Part 2

3.3K 83 0
                                    


Keesokan harinya.

Matahari pagi sudah terlihat mulai memancarkan sinarnya menerangi kota Hallstatt yang masih diselimuti oleh salju. Nicolle sudah siap dengan jaket tebal andalannya dan juga boots kesayangannya. Dia akan menikmati hari terakhir liburannya di Hallstatt sebelum kembali ke Singapura.

Nicolle berjalan di pinggiran danau sambil menikmati pemandangan kota Hallstatt yang sangat indah dan menyejukkan hati. Di sini dia dapat melupakan sejenak kesibukannya, mengobati kejenuhannya, dan menjernihkan kembali pikirannya. Tanpa disadari, Nicolle sudah berjalan selama hampir 30 menit lamanya dan tidak jauh di depannya, terdapat sebuah kios yang menjual berbagai macam lukisan. Nicolle melangkahkan kakinya mendekati kios tersebut dan berdecak kagum melihat seorang pria paruh baya yang dengan lincahnya melukis seorang anak kecil yang sedang asyik memakan es krim di pinggir danau. Tidak butuh waktu lama bagi pria paruh baya itu untuk menyelesaikan lukisannya dengan sempurna. Kini pria paruh baya itu mengalihkan pandangannya ke Nicolle.

“Hi, Selamat Pagi Nona,” sapa pria paruh baya itu kepada Nicolle dengan ramah.

“Selamat Pagi Tuan,” balas Nicolle sopan sambil tersenyum.

“Sepertinya Anda bukan penduduk asli sini, apakah Anda sedang berlibur?” tanya pria paruh baya itu pada Nicolle.

“Betul Tuan, kota ini sangat indah, sangat cocok untuk menenangkan hati dan menjernihkan pikiran.” jawab Nicolle sambil tertawa.

“Ya, kota Hallstatt sangat indah Nona, saya tidak pernah bosan tinggal di kota ini walaupun kota ini sangat kecil tapi dapat memberikan rasa tenang dan damai.” balas pria paruh baya itu sambil menerawang.

“Ah ya, maukah Anda saya lukis Nona?” tanya pria paruh baya itu antusias.

“Tentu saja Tuan, dengan senang hati.” balas Nicolle tidak kalah antusiasnya dan langsung duduk di bangku kecil di depan pria paruh baya itu sambil tersenyum menghadap ke samping memandangi Danau Hallstätter dan Pegunungan Alpen yang membentang dibelakang danau tersebut.

Sementara tidak jauh dari kios itu, seorang pria tengah sibuk dengan kameranya. Pria itu sibuk memotret pemandangan sekitar. Dan ketika lensa kameranya tanpa sengaja menangkap objek yang tak asing baginya, pria itu langsung memalingkan wajahnya dari layar kamera dan melihat langsung ke objek tersebut. Ya, objek itu adalah Nicolle yang sedang tersenyum manis. Dengan gerakan  cepat dan gesit, pria itu langsung memotret Nicolle secara candid seolah takut kehilangan moment dimana wanita itu tersenyum dengan bahagianya.

Nicolle berjalan menghampiri pria paruh baya itu setelah pria paruh baya itu mengacungkan jempol kepadanya tanda bahwa dia telah selesai melukis Nicolle.

"OH MY GOD, IT'S SO BEAUTIFUL!" seru Nicolle sambil menutup mulutnya surprise dan takjub dengan hasil lukisan pria paruh baya itu. Bahkan Nicolle sendiri tidak menyangka dirinya menjadi sangat cantik di lukisan ini, walaupun pada dasarnya Nicolle memang seorang wanita yang sangat cantik. Nicolle mengucapkan beribu terima kasih kepada pria paruh baya itu dan memberikan uang tanda jasa dan terima kasih kepada pria paruh baya itu, namun pria paruh baya itu bersikeras menolak uangnya meskipun sudah terjadi acara sorong-menyorong yang cukup lama. Dan pada akhirnya Nicolle mengalah dan mengucapkan terima kasih banyak sekali lagi kepada pria paruh baya itu yang disambut dengan anggukan kepala dan senyuman tulus dari pria paruh baya itu pada Nicolle. Nicolle pun pamit dan beranjak dari sana sambil membawa lukisan dirinya dengan perasaan bahagia.

Sepeninggalan Nicolle dari kios itu, seorang pria berjalan ke arah kios tersebut dan tepat di depan kios tersebut, pria itu menemukan sebuah buku kecil menyerupai buku diary teronggok di atas jalan. Dipungutnya buku tersebut dan ketika pria itu ingin membukanya untuk sekadar melihat sekilas isi buku tersebut, kali-kali ada petunjuk mengenai siapa pemilik buku itu sehingga dia dapat mengembalikannya, disaat yang bersamaan pula sebuah tepukan di bahunya mengalihkan niatan awalnya. Dimasukkannya buku itu ke dalam tasnya seraya menoleh ke belakang melihat siapa yang menepuk bahunya, ternyata sahabatnya yang sudah kembali dari membeli hotdog.

Melvyn & NicolleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang