Part 11

1K 33 0
                                    

Melvyn POV.

Tatapan mataku beradu dengan tatapan matanya ketika aku mengangkat kepalaku. Manik matanya yang berwarna coklat seolah membiusku, aku terdiam beberapa saat menikmati makhluk ciptaan tuhan yang begitu sempurna, yang saat ini berdiri tepat di depanku, dan sepertinya dia juga tersihir oleh ketampananku dilihat dari sorot matanya yang memancarkan kekagumannya. Aku terkekeh dalam hati. Aku memecahkan keheningan diantara kami, sekaligus menggunakan kesempatan ini untuk menggodanya terlebih dulu. Yeahhh!!

"Sedang mengagumiku Nona?" tanyaku sambil terkekeh.

Aku dapat melihat dia menjadi salah tingkah dan seketika semburat rona merah menghiasi pipinya yang mulus itu. Dia dengan cepat menyembunyikan kegugupannya itu namun sayangnya dia tidak bisa mengelabuiku. Dia kembali melontarkan pertanyaan seolah-olah tidak mengerti dengan maksudku.

"Maksud anda Tuan?" tanyanya dengan ekspresi sepolos mungkin yang bisa dia buat.

Aku tertawa geli dalam hati. Jika biasa wanita lain akan langsung memujiku dan menggodaku, namun tidak dengan wanita satu ini, yang sekarang berdiri di depanku sambil menenteng jasku. Dia berusaha menyembunyikan ketertarikannya. She is really something! Dia bener-benar sesuatu!

"Apakah kau sedang mengagumi ketampananku barusan? Dan sekarang pipimu merona merah karena tertangkap basah olehku?" aku sengaja memperjelas pertanyaanku untuk kembali menggodanya dan mengetes apakah pertahanannya akan runtuh setelahnya.

"Tidak!" jawabnya cepat.

"Maksudmu tidak salah lagi?" tanyaku masih terkekeh dan menggodanya.

"Tidak Tuan, anda terlalu percaya diri! Saya hanya ingin memastikan apakah anda orang yang terkena tumpahan minuman saya itu atau bukan."

Ohh.. Dia pintar mencari alasan! Aku menjadi tidak tega terus-terusan menggodanya. Akupun mengakhiri kejahilanku.

"Oh begitu, baiklah." jawabku santai namun masih dengan smirk andalanku yang penuh arti.

Sebuah ide terlintas dibenakku. Jangan salahkan aku karena aku adalah orang yang kaya akan ide-ide cemerlang. Aku terkikik dalam hati.

Aku bangkit dari kursiku dan beranjak menuju tempatnya berdiri. Aku memintanya untuk memakaikan jas itu padaku. Kebetulan memang aku tadi melepas jasku dan menggantungnya di hanger samping meja kerjaku.

"Aku mau kau mengembalikan jas itu pada tempatnya semula." ucapku dengan seringaian iblisku.

"Maksud anda Tuan?" tanyanya. Aku melihat wajahnya yang kebingungan dalam mengartikan ucapanku barusan.

"Pakaikan jas itu padaku. Kau mengotorinya ketika jas itu membalut tubuhku, dan sekarang kau mesti mengembalikannya ke tempat semula." terangku sambil terkekeh, aku melihat dia seketika menegang karena permintaanku. Ah, sungguh menggemaskan!

"Haruskah demikian?" tanyanya berusaha dengan nada dan wajah sedatar mungkin. Namun tidak luput dari penglihatanku bahwa dia mencoba untuk menetralisir rasa gugupnya.

"Tentu Nona, tidak ada penolakan!" tegasku, masih dengan seringaian iblisku.

"Baiklah!" dia dengan pasrah menyetujui permintaanku. Yeahhh!! Good Job Melvyn! Aku memuji diriku sendiri sambil tersenyum puas dalam hati.

Ketika dia hendak melangkahkan kakinya untuk membelakangiku, aku menahan pergelangan tangannya, menghentikan langkahnya.

"Pakaikan jas itu padaku dan dengan kau tetap di hadapanku, bukan di belakangku." ujarku tenang.

Diapun menuruti perintahku. Dia melangkahkan kakinya lebih maju ke depan, lebih dekat ke arahku, dan sedikit berjinjit karena tubuhnya sedikit lebih pendek dariku.
Wajahku dan wajahnya sudah sangat dekat. Aku dapat merasakan hembusan napasnya membelai lembut leherku. Aku dapat mencium aroma parfumnya yang memabukkan. Aku menikmati setiap inci wajahnya yang terlihat jelas olehku, sangat cantik! Tanpa kusadari, jantungku berpacu lebih cepat dan rasa panas menjalar di sekujur tubuhku. Kemudian suaranya menyadarkanku. Aku menuruti perintahnya untuk memasukkan kedua tanganku ke masing-masing lengan jas. Dia masih setia berdiri di depanku memegang ujung atas kiri dan kanan jasku untuk menjaga agar jas itu tidak jatuh akibat pergerakan tanganku. Oh, sungguh telaten! Haruskah aku menjadikannya istriku? Duhh...  apa yang kupikirkan barusan! Akhirnya jas itu terpakai sempurna di tubuhku.

"OK done!" serunya membuyarkan lamunanku.

"Thank you!" bisikku tepat di telinganya. Aku dapat melihat sekilas tubuhnya menegang. Aku tertawa dalam hati, satu sama seruku dalam hati.

Aku kemudian membalikkan tubuhku menghadap meja kerjaku, merapikan dan mengambil beberapa berkas yang ku butuhkan untuk meeting nanti. Tak lupa aku mengajaknya ikut denganku ke meeting room karena aku tahu dia yang meng-handle desain proyekku di Jakarta.

To be continued...

Melvyn & NicolleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang