Maling?

582 51 9
                                    

"Heh, bangun!" seru Rey sambil menggoyangkan tubuh Zavia yang sedang tertidur dengan lelap.

"Kebo banget nih cewek!" umpat Rey. Ya, sedari tadi Rey mencoba untuk membangunkan Zavia, tapi Zavia tak kunjung bangun.

Sebenarnya, Rey pun tak tega membangunkan Zavia. Namun, ini sudah sampai di rumahnya, jadi Rey terpaksa membangunkannya.

"Mas, saya mau pulang, bisa turun sekarang nggak?" tanya supir taksi.

Rey mengembuskan napas kasar. Tak ada pilihan lain selain menggendong Zavia masuk ke dalam rumahnya.

Rey pun segera turun dari taksi sambil menggendong Zavia di belakang punggungnya. Ternyata, Zavia berat juga. Rey kira Zavia tak akan seberat ini. Maklum, di lihat dari tubuhnya, Zavia terbilang kurus.

Setelah membayar, Rey pun segera berjalan menuju rumah Zavia.

'Tok! Tok! Tok!'

"Permisi!" seru Rey. Namun, tak ada jawaban.

"Permisi!" Rey berseru sekali lagi. Masih tak ada jawaban.

"Ada orang nggak, sih?" gumam Rey kesal.

"Ada, kok." Rey tersentak.

Dia melirik ke arah Zavia yang dengan santainya balas menatap Rey. Rey segera menurunkan Zavia. Jika ia tahu Zavia sudah bangun, ia tak akan mau untuk menggendong Zavia.

Apalagi tubuh gadis itu lumayan berat.

"Lo udah bangun?" tanya Rey. Sungguh pertanyaan yang absurd sekali. Sepertinya, Rey sudah ketularan Zavia.

"Udah," jawab Zavia sambil mengangguk.

"Kenapa nggak ngomong?"

"Emang harus?"

"Nggak."

"Oh, ya udah, aku masuk dulu," ujar Zavia, lalu membuka pintu. Namun, pintu tak bisa di buka.

"Kok susah di buka?" Zavia bergumam.

Lalu, dengan sekuat tenaga Zavia menarik knop pintu dengan kencang. Saking kencangnya, tangan Zavia sampai lepas dari knop dan terjengkang ke belakang. Untung saja Rey menahan tubuh Zavia.

Tatapan mereka terpaku beberapa saat sebelum Rey segera memalingkan pandangan.

"Makasih," ujar Zavia yang di balas anggukan Rey.

"Lain kali hati-hati," ujar Rey memperingati.

"Iya," balas Zavia.

"Ehm ... pintunya kok susah di buka, ya?" tanya Zavia. Rey terkekeh.

"Ya susahlah, pintunya, 'kan, di kunci," jawab Rey.

"Siapa yang ngunci?" tanya Zavia.

"Mana gue tau," jawab Rey sambil mengedikkan bahu. Memang, Rey cenayang?

"Terus gimana caranya aku masuk?" tanya Zavia lagi.

"Bobol aja rumah lo," jawab Rey asal yang di balas pelototan tajam Zavia.

"Nggak boleh, dosa!" bentak Zavia.

"Lah, kenapa dosa?" tanya Rey. Ya, meskipun Rey tahu apa yang akan di jawab oleh Zavia.

"Yang suka bobol rumah itu maling, maling itu dosa. Berarti, kalo aku bobol rumah, aku itu maling. Jadi, nanti aku dosa," jelas Zavia.

"Santai aja kali, gue bercanda," ujar Rey saat Zavia menatapnya intens.

"Jangan-jangan, kamu maling, ya?" Hah? Pertanyaan macam apa itu? Gadis itu menuduhnya maling?

Rey yang tampan ini dituduh maling?

"Apa mak--"

"Eh, Non Via! Sudah pulang?" Bik Yuyun memotong ucapan Rey. Zavia menatap Bik Yuyun.

"Iya, Bik," jawabnya. Bik Yuyun mengangguk. Lalu, kening Bik Yuyun mengernyit kala melihat Rey.

"Dia siapa, Non?" tanya Bik Yuyun sambil menunjuk Rey.

"Dia? Dia maling, Bik," jawab Zavia.

"Uhuk ...." Rey batuk. Apa-apaan ini? Zavia menuduhnya maling?

Bisa tidak, sih, Zavia tak memperkenalkan Rey sebagai maling?

"Maling?"
_______

To be continued ....
Tinggalkan vote, comment, and krisar

FOR YOU [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang