22. Close to you

2.5K 273 7
                                    

"Oh."

Naya masih mencerna kalimat yang baru saja dia dengar dari Danis. Mungkin karena efek dia yang juga sedikit lelah dengan kegiatannya hari ini. Dia jadi sedikit lama menangkap kalimat dari Danis.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

"EH APA?"

"Makan malam bareng mama, papa, mama kamu, ayah kamu, sama nenek."

"Eh iya tau. Tapi, tapi, itu kan aku belum siap."

Jawab Naya dengan suara lirih. Terdengar ragu, namun itu cukup terdengar jelas di telinga Danis. Oh, dia paham, Naya hanya butuh waktu. Tapi tidak ada salahnya kan jika nanti diadakan pertemuan dengan para orang tua. Hitung-hitung pengenalan lebih dekat.

"Emang belum siapa apa? mau ngapain? Belum siap nikah? Mikir apa hayo?"

Cecar Danis bertubi-tubi. Yang tentu saja semuanya tidak dijawab dengan benar oleh Naya.

"Enggak mikir apa-apa."

Jawab Naya menampik, dia pikir kalau dua keluarga sudah bertemu itu artinya mereka akan membicarakan pernikahan? Dia berpikir terlalu jauh.

Tidak tahulah, dia senang tapi dia juga seperti belum siap untuk meninggalkan masa lajangnya. Ups.

"Mama sama papa pengen reunian sekalian, kan udah lama nggak ketemu mama, ayah sama nenek kamu."

"Gitu ya. Oke lah."

Akhirnya Naya pun tidak mempunyai pilihan lain selain setuju.

"Nah, gitu dong. Ya udah selamat istirahat ya, jangan begadang lho."

Tidak terasa mereka sudah sampai di depan rumah Naya. Dan apa tadi lelaki itu bilang untuk tidak begadang? Sekarang saja sudah menunjukkan pukul 11 malam. Hampir tengah malam.

"MAMAAA..."

Teriak Naya saat baru sampai di dalam rumahnya.

"Naya ini kebiasaan, masuk nggak pakai permisi, malah teriak-teriak."

Tumben sekali kakak Naya itu pulang lebih awal. Biasanya saja pulang saat hari sudah gelap. Dan sekarang, seperti biasa, dia suka menggoda adik perempuan satu-satunya itu.

"Adeknya siapa dulu dong, mulut kayak toa."

Naya tak mau kalah. Memang ya, kakak dan adik itu sama-sama hobinya teriak.

"Ada apa sih sayang? Pulang-pulang kok langsung teriak."

Mama Naya baru muncul, berjalan dari kamar lalu mendekati Naya yang memasang wajah serius.

"Mama, beneran hari Sabtu nanti mau makan malam sama keluarga Danis?"

"Udah dikasih tau Danis ya? Mama emang nyuruh dia buat kasih tau kamu tadi."

Jawab mamanya santai.

"Aduh, mama kok gak bilang dulu sih. Naya kan belum siap."

"Kan masih lima hari lagi, masih lama."

"Ya nggak gitu juga ma."

Mama dan papa Danis memang hampir tidak pernah bertemu Naya kecuali saat Naya masih kecil dulu. Entahlah, seperti takdir. Selalu tidak ada kesempatan untuk mereka bertemu. Kalau tidak saat Naya berada di sekolah dengan kegiatan organisasinya. Atau Naya yang sedang keluar bersama ketiga sahabatnya. Selalu seperti itu.

"Gak apa-apa Naya, mereka itu baik. Santai saja "

"Bu-bukan begitu, aduh mama. Nenek juga ikut?"

MY DESTINY (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang