10. Disturbance

2.8K 355 31
                                    

"Wawancara kerja ya?"

"Eh?"

"Dari tadi aku perhatiin kok kayak kamu, tapi dipanggil gak ada sahutan. Ngelamunin aku ya?"

"Eng percaya diri sekali anda."
Naya lalu membungkuk mengambil tasnya yang tiba-tiba jatuh. Bukan karena gugup, bukan.

"Yaudah kalo gak mau ngaku. Tapi kamu belum jawab lho tadi."

"Yang mana?"

"Kamu wawancara kerja? Disini?"

"I-iya."

"Jadi beneran? Wah aku gak nyangka, aku doain deh semoga diterima kerja disini."

"Aamiin."
Itu sih Danis sendiri yang jawab. Naya hanya senyum kikuk.

"Ini wawancara di HRD kan?"

"Iya gitu deh."

"Udah tau tempatnya?"

"Hehe belum. Sebelah mana ya arahnya?"

"Kalo dari pintu masuk, langsung aja naik lift ke lantai 4, terus belok kanan nanti ada tulisannya."

"Oooh oke, makasih ya."

"Yaudah ayo masuk."
Mereka berjalan beriringan lalu masuk ke dalam lift bersama.

Danis memencet tombol lantai 5 sedangkan Naya, seperti kata Danis tadi dia harus turun di lantai 4 yang juga sudah tombolnya sudah Danis tekan terlebih dahulu.

Bersamaan dengan mereka berdua, ada tiga orang lain yang juga sedang masuk ke dalam lift. Ditambah lagi sebelum pintu lift tertutup, ada seorang laki-laki yang berpakaian khas pelamar kerja -seperti Naya-  yang juga akan masuk. Dari jauh dia seperti memberi kode jika akan ikut masuk.

Dengan cepat sebelum benar-benar tertutup, pintu itu ditahan oleh Danis. Terlihat orang itu sedikit lega karena pintu lift kembali terbuka lebar dan dia langsung ikut masuk.

"Terimakasih."
Ucap lelaki itu sambil sedikit menganggukkan kepalanya.

"Sama-sama."
Balas Danis.

Lelaki itu dengan santainya berdiri di antara Danis dan Naya. Danis di sebelah kanan, Naya di sebelah kiri.

"Naya?"

Naya yang dari tadi menunduk kemudian mengangkat wajahnya.

"Lho? Julian?"

"Ya ampun kok bisa ketemu disini ya kita."
Tanya lelaki yang bernama Julian itu, tampak wajahnya terlihat sangat senang.

"Iya kebetulan."
Jawab Naya.

Danis yang tidak bisa membiarkan rasa penasarannya pun bertanya.

"Kalian saling kenal?"
Tanyanya.

"Iya, ini teman kuliahku."
Jawab Naya.

"Iya, aku gak nyangka banget lho bisa ketemu disini. Gue dengar elo baru lulus ya."
Naya merasa tidak nyaman, kenapa harus membahas hal itu sih.

"Iya gitu deh."
Naya enggan untuk bertanya lebih lanjut lagi. Dia memilih diam.

"Kalo gue 1,5 tahun kemaren kerja di perusahaan om gue, tapi karena gak terlalu suka disana dan kebetulan disini buka lowongan, yaudah gue ngelamar disini. Gak tahunya malah ketemu elo."

"Ooh, iya."
Terlihat sekali sebenarnya kalau Naya malas menanggapi teman kuliahnya ini.

Julian, tentu saja Naya kenal. Di kampusnya dulu dia terkenal dengan sifat arogan dan menyebalkan. Dia termasuk mahasiswa berprestasi sih, tapi sifat sombongnya itu yang membuat mahasiswa lain risih. Dan Naya juga gak mungkin lupa kalau lelaki itu juga yang dulu pernah mengutarakan perasaan padanya.

MY DESTINY (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang