- Epilog - Bonus Chapter -

3.3K 280 10
                                    

I don't know this can be called as Epilog or Bonus Chapter 😂
Anyways, enjoy it ^^

***

Suasana kota Seoul pagi ini cukup membuat orang ingin bergulung dengan selimut. Udaranya dingin, tapi seperti sudah kebiasaan walau tanpa alarm Naya akan tetap bisa bangun pagi seperti sekarang. Dia menoleh ke arah sampingnya, ada Danis yang masih tidur pulas. Dia melirik ke arah penghangat ruangan, semuanya normal. Kalau tidak ada penghangat ruangan, sudah bisa dipastikan ujung kaki dan tangannya pasti akan memutih.

Dia lalu cepat-cepat bangun agar bisa menyiapkan sarapan dan juga baju Danis yang akan dipakainya ke kantor.

Setelah berkutat dengan dapur dan alat masak yang ada di dalamnya, akhirnya masakannya sudah siap.
Sebenarnya selama 9 bulan pernikahan, Naya sudah mulai bisa memasak. Ya, walaupun hanya masakan sederhana tapi itu lumayan lah untuk ukuran orang yang sebelumnya belum bisa memasak sama sekali.

Setiap hari dia belajar, tidak jarang dia juga mencoba menu baru yang bisa dia masak dengan bantuan tetangganya, Hana. Hana yang baru saja dia kenal saat pindah ke apartemen yang dia tinggali ini. Unit apartemen yang juga terletak cukup dekat dengan kantor Danis, mereka beruntung sekali karena bisa mendapatkan apartemen itu atas rekomendasi atasan Danis yang ada di Indonesia.

Naya sendiri juga sudah berhenti bekerja di kantor yang sebelumnya sama dengan Danis. Dia menyerahkan surat pengunduran dirinya tiga hari sebelum hari pernikahan. Awalnya dia sedikit sedih. Walaupun belum satu tahun dia bekerja di sana, dia sudah cukup akrab dengan orang-orang yang berkerja satu departemen dengannya.
Memikirkan itu, dia jadi rindu dengan celotehan Wendy dan juga Gigi. Begitu pula dengan ketiga sahabatnya, dia juga rindu. Terakhir bertemu dengan sahabatnya adalah sebelum keberangkatannya pindah ke negeri ini. Tapi untung saja setiap hari mereka sering mengiriminya pesan lewat obrolan grup mereka. Tidak jarang mereka juga saling menghubungi melalui video call.

Masih dengan apron yang terpasang di tubuhnya, tiba-tiba ada tangan yang merangkulnya dari belakang. Siapa lagi kalau bukan suaminya, Danis.

"Harum banget, bikin aku jadi semangat bangun terus sarapan bareng kamu." Ucap Danis di belakang telinga Naya. Naya merasa geli lalu membalik tubuhnya menghadap Danis, membuat tautan tangan Danis di tubuhnya terlepas. Tapi setelah itu, tangan Danis malah bertumpu pada meja yang ada di belakang Naya.

"Mandi dulu lah, itu masih pakai piyama. Mukanya juga masih muka bantal."

Danis masih tidak bergerak, usaha Naya untuk melepaskan diri dari kungkungan Danis juga gagal.

"Incip makanan pembuka dulu ya?"

Belum sempat Naya mencerna, Danis sudah mengecup bibirnya dengan cepat.

Heol.

Incip makanan pembuka katanya?

Dasar Danis. Lalu dia pergi dengan cepat untuk masuk menuju kamar mandi, mengabaikan Naya yang juga sedang tertawa karena perlakuan Danis baru saja.

Setengah jam kemudian, Danis sudah kembali dengan setelan kantornya lengkap. Lalu mereka berdua memulai acara sarapan pagi dengan beberapa obrolan kecil di antara keduanya.

"Danis, nanti aku mau keluar ya sama kak Hana. Paling juga ke departemen store biasanya." Kata Naya, bermaksud memberi tahu sekaligus meminta izin.

"Oke." Jawab Danis singkat, lalu dia melihat jam tangan yang ada di tangannya. Masih ada waktu untuk bersantai, mungkin setengah jam lagi dia akan berangkat bekerja.

"Tapi nanti, aku pengen mampir ke Myeongdong juga, boleh ya?"

Ucap Naya dengan memasang wajah sedikit memelas, selalu jika ada yang Naya mau dia akan membujuk Danis dengan cara seperti itu.

MY DESTINY (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang