8. Surprise

3.1K 360 14
                                    

Naya dan Danis saling diam saat berada dalam perjalanan. Untuk saat ini, Naya tiba-tiba merutuki diri sendiri kenapa dia bersedia menerima ajakan Danis. Lihatlah sekarang, dia kesulitan mengatur perasaannya sendiri.

Dengan jelas dia masih mengingat isi pesan dari Danis siang tadi. Tidak, dia tidak bermimpi kan? Mungkin bagi sebagian besar orang juga akan merasakan hal sama, jika dihadapkan dengan situasi - dia yang belum mengenal seseorang dengan baik lalu tiba-tiba orang itu menyatakan perasaan dengan begitu mudahnya.

Naya menjadi ragu, apakah dia bisa melanjutkan perkenalan ini menuju suatu hubungan yang lebih serius. Dia jadi teringat pada neneknya, di satu sisi dia ingin membuat neneknya bahagia di usianya yang sudah senja tapi di sisi lain dia belum yakin dengan apa yang dia lakukan sekarang.

"Danis."
Yang dipanggil menoleh sekilas sambil menjawab dengan gumaman, ya, tentu laki-laki itu tidak ingin fokus menyetirnya terganggu.

"Ini kita mau kemana?"

"Sebelumnya mau aku tanya dulu, kamu udah makan malam belum?"
Dia malah berbalik bertanya pada Naya.

"Eung~ b-belum."
Oh tidak, kenapa Naya jadi gugup begini.

"Yaudah kita makan aja ya."
Putus Danis pada akhirnya.

Suasana kembali hening.
udah? Gitu doang? Bicara apa saja gitu Nay. Batin Naya bermonolog dengan dirinya sendiri.

Tapi, mau makan dimana?

"Eh iya, makan dimana enaknya?"
Tuh kan!
Dari tadi mobil Danis sudah berjalan lumayan jauh, dan ternyata belum ada tujuan mereka akan pergi kemana.

"Terserah kamu sih."

"Yaudah, terserahku lho ya. Nanti jangan protes."

Memangnya kemana sih?

"Iya."

Gak lama mereka pun sampai.

Saat mobil udah berhenti, Naya baru ingat kalo dia masih sedikit sulit berjalan karena gips di kakinya yang belum dilepas. Dia melihat ke arah tempat makan tersebut, dan ternyata itu adalah restoran dengan menu pilihan yang sangat banyak. Pantas saja Danis mengajak kesini, dengan begitu, Naya bisa memilih bebas sesuai dengan apa yang disukainya.

"Ehm, Danis bentar deh."

Danis sudah hampir membuka pintu mobil, lalu menghentikan gerakannya sesaat. Dia menoleh ke arah Naya.

"Kenapa?"

"Gimana kalo take away aja?"

"Lho kenapa?"

"Kamu gak lihat ini?"
Jawab Naya sambil menunjuk ke arah lututnya.

"Gak papa, kan ada aku. Nanti aku bantuin."

"Enggak deh, lagian aku malu nanti dilihat banyak orang."
Ucapnya mencicit.
Sepertinya Naya tidak ingin jadi pusat perhatian.

"Memangnya siapa yang mau lihat. Perasaan kamu aja kali."

"Enggak. Take away aja ya please."
Kalo sudah begini Danis tidak akan memaksa lagi.

"Tapi nanti dimakan dimana?"

"Di mobil aja, gak apa-apa ya?"
Danis diam sebentar, seperti sedang berpikir. Akhirnya dia kemudian mengangguk.

"Oke deh. Mau makan apa?"

"Samain sama kamu aja."

"Oke."
Danis-pun keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam restoran tersebut.

MY DESTINY (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang