19. Dari Hati

2.4K 305 3
                                    

Zelin yang baru saja keluar dari toilet mendapati Danis sedang bicara bersama dengan dua orang. Salah satunya dia kenal, yang tidak lain adalah Naya. Melihat hal itu membuatnya merasa geram, apalagi jika Danis dekat-dekat dengan Naya.

"Apa maksudnya tunangan?"

"Zelin!"

"Kamu bilang kemaren gak ada hubungan apa-apa? Kenapa sekarang jadi tunangan? Oh, aku tahu. Kamu berarti bohong kan, supaya aku seakan-akan jadi orang bodoh disini."

Ucap Zelin pada Naya, yang membuat Jeffrey dan Danis terkesiap. Mereka yang tidak mengerti apa-apa bahkan tidak sampai berpikir jauh kenapa Zelin tiba-tiba berbicara seperti itu pada Naya.

"Naya, ada apa ini sebenarnya?"

Tanya Jeffrey, sampai-sampai dia melupakan rencana awalnya yang harus pulang terlebih dahulu dan segera kembali ke rumah sakit.

"Maaf anda siapa ya? Kenapa jadi ikut-ikutan urusan saya dengan perempuan yang bernama Naya ini?"

Ucap Zelin cukup sinis, sementara Danis menjadi semakin was-was dengan tingkah laku Zelin.

"Zelin, ayo ikut!"

Ucap Danis pada akhirnya, dia menarik tangan Zelin dengan paksa agar segera pergi dari tempat itu.

"Lepas, Danis. Lepasin! urusanku dengan dia belum selesai."

Apa daya, tangan Zelin ternyata lebih kuat daripada yang Danis kira.

"Naya, kamu harus jauhin Danis. Kalau tidak-"
Ucap Zelin dengan emosi menggebu-nggebu.

"Kalau tidak, kenapa?"

Balas Naya dengan cepat.

"Kalau tidak, aku gak akan membiarkan hidup kamu tenang."

"Zelin! Kamu udah keterlaluan! Kamu gak anggap aku ada disini?"

Ucap Danis dengan menatap wajah Zelin yang penuh dengan aura tidak bersahabat.

"Danis, inget kan kataku waktu itu. Kalau kamu gak mau terima aku-"

"Terserah kamu lah, aku udah capek kasih tau."

"Apa kamu bilang? Kamu beneran mau lihat Naya aku kasih hadiah?"

"Apa-apaan? Ini tolong ya maksud kamu apa mau kasih hadiah ke adikku?"

Jeffrey lama-lama gemas sendiri mendengar percakapan yang cukup membuatnya bingung itu.

"Bisa diam tidak?"

Jeffrey tidak bisa membiarkan ini, dia merasa seperti tidak dihargai sehingga lama-lama membuatnya ingin meledak.

"Saudara Zelin, apa anda tidak pernah diajarkan yang namanya sopan santun? Kok bisa sih Danis punya temen macam gini. Kalau aku jadi Danis sih gak mau ya, mending jauh-jauh dari orang seperti anda."

Naya termenung sekaligus kehilangan kata-kata saat melihat kakaknya yang tidak pernah memperlihatkan sisi lain yang seperti ini.

"Zelin, udah cukup."

Kata Danis dengan lirih, dia mulai merasa lelah.

"Danis, kamu beneran cinta sama dia?"

Tanya Zelin tidak acuh sambil menunjuk Naya tepat pada wajahnya.

"Iya, dan aku harap kamu bisa terima ini. Kamu sebenarnya bisa mendapatkan yang lebih baik dari aku. Aku minta kamu berhenti sampai di sini."

"Kamu pikir semudah itu? Kamu gak ngerti apa yang aku rasain selama ini Danis. Jangan seenaknya kamu menyuruhku untuk berhenti, karena aku gak mau."

MY DESTINY (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang