Beberapa hari telah berlalu semenjak Danis berbicara perihal pertunangan, melamar dan dilamar. Sebenarnya, di usianya saat ini, menikah adalah hal yang sudah wajar dan cukup matang. Seharusnya itu hal yang wajar, seharusnya itu adalah hal yang juga Naya inginkan, iya, seharusnya. Tapi kenapa dia tidak kunjung memberikan jawaban yang pasti. Karena hal itu, kakak dan mamanya menjadi gemas.
Ditambah lagi keinginan neneknya yang ingin segera diberi cicit. Terlihat sekali bahwa beliau sangat mengharapkan hal itu. Maklum saja, semua cucunya juga sudah berusia dewasa. Jadi neneknya itu ingin mempunyai hiburan baru, katanya.
Tapi tetap saja, jawaban yang Naya beri masih tetap. Dia mengaku belum siap untuk sekarang.
Setidaknya, kalau bukan sekarang, mungkin besok?Jika saja tidak ada Zelin yang selalu muncul, mungkin dia tidak akan bimbang. Dia jadi tiba-tiba ingat saat pertama kali Danis membantunya saat dia dirawat di rumah. Lelaki itu berhasil menenangkan ketakutannya akan rumah sakit dan jarum suntik yang selama ini dia hindari.
Saat itu, Naya belum tahu kalau Danis mempunyai teman perempuan menyebalkan bernama Zelin. Zelin yang berbicara bertolak belakang kepadanya dan juga kepada Danis. Zelin yang kata Danis bisa berbuat hal-hal yang nekat. Tapi sejauh ini, dia belum mendapati hal buruk yang menimpanya.
Tidak-tidak!
Sebenarnya ada, dan itu baru saja dia alami. Apalagi kalau bukan tasnya yang diambil paksa oleh orang jahat. Tapi, tidak mungkin kan itu ada hubungannya dengan Zelin. Dia saja yang memang sedang sial.
Terlalu lama melamun, membuat dia menjadi tidak fokus. Seperti sekarang, dia membiarkan ponselnya yang semenjak tadi meraung-raung karena ada panggilan yang masuk.
"Nay, bengong terus! Itu hapenya bunyi tuh!"
Naya tergagap, ada Johnny yang baru saja masuk ke dalam ruangan departemennya.
"Eh, kak. Eng-eh iya." Dia cepat-cepat memencet tombol hijau.
"Makanya jangan ngelamun, kesambet kan gawat."
Naya tidak menjawab ucapan Johnny, karena dia sekarang fokus pada panggilan telfon yang masuk. Sedikit tidak sopan ya, tapi Johnny sih santai saja.
"Halo?"
Naya tidak tahu siapa yang sebenarnya menelfon. Karena tadi nomor tersebut belum tersimpan dalam kontak yang ada di ponselnya.
"Halo? Siapa ya?"
Masih tidak ada jawaban.
"Huh, dasar orang iseng."
Ini masih pagi, dan Naya cukup malas untuk memulai hari kerjanya dengan telfon iseng seperti itu. Dia lalu meletakkan kembali ponselnya di tempatnya semula.
"Siapa Nay? Kok kelihatannya kesel?"
Ternyata Johnny masih berada di tempatnya berdiri sejak tadi. Tadinya dia pikir manajernya itu masuk ke ruangannya sendiri, nyatanya masih setia berdiri sambil bersandar pada sekat cubicle di seberangnya.
"Ya, nggak tau kak. Orang iseng."
"Orang iseng? Ya hati-hati aja Nay, akhir-akhir ini banyak kasus penipuan lewat telfon lho."
"Hah? Yang bener kak?"
"Iya, jadi mesti hati-hati. Kemaren ada yang kena tipu sampai jutaan-"
"SELAMAT PAGIII...! PAGI NAYA, PAGI PAK JOHNNY!"
Ruangan itu mendadak bising karena suara seseorang yang datang. Hanya satu orang, tapi suaranya mengalahkan suara orang satu kampung. Bahkan Johnny saja belum sampai selesai memperingatkan Naya tentang penipuan. Suara Chandra yang mengagetkan mereka sukses membuat Naya menjatuhkan bolpoin yang tidak terasa semenjak tadi dia mainkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DESTINY (✓)
FanfictionNaya tidak mau dijodohkan, tapi dia juga bimbang karena tidak ada lelaki yang bisa dia kenalkan pada orang tuanya. Staring: - Doyoung - NCT cast and other SM artist. | Started: 26 Juli 2019 | | Ended: 10 Desember 2019 |