Zavia terus memikirkan siapa wanita itu. Wajahnya tak asing lagi dalam indra penglihatannya. Namun, Zavia tak bisa mengingat wanita itu sama sekali. Apakah ingatan Zavia seburuk itu?
"Dia siapa?" gumam Zavia. Berkali-kali Zavia mencoba mengingat, namun tetap saja ia tak bisa mengingatnya. Ah, daripada terus mencoba mengingat, lebih baik Zavia bertanya langsung.
"Rey!" seru Zavia seraya berlari ke arah Rey. Rey hanya menoleh sekilas ke arah Zavia, lalu kembali mengobrol bersama wanita itu. Zavia yang merasa di cuekkan Rey, mendengus kesal.
Dia menambah kecepatan berlarinya. Namun, belum sampai di depan Rey, Zavia tersandung dan jatuh dengan posisi kepala hampir mencium lantai. Sontak saja semua yang melihatnya langsung menertawakan Zavia
Tentu saja Zavia malu. Dia mencoba berdiri, tapi kaki dan tangannya terasa sakit.
"Ishh ...." Zavia meringis.
"Ehm ... lo nggak apa-apa?" tanya Rey sambil menahan tawa. Zavia mendelik kesal.
"Aku jatuh, bukannya di tolongin, malah di ketawain," ketus Zavia. Rey pun mengulurkan tangannya berniat membantu Zavia berdiri. Namun, bukannya membalas uluran tangan Rey, Zavia malah hanya memandang tangan Rey saja.
"Ck! Cepetan!" bentak Rey. Zavia mendongakkan wajahnya.
"Tangan sama kaki aku sakit," lirih Zavia. Rey yang tau maksud Zavia pun segera berjongkok dengan arah membelakangi Zavia.
"Kamu mau apa?" tanya Zavia.
"Ck! Cepet naik!" titah Rey tak sabar. Zavia pun langsung menuruti apa yang Rey katakan. Zavia menaiki punggung Rey, lalu Rey segera membawa Zavia menuju UKS.
________Sesampainya di UKS, Zavia langsung duduk di bankar, sementara Rey sibuk mencari peralatan untuk mengobati luka Zavia.
Setelah menemukannya, Rey langsung menghampiri Zavia.
"Mana tangan lo?" tanya Rey.
"Mau apa?" tanya balik Zavia.
"Mau gue obatin," jawab Rey, "Mana tangan lo?" tanyanya lagi. Melihat Zavia yang tidak bergeming sedikit pun, Rey langsung menarik tangan Zavia dan segera mengobatinya.
"Tahan, ya?" Zavia mengangguk. Rey mulai mengobati tangan Zavia perlahan.
"Ish ... sakit," lirih Zavia.
"Tahan, sebentar lagi." Rey mengobati tangan Zavia dengan sangat telaten. Zavia tersenyum tulus. Senyum yang sangat jarang sekali diperlihatkan Zavia.
Rey melihat ke arah Zavia yang sedang tersenyum.
'Cantik,' batin Rey ikut tersenyum. Ini kali pertama Rey melihat senyum tulus Zavia.
Pandangan mereka saling bertemu.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Empat detik.
Lima detik.
"Permi--"
"Ah, maaf, lanjutin aja." Rey dan Zavia pun segera mengalihkan pandangannya.
"Udah selesai." Rey segera memasukkan peralatan itu dan membereskannya.
"Fel, ada apa?" tanya Rey kepada wanita yang tadi datang.
"Ehm ... gue mau minta lo ajarin matematika, bisa nggak?" tanya wanita itu yang bernama Felly.
"Oh, iya, bisa, lo tunggu di perpustakaan aja," ujar Rey yang dibalas anggukan Felly. Felly pun pergi meninggalkan Rey dan Zavia.
"G--gue ke perpustakaan du--dulu, ya?" Sial! Mengapa suasana menjadi canggung begini?
"Iya nggak apa-apa," jawab Zavia. Rey segera menyusul Felly ke perpustakaan.
"Jantung aku kenapa?" gumam Zavia saat merasakan jantungnya bekerja extra.
_________Di perpustakaan, terlihat Rey sedang mengajari Felly matematika. Felly hanya menyimak apa yang di ajarkan Rey.
"Ngerti, 'kan?" Felly mengangguk.
"Iya, makasih, Rey," ujar Felly. Mereka pun segera membereskan buku-buku, karena bel sebentar lagi akan berbunyi.
"Ehm ... Rey? Yang tadi itu siapa?" tanya Felly, "Pacar lo, ya?" lanjutnya.
Ish, mengapa Felly malah mengingatkan lagi? Padahal, Rey sudah lupa akan kejadian tadi.
"Bukan, dia cuma temen gue," jawab Rey seadanya.
"Oh, ya? Tapi, kalian cocok, lho. Kenapa nggak jadian aja? Dia keliatannya baik, cantik--"
"Dia itu nggak kayak yang lo bayangin," potong Rey.
"Hah? Maksud lo?" Felly masih tak mengerti.
"Dia emang cantik, tapi kalo gue nggak mungkin suka sama dia, paham?" Felly mengangguk.
"Ya udah, yuk, ke kelas." Mereka segera pergi menuju kelas.
"Nggak mungkin, ya?"
_______TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR YOU [✔]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] Cover by: @siomayyyyy ___________ Ini adalah kisah cinta si gadis polos. Gadis yang katanya tak tahu apa itu cinta, nyatanya bisa jatuh cinta. Namun, cinta pertamanya tak semulus cerita novel yang dia baca. Di satu sisi, Za...