Seminggu sudah ujian dilaksanakan. Kini, Zavia bisa bernapas lega untuk sementara. Kenapa sementara? Karena, nanti pasti akan diadakan remedial jika nilainya kurang dari KKM.
Dan, ya ... sudah Zavia tebak, hampir seluruh mata pelajarannya pasti di bawah KKM.
Zavia kini sedang berjalan di koridor sekolah. Seperti biasa, dia selalu berjalan menunduk. Tidak sedikit orang yang membicarakan dirinya.
Namun, Zavia tampak tak terganggu sama sekali. Dia tetap berjalan santai tanpa memperdulikan human tukang ghibah.
Sampai dia sampai di depan kelas Rey. Berhenti sejenak, dia mengintip apakah ada Rey atau tidak. Tahu orang yang dicarinya tidak ada, Zavia kembali melanjutkan perjalanannya.
Kali ini, dia bertemu Darla. Zavia berjalan menghampirinya. Ya ... meskipun sebenarnya malas.
"Hai, Via, ada apa?" tanya Darla saat Zavia sudah tepat dihadapannya.
"Aku bosen," jawab Zavia. Darla terkekeh.
"Mau gue temenin? Yuk, ke mana?"
"Kantin." Darla mengangguk. Mereka pun segera pergi ke kantin.
________"Lo mau pesen apa?" tanya Darla. Kini, mereka sedang berada di kantin yang cukup ramai.
Zavia menatap Darla malas. "Strawberry."
Darla mengernyitkan dahinya. "Di sini gak ada yang jualan strawberry, Zav."
"Jus strawberry." Ah, ternyata itu maksudnya. Darla mengangguk, berdiri, lalu segera memesan makanan.
Kini, Zavia sendirian. Namun, saat melihat Rey dan kedua temannya, Zavia langsung memanggil Rey.
"Rey!" seru Zavia lantang. Kini, banyak pasang mata yang melihat kearahnya. Detik berikutnya mulai terdengar bisik-bisik.
"Eh, Rey itu beneran pacaran sama dia, ya?"
"Bukannya dia temennya Darla? Terus, bukannya Darla itu mantannya Rey, ya? Apa jangan-jangan ... Rey sama Darla putus gara-gara cewek itu?"
Ish, panas sekali telinga Zavia. Apa salahnya coba memanggil Rey? Zavia mendengus kesal. Lalu, tiba-tiba, dia merasa ada yang menutup telinganya.
Zavia terlonjak, berdiri, lalu menatap nyalang pria dihadapannya ini. Namun, lama-kelamaan tatapan itu berubah menjadi sendu.
"Jangan dengerin mereka." Zavia mengangguk.
"Sejak kapan kamu di sini?" tanya Zavia. Rey terkekeh. Bukannya tadi gadis itu yang memanggilnya?
"Baru aja," jawab Rey, lalu mendaratkan bokongnya di kursi sebelah kanan Zavia. Zavia juga langsung duduk. Ya, mungkin gara-gara tadi dia emosi, dia tak menyadari kehadiran Rey.
"Heh, lo bisa gak jangan manggil-manggil Rey terus?" Zavia menoleh ke samping Rey. Tatapan tajam, dia layangkan kepada teman Rey yang paling Zavia tidak sukai.
"Emang kenapa? Yang manggil, 'kan, aku, kenapa jadi kamu yang sewot?" Zavia memutar bola matanya.
"Masalahnya, gara-gara lo, di sekolah tersebar gosip, kalau lo pacaran sama Rey. Gue sebagai sahabatnya, jelas gak terima," ujar Rafa menatap sinis Zavia. Ah, kenapa Rafa terlihat begitu tak suka kepadanya?
"Ya terus, kenapa? Aku sama Rey yang digosipin aja gak keganggu, jadi gak ada masalah, dong."
"Udah-udah, kalian ini ... baru kenal beberapa hari, tapi berantem mulu," ujar Vero menengahi.
"Eh, kok udah rame aja, nih?" Serempak, mereka menatap ke sumber suara. Darla tersenyum, lalu duduk di kursi sebelah kiri Zavia. Dia menyodorkan segelas jus strawberry yang tadi Zavia pesan.
Zavia langsung meneguk jusnya hingga setengah.
"Eh, Darla! Udah lama gak ketemu," sapa Rafa. Darla tersenyum.
"Iya, nih," sahut Darla.
"Oh, iya, La, lo masih ada perasaan sama Rey, gak?"
"Uhuk!" Rafa langsung menoleh ke arah Rey.
"Maksud lo, apa, Raf?" tanya Rey. Rafa terkekeh.
"Ya, kali aja Darla mau lagi sama lo. Daripada sama dia, mending sama Darla aja. Iya, gak?" Rafa menoleh ke arah Zavia yang sedang minum. Zavia balik menatap Rafa tak suka.
"Kamu kenapa, sih?" Zavia mulai sewot, Rafa mengedikkan bahunya.
"Gue ... gak suka sama lo," jawab Rafa.
"Emang aku suka? Aku itu ... cuma suka sama Rey!"
Hening.
Tidak ada yang berbicara lagi. Semua sibuk dengan urusan masing-masing. Rey dan Vero sibuk bermain game online, Darla yang mengotak-atik ponselnya, dan Rafa yang bengong.
Sedangkan Zavia? Dia malah asik video call-an dengan Vina.
"Hai, Vin."
"Eh, Via, udah lama lo gak nelepon gue lagi. Gue kira, lo lupa sama gue."
"Iya, aku sempet lupa sama kamu. Tapi, tenang aja, kalo temen-temen aku lagi pada sibuk, aku pasti inget sama kamu."
'Jleb!'
Salah apa Vina dikasih sahabat seperti ini? Setidaknya, bisa tidak Zavia sedikit berbohong? Terkadang, jujur itu menyakitkan.
"E-eh, gitu, ya?"
"Iya." Zavia kembali meneguk jusnya. "Eh, Vin, kamu tau Darla, gak?"
Terlihat di sebrang sana, Vina sedang mengingat-ingat.
"Darla mantannya Rey, bukan?"
Zavia mengangguk, lalu mengarahkan kamera depannya kepada Darla yang masih mengotak-atik handphonenya.
"Yang ini!"
"Hm. Gue kenal. Kenapa emang?"
"Gak apa-apa. Eh, mantan itu apa, Vin?"
"Ehm ... mantan itu ... apa, ya?"
"Kamu gak tau? Ya udah gak apa-apa. Aku tutup dulu teleponnya, nanti kalo aku inget kamu, aku telepon lagi."
"Eh, Vi--"
'Tutt ... tutt ... tutt ....'
Zavia langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku. Dia kembali meminum jus strawberrynya yang sepertinya daritadi masih banyak.
Tapi, sepertinya, jusnya berubah warna dan rasa. Meskipun begitu, dia tetap meminumnya, mengabaikan tatapan orang yang melotot kearahnya.
"Via, itu ... punya Rey."
_______TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR YOU [✔]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] Cover by: @siomayyyyy ___________ Ini adalah kisah cinta si gadis polos. Gadis yang katanya tak tahu apa itu cinta, nyatanya bisa jatuh cinta. Namun, cinta pertamanya tak semulus cerita novel yang dia baca. Di satu sisi, Za...