih tak ingat apapun. Bahkan, setelah Darla menceritakan masa kecil mereka dan mengajak Zavia ke tempat favorit mereka, Zavia tetap tak ingat apapun.
"Hufftt ... masa masih belum inget juga, sih?" Darla mulai kesal, sedangkan Zavia mengedikkan bahunya.
"Bener nih lo nggak inget apapun?" Zavia menggeleng. "Satu pun enggak?" Zavia masih menggeleng. "Sama sek--"
"Enggak!" Zavia memotong Darla yang menurutnya banyak omong. Sebenarnya, Zavia sedikit risih, tapi berhubung Darla adalah teman masa kecil yang terlupakan, dia mungkin sedikit mentoleransi.
"Oke, kalau gitu, sekarang kita ke danau, yuk! Itu dulu tempat kita sering main bareng selain taman. Sekalian gue mau ketemu sama temen gue," ujar Darla.
"Terserah." Mereka pun segera pergi ke danau yang bahkan Zavia tak tahu tempatnya dimana.
_________Kini, mereka telah sampai di danau yang Darla maksud. Menurut Zavia, danau ini biasa saja, tapi udaranya sangat sejuk.
Zavia merentangkan tangan dan menutup matanya, menikmati semilir angin yang berhembus. Sejuk sekali.
"Udah inget?" Zavia membuka matanya perlahan, lalu menoleh sekilas ke arah Darla.
"Enggak, tapi aku suka tempat ini. Sejuk ...," jawab Zavia. Darla terkekeh.
"Gue tau lo pasti suka. Dulu ... danau ini tempat favorit lo. Lo paling suka kalau kita pergi ke tempat ini," tutur Darla.
"Maaf, aku masih nggak bisa inget." Zavia menundukkan wajahnya merasa bersalah. Darla menggeleng, lalu memegang bahu Zavia.
"Enggak apa-apa, kok, gue maklum," ujar Darla sambil tersenyum. Zavia mendongakkan wajahnya, lalu balas tersenyum ke arah Darla. Ternyata, Darla tak seburuk yang Zavia pikirkan.
Ya, memang pada pertama bertemu, Darla memang terlihat seperti cewek yang centil. Tentu saja, karena Darla memakai rok yang pendek, baju yang sedikit ketat, juga lipstik.
"Thanks." Darla mengangguk.
"Arla!" pekik seseorang. Zavia dan Darla menoleh bersamaan ke sumber suara. Senyum tipis tercetak di bibir Darla, berbeda dengan Zavia yang justru mengernyitkan keningnya.
"Devin! Sini!" seru Darla. Devin segera berlari menghampiri Darla.
"Hai, maaf lama," ujar Devin sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Santai aja kali," ujar Darla. "Oh, iya, Vin, kenalin ini--"
"Lo!" Zavia dan Devin saling menunjuk satu sama lain.
"Kalian udah saling kenal?" tanya Darla.
"Ya ... gitu, deh," jawab Devin, sedangkan Zavia? Dia malah mengalihkan pandangannya.
"Dia ... musuh aku!"
__________TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR YOU [✔]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] Cover by: @siomayyyyy ___________ Ini adalah kisah cinta si gadis polos. Gadis yang katanya tak tahu apa itu cinta, nyatanya bisa jatuh cinta. Namun, cinta pertamanya tak semulus cerita novel yang dia baca. Di satu sisi, Za...