6. Ceroboh

3.7K 387 7
                                    

"Astaga mas Jeffrey! Hobby banget ya bikin orang kaget."
Muncul sosok Jeffrey - pelaku yang tadi membuka pintu dengan kerasnya.
Naya sepertinya sudah mulai rileks, terlihat dari gaya bicaranya yang lebih santai. Coba saja saat pertama masuk rumah sakit, hanya kata "eh" dan "iya" saja yang keluar.

"Ups, lupa kalo ini rumah sakit."
Jeffrey menampakkan giginya dengan cengiran khasnya. Naya memutar bola matanya malas.

"Bang Jeff, udah selesai?"

Jeffrey menghampiri Danis.
"Udah, kebetulan pasienku hari ini datang lebih awal, jadi selesai nya juga cepat."

"Mas Jeff gak papa? Dari tadi cengengesan terus."

"Pendekatannya gimana nih? Lancar?"
Yang ditanya malah mengalihkan pembicaraan.
Naya tidak habis pikir kenapa semua orang suka sekali menggodanya di depan Danis begini.

"I-"

"Mas Jeff!"
Baru saja Danis akan menjawab, tapi Naya malah memotong nya. Heran, kakak adik sama-sama suka memotong pembicaraan.

"Ciye salting."
Menyebalkan sekali oknum bernama Jeffrey ini, Naya jadi ingin meremas-remas wajah yg -tetap-ganteng-walau sebenarnya-kusut- itu.

"Ngomong lagi aku sumpal nih."
Entah sejak kapan Naya mengambil tisu yang sekarang dia genggam, bersiap menyuapi kakaknya dengan kertas tipis itu. Jeffrey dengan cepat melangkah mundur. Kalau begini, Naya jelas tidak bisa menggapai wajah kakaknya.

Danis yang dari tadi sebagai tim penyimak kini memilih untuk memainkan ponselnya, lalu membuka aplikasi game favoritnya.

Jeffrey yang melihat Danis mulai seru dengan gamenya, jadi ingin ikut.
"Eh main itu juga? mabar yuk?"
Ajak Jeffrey pada Danis.

"Kuy-lah."
Hingga selanjutnya yang terdengar adalah suara-suara yang berasal dari dua ponsel milik dua laki-laki yang satu ruangan dengan Naya.

Naya menghela nafas, dia jadi ingat. Sedari tadi dia lupa tidak mengecek ponselnya sama sekali. Bagaimana mau mengecek, perasaannya saja tegang minta ampun. Kemudian diapun mencari-cari letak tas kecil miliknya yang tadi pagi dia bawa.

Dia menoleh ke sana kemari, tapi tidak kunjung menemukan letak tasnya. Ingin bertanya pada Danis, tetapi dia masih sibuk dengan kakaknya. Naya berpikir mungkin tasnya ada di dalam lemari kecil yang ada di seberang ranjangnya. Pasti mama yang menyimpan, batinnya.

Naya ingin meminta tolong pada kakaknya, Jeffrey dan Danis kini sudah duduk bersebelahan di sofa panjang yang ada di pinggir jendela.
"Mas Jeff."
Satu kali tidak ada sahutan.

"Mas Jeff."
Kedua kalinya, masih tetap tidak ada respon.

"Mas Jeffrey!"
Suaranya mulai sedikit keras, tapi tetap tidak ada sahutan.

"Ehm, Danis?"

Sama. Tidak ada sahutan. Begini ya ternyata kalo lelaki sudah asyik dengan game kesayangannya. Sampai-sampai mereka berdua tidak ada yang menyadari panggilan yang dilontarkan olehnya.

Terpaksa, Naya harus mengambil sendiri. Sayangnya lemari itu berada sedikit dari tempat dia berbaring. Dia menimbang-nimbang, cuma butuh tidak lebih dari sepuluh langkah Nay. Ayo. Semangat. Ujar dia menyemangati diri sendiri dari dalam hati.

Naya mulai bangun dari posisi tidurnya. Sedikit kesulitan, tapi dia tetap mencoba dan akhirnya berhasil menurunkan salah satu kakinya dari ranjang. Tinggal kaki sebelah kanannya - yang sakit - yang perlu dia ingin turunkan.

Dua orang yang sedang mabar, masih tetap asyik dan tidak ada yang menyadari bahwa Naya sudah mulai berjalan ke arah lemari yang dia tuju. Begini sulitnya perjuangan Naya hanya untuk mengambil ponselnya. Astaga kenapa jadi drama banget perjuangan Naya mengambil ponsel.

MY DESTINY (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang