28. Just the Way You are

2.4K 279 10
                                    

Danis dan Naya sedang duduk di bangku panjang yang ada di taman dekat rumah Danis. Kenapa rumah Danis? Karena selama ini Naya jarang sekali berkunjung ke rumah Danis. Terakhir ke sana juga saat Danis kurang enak badan waktu itu. Oleh karena itu, mumpung saat ini kebetulan sedang weekend, maka Danis mengajaknya untuk bermain di sekitar rumahnya.

Tapi sayangnya ya itu, pagi sekali, memang Danis itu rajin. Iya tau, tapi ya nggak begini juga. Untung saja Naya sudah bangun lebih dahulu sebelum Danis menjemputnya. Ya karena mereka juga sudah berjanji sebelumnya.

Rencananya setelah mereka dari taman itu mereka akan melanjutkan dengan jalan-jalan sambil menghirup udara segar. Hitung-hitung bisa dianggap ini adalah date mereka di hari libur.

Tapi tadi, Danis bilang kalau Zelin akan datang juga. Ah, kenapa juga si perempuan menyebalkan itu datang. Merusak suasana saja. Awalnya, Naya sebenarnya merasa sedikit enggan, namun setelah Danis menjelaskan kalau Zelin hanya ingin meminta maaf atas sikapnya selama ini, Naya akhirnya setuju-setuju saja. Semoga saja memang benar kalau Zelin serius dengan ucapan maafnya.

Tak lama, orang yang ditunggupun datang. Zelin terlihat berjalan sambil berlari-lari kecil. Saat Zelin sudah dekat, Zelin menyapa keduanya.

"Danis, Naya."

"Oh, Zelin udah dateng."
Danis yang menoleh terlebih dahulu saat Zelin sudah berdiri di dekat mereka berdua.

"Iya, sorry sedikit telat tadi supirku habis antar mama dulu soalnya."

"Nggak apa-apa, berhubung kamu udah dateng. Aku ke sana dulu ya, sambil beli minum."

Danis pamit, berniat memberi waktu bagi kedua perempuan itu agar segera menyelesaikan masalah yang terjadi.

Sembari Naya mengangguk, Zelin duduk di sampingnya. Jika dilihat, perempuan itu sekarang terlihat berbeda sekali dengan dulu. Sikap dia tiba-tiba berubah 180 derajat. Zelin menunduk, memainkan jemarinya pada tali tas yang dia pakai. Sedangkan Naya memilih melihat ke arah lain, menikmati hijaunya rumput yang ada di bawah maupun tanaman yang ada di depannya.

"Naya..."
Zelin memanggil Naya, dan Naya hanya membalasnya dengan gumaman.

"Gue mau minta maaf atas sikap gue sebelumnya, semuanya, dan selama ini."

"Tunggu, lo jangan jawab dulu ya." Zelin mencegah Naya yang tadinya sudah membuka mulutnya. Naya membeku sesaat, kemudian dia mengangguk canggung.

"Gue emang kekanak-kanakan. Gak seharusnya gue bikin lo hampir celaka, saat itu-"
Sejenak dia memberi jeda pada ucapannya, lalu menarik nafas dalam lalu mengeluarkannya.

"Waktu itu gue sepertinya emang lagi kerasukan. Apalagi, ada masalah lain yang bikin gue kesel. Lalu tiap gue lihat lo sama Danis, gue jadi makin bertambah keselnya. Padahal, lo juga nggak ada sangkut pautnya sama masalah gue. Jadilah timbul niat buruk gue, gue nggak suka lihat lo deket sama Danis. Danis yang selama ini gue suka, tapi dia cuma anggap gue temen. Cinta bertepuk sebelah tangan itu emang sakit ya."

Zelin tersenyum, tapi senyum itu menyiratkan perasaannya yang terluka. Tapi curhatannya tidak mempengaruhi Naya untuk prihatin, Naya sih biasa saja.

"A-"
Naya akan berbicara, tapi lagi-lagi Zelin menghentikan.

"Gue belum selesai Nay." Reaksi Naya hanya manggut-manggut.

"Gue akhirnya sadar, kalau perasaan gue memang hanya bisa buat gue nikmati sendiri. Tanpa harus berharap sebuah balasan. Tiga tahun gue kenal Danis, dan selama ini ternyata emang gue aja yang terlalu percaya diri. Gue juga keras kepala dan nggak mau dengar dia, padahal dia udah berkali-kali bilang kalau kita hanya bisa sebatas teman, tidak lebih. Jadi, maafin atas apa yang gue lakuin ke lo waktu itu, Naya. Gue pikir gue bakal seneng lihat lo kesusahan, nyatanya itu malah bikin Danis makin deket sama lo. Bodoh banget emang gue, sekali lagi, maafin gue ya Naya."

MY DESTINY (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang