Part 13

1K 42 0
                                    

Nicolle POV.

Huh.. apaan maksudnya "see you soon"? Insane CEO! Aku mencibir. Aku melanjutkan merapikan berkas-berkasku dan memasukkannya kembali ke dalam tas kerjaku namun mendadak aku dikagetkan dengan teriakan nyaring disusul serbuan pelukan dari salah satu anggota team-ku. Ya, ruangan rapat saat ini sudah sepi. Para peserta rapat baru saja satu per satu meninggalkan ruangan rapat, hanya tinggal aku dan team ku yang beranggotakan 3 orang masih di dalam sini merapikan barang-barang bawaan kami.

"NICCCC!!!! Oh really, you did it great! I am really proud to be a part of your team!" teriak Cathrine sambil memeluk singkat Nicolle dari samping.

"Yes! What a great start buddy!" tambah Logan bersemangat.

"I myself also impressed!" tambah Elton.

"Thanks guys! I can't do it alone, all of your hard work is counted!" balasku sambil mengerling ke arah mereka.

"You are always the best at humbling!" ujar Elton menanggapiku. Aku membalasnya tertawa.

"Anyway, apart from that, apakah kalian sadar sedari tadi Nic memulai presentasinya, Tuan Melvyn terlihat sangat serius memperhatikannya dengan tatapan terkesima dan sesekali tersenyum sendiri?" Cathrine bertanya dan melihatku dengan tatapan menggoda.

"Ahhh yeahhh, that's true! Aku juga melihatnya tadi!" tanggap Logan.

"Iyahh! Baru aku mau nanya apa kalian menyadarinya. Dan tadi bagaimana bisa dirimu datang berbarengan dengan Tuan Melvyn, Nic?" tanya Elton penasaran kepadaku.

"Hanya kebetulan berpapasan pas jalan ke ruang rapat. Don't think too much guys!" elakku singkat agar tidak mengundang pertanyaan-pertanyaan lainnya. Mereka terlihat kecewa dengan jawabanku. Itu lebih baik daripada aku mesti menghadapi todongan berbagai macam pertanyaan yang membuatku sendiri kelimpungan.

"I'm done, let's go back to office!" tambahku pada mereka bertiga dan kamipun beranjak dari meeting room.

Ya, itulah kami, walaupun aku adalah senior mereka namun hubungan aku dengan mereka cukup dekat layaknya sahabat. Kami dapat membincangkan apa saja. Bagiku, kami semua adalah sama, tidak perlu membedakan kelas, atas bawah, sehingga tidak menimbulkan kecanggungan satu sama lain. Dan itu mempermudah ruang gerakku untuk lebih memahami mereka sehingga aku tahu bagaimana menghadapi masing-masing dari mereka and build a great teamwork! As H.E. Luccock said, "No one can whistle a symphony. It takes a whole orchestra to play it!". I couldn't agree more!

*********

Author POV.

Malam ini langit tampak cerah. Bintang-bintang di langit dengan eloknya memancarkan cahayanya menembus atmosfer bumi yang terbias memamerkan kerlipannya. Nicolle tengah asyik memandang indahnya langit malam ini dari balik jendela kamarnya sambil menunggu jemputannya. Nicolle sudah ready dengan crop top navy blue dan long red high waist culotte miliknya. Ikal rambut panjangnya dibiarkannya tergerai menutupi leher jenjang dan bahunya yang sedikit terekspos. Ya, Nicolle tidak lupa jika malam ini dia akan menjumpai sahabat kecilnya itu, yang dia sendiri belum tahu siapa. Nicolle masih penasaran hingga sekarang.

Nicolle Kylie Mackenzie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nicolle Kylie Mackenzie


Deringan ponsel Nicolle menyela keasyikannya yang sedang menikmati gemerlap langit malam. Nicolle menerima panggilan masuk itu dan terdengar suara dari seberang sana.

"Selamat malam Nona Nicolle. Saya Louis, yang akan mengantarkan anda bertemu dengan sahabat kecil anda. Saya sudah sampai di depan pintu lobby apartment anda." ujar suara di seberang sana.

"Selamat malam juga Louis. Ok, saya akan turun sekarang. Thanks." balas Nicolle mengakhiri panggilan teleponnya dan segera menuruni lift menuju lobby.

Nicolle sudah tiba di depan pintu lobby, dan terlihat olehnya sebuah mobil sedan Mercedez hitam terparkir persis di depan pintu lobby dengan seorang pria yang berdiri di samping pintu mobil. Pria itu adalah Louis, supir pribadi Melvyn. Louis menyadari kehadiran Nicolle dan langsung menyapanya. Ya, tentu saja Louis tahu bahwa wanita yang saat ini sedang berdiri di depan pintu lobby itu adalah Nicolle karena Melvyn sudah menunjukkan foto Nicolle padanya agar dia tidak salah menjemput orang.

"Selamat malam Nona Nicolle. Saya Louis yang barusan menghubungi anda. Silakan masuk nona, sahabat anda sudah menunggu anda." sapa dan terang Louis pada Nicolle sambil membukakan pintu penumpang, mempersilakan Nicolle masuk ke dalam mobil dengan sedikit membungkukkan badan tanda memberi hormat pada Nicolle.

"Thanks Louis!" balas Nicolle seraya masuk ke dalam mobil, disusul Louis yang masuk ke balik kemudi mobil setelah menutup pintu penumpang dan langsung melajukan mobilnya.

Nicolle mengajak Louis mengobrol untuk memecah keheningan dalam mobil.

"Oh ya Louis, kita akan ke mana sekarang?"

"Nanti anda akan tahu Nona, saya tidak boleh memberitahukannya sekarang. Maaf Nona." ujar Louis sopan.

Nicolle tidak puas dengan jawaban yang dia dapatkan. Namun ya sudah lah, Nicolle pasrah, toh nanti dia akan tahu ke mana mobil ini membawanya.

"Louis, apakah sahabatku itu seorang pria atau wanita?" tanya Nicolle. Nicolle tahu pertanyaannya terdengar aneh tapi dia hanya sekadar ingin tahu apakah orang yang akan dia temui itu adalah seorang pria atau wanita.

"Seorang pria, Nona." jawab Louis sopan.

"Siapakah namanya Louis?" tanya Nicolle penasaran.

"Maaf Nona, saya tidak boleh memberitahukan lebih detail-nya. Itu pesan dari Tuan." jawab Louis jujur.

Bukannya secercah harapan muncul untuk menjawab rasa penasaran yang menghantuinya, malah Nicolle semakin penasaran dibuatnya. "Kenapa sih mesti merahasiakannya, toh sebentar lagi juga bakal terungkap." Nicolle membatin.

"Oh.. Baiklah." jawab Nicolle pasrah.

Namun tidak berhenti sampai disitu, Nicolle kembali meluncurkan pertanyaan demi pertanyaan pada Loius.

"Apakah kau sudah lama bekerja pada Tuan mu itu Louis?" tanya Nicolle ingin mengorek informasi lebih banyak lagi.

"Sudah lama Nona, sejak Tuan menetap di Singapore, saya sudah bekerja padanya." jawab Louis.

"Sebelum di Singapore, Tuan mu itu tinggal di mana Louis?"

"Tuan aslinya tinggal di New York bersama keluarganya. Namun sewaktu kuliah, Tuan pindah ke Massachusetts karena Tuan kuliah di Harvard University. Setelah lulus kuliah, Tuan langsung ke Singapore." terang Louis.

Nicolle mencerna jawaban Louis. Namun masih tidak menemukan titik terang siapakah sahabatnya itu. Pasalnya Nicolle tinggal di Los Angeles, California. Sementara sahabatnya itu tinggal di New York. Jelas lokasi kedua wilayah itu dari ujung barat ke ujung timur USA. Nicolle memutar otaknya mencoba mengingat-ingat apakah ada sahabat kecilnya yang pindah ke New York, namun nihil dia tidak dapat mengingatnya.
Mobilpun sudah sampai di tujuan. Nicolle mengerutkan keningnya.

To be continued...

Melvyn & NicolleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang