11. Catch the Feeling

2.6K 349 19
                                    

Bertemu Julian di Mars cafe adalah hal yang tidak pernah Naya duga. Padahal selama ini saat dia berada di cafe itu, tidak pernah sekalipun dia bertemu lelaki menyebalkan itu.

Naya tidak lupa. Walaupun dulu ungkapan perasaan Julian sudah ditolak olehnya, tapi lelaki itu setiap hari tetap saja meneror nya dengan ajakan kencan. Dengan seribu alasan pula Naya menolaknya habis-habisan.

Untuk saat ini Naya heran, ada saja momen yang bisa mempertemukannya dengan Julian. Seperti saat ini, kebetulan yang membuat mood nya turun drastis. Lelaki itu sudah berdiri di belakang kursi yang ada di depan Naya, masih dengan pakaian yang sama.

"Belum jadi pulang?"
Julian lalu duduk di kursi itu, siapa yang mengijinkan coba.

Naya bingung harus menjawab apa kalau sudah tertangkap basah begini. Dia mencoba mencari alasan, baru saja dia akan membuka suara dan tiba-tiba ponselnya berbunyi.

📞➡️Daniswara sedang memanggil...

Entahlah, mungkin ada setan lewat yang membisikkan sesuatu pada Naya sehingga dengan mudahnya dia bilang,

"Iya nih, tadinya sih mau langsung pulang. Tapi pas udah di jalan, pacar gue ngajak makan siang bareng. Nih, dia lagi telfon, gue angkat dulu ya?"

Senyuman yang ada di wajah Julian perlahan memudar setelah mendengar kata "pacar".

Pacar?

Pacar yang mana?

"Halo, sayang. Lama banget sih dari tadi aku tungguin. Aku udah pesen kentang nih."
Naya merutuki dirinya, dia merasa mual dengan ucapannya sendiri.

"Eh sayang? Maksud kamu apa Nay?"
Naya tidak menjawab pertanyaan Danis yang tentu saja bingung dengan kalimat Naya yang mendadak aneh itu.

"Pokoknya gak mau tau, kamu cepetan kesini ya aku tungguin di Mars."
Naya sedikit menekan kata 'Mars', berharap Danis memahami kalau iti nama cafe yang ada di dekat kantornya.

"Mars cafe?"

"Yaudah ya aku tungguin, bye sayang."

Naya menutup telfon itu cepat-cepat. Di depannya ada Julian yang masih duduk menunggunya selesai berbicara.

"Lo udah punya pacar?"

"Iya, udah. Bahkan keluarga kita udah saling kenal, dan mungkin kita akan tunangan sebentar lagi."

Astaga, Naya sudah terlalu jauh berbicara mengada-ada. Memang benar sih orang tuanya sudah saling kenal. Tapi, hubungannya dengan Danis kan juga belum ada kemajuan.

Ups, dia sendiri sih yang membuat proses itu seperti berjalan di tempat. Dia masih tidak yakin dengan perasaannya sendiri.
Oh ayolah, jangan sampai kau sia-siakan lelaki seperti Danis. Sudah mapan, baik, sopan, dan plus ada bonus tampannya.

Daripada lelaki semacam Julian, tampan juga sih memang. Tapi buat apa tampan kalo lidahnya sulit dikontrol seperti tempo hari.

"Yang bener? Entah firasat gue gak yakin. Gue kok gak percaya ya. Pasti lo mengada-ada."

Naya tertegun, darimana dia tahu? Apakah terlihat jelas kalau dia hanya berpura-pura?

"Terserah sih kalo gak percaya. Itu hak elo."

"Yaudah, kalau gitu gue tungguin sampai pacar lo dateng. Gue pengen lihat langsung cowok yang mana sih yang udah berhasil ambil hati elo ini."

"Ya silahkan aja."

Naya sedikit menyesali ucapannya, iya kalo memang Danis dateng. Kalo enggak? Bisa mati kutu dia lama-lama bersama Julian yang semenjak tadi tidak mau melepas pandangannya dari Naya.

MY DESTINY (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang