27. The Truth

2.3K 292 7
                                    

"Kalau udah gini, kamu beneran serius nggak sih sama hubungan kita?"

Danis sedikit tertegun, membiarkan 5 detik waktunya berlalu begitu saja. Lalu dia menatap wajah Naya yang membelakangi dia.

"Kamu bilang apa sih Nay? Tentu aja aku serius. Oke, oke, aku mau cerita. Tapi kamu harus mau dengerin."

"Nggak usah, udah malem. Kamu pulang aja."

"Nggak bisa Nay, kita harus bicara."

Naya meraih pintu mobil, tapi belum saja dia sempat membukanya, pintu itu sudah terkunci. Siapa lagi kalau bukan Danis pelakunya.

"Danis, buka."

Perintah Naya tanpa mau melihat lelaki itu. Dia salah kalau berpikir Danis akan menurut, karena sekarang Danis bersikeras untuk memberi penjelasan.

"Nggak mau. Aku mau ngomong dulu, sebentar."

Terdengar seperti Danis mengeluarkan sesuatu dari arah yang ada di belakangnya. Naya sendiri tidak sadar jika ada sesuatu di sana.

"Ini Nay, lihat dulu."

Naya menoleh, baru menyadari jika itu adalah sebuah tas kecil berwarna hitam yang sedang Danis buka lalu dia keluarkan isinya. Di tangan Danis sudah ada benda yang sangat Naya kenal, benda berwarna pink yang beberapa hari lalu membuat hari Naya terasa buruk. Bukan, bukan salah benda itu. Tapi kejadian yang berhubungan dengan benda itu lebih tepatnya.

Setelah melihat benda berwarna pink itu, Naya langsung merubah ekspresinya menjadi terkejut sekaligus bingung.

"Kenapa itu bisa mirip sama dompetku?"

"Iya memang, ini memang dompet kamu, Nay. Dompet yang diambil orang waktu itu."

"Kok bisa?"

Naya melupakan rasa marah yang tadi menguasainya. Amarah yang tiba-tiba saja menguap.

"Ini yang bikin aku telat jemput kamu tadi. Maaf, karena nggak bilang. Niatnya mau bikin kejutan, gak taunya malah ketahuan duluan."

Naya masih kehabisan kata-kata. Dia meraih dompet tersebut dan mengecek isi yang ada di dalamnya. Semuanya kartu masih utuh, kecuali uangnya ada yang berkurang. Ada yang aneh di sini. Uangnya memang sudah berkurang, tapi di sana tersisa hanya satu lembar uang berwarna biru.

Seingat Naya, sebelum dompet itu hilang di sana ada lebih dari 9 lembar uang kertas. Kali ini, yang tersisa malah satu lembar.

"Kok bisa?"

Lagi-lagi pertanyaan yang sama.

"Zelin yang ada di belakang ini."

Akhirnya, Naya mengerti. Tapi dia juga tidak habis pikir, ternyata memang benar. Perempuan menyebalkan itu bisa melakukan hal-hal aneh yang pernah Danis bilang sebelumnya.

"Jadi, tadi kamu emang nggak lagi meeting?"

Danis menggeleng.

"Aku juga baru tahu tadi. Saat Zelin datang ke ruang kerjaku tadi siang, dia nggak sengaja membuka 'kartu' nya sendiri."

"Maksudnya?"

"Aku udah bilang ke dia, untuk nggak perlu datang lagi ke kantor kalau bukan karena hal penting. Tapi bukan Zelin namanya kalau dia nurut, dia malah datang hanya karena alasan ya, agak cringe sih. Aku pikir dia benar-benar udah nerima hubungan kita, tapi nggak tahunya dia masih aja belum berubah."

"Ya, nggak heran sih waktu telepon kamu diangkat sama dia."

"Nah iya, itu aku mulai sedikit merasa aneh sebenarnya. Tingkah lakunya bisa berubah-ubah, padahal sebelumnya dia udah nerima. Tapi ternyata, hanya akal-akalan saja."

MY DESTINY (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang